Chapter 4: Merak Surgawi

140 12 27
                                    

cw // shapeshifting

Aster menatap ke arah jendela, rambutnya masih kusut dan pakaiannya putih bersih. Dia meratapi bagaimana Darius tak lagi menunggunya terbangun, memperbaiki vas yang kini kosong atau menyediakan sarapan untuknya.

Dia menoleh pada pintu yang terbuka, menampakkan Emrys disana. Sang raja mengepalkan tangan di kemejanya, menatapnya sementara perdana menteri itu tersenyum padanya.

"Yang Mulia," sapanya. "Aku tak mengharapkanmu untuk pulang begitu cepat."

"Emrys," mulainya, beralih untuk duduk di kursinya. "Aku percaya bahwa tak ada masalah selama aku pergi?"

Dia dapat melihat mata penyihir itu berkilat, senyumnya begitu kosong sebelum dia membalasnya. "Aku dengar ada dua orang asing berkeliaran di istana semalam," ucapnya. "Satu seperti mengenakan jubah dari Dongbian."

Aster membeku di tempat duduknya, memahami jelas apa yang dia katakan ― para makhluk abadi telah menemukan Darius. Dia menoleh pada Emrys yang menunggunya bicara, seolah meminta pendapatnya terhadap kedua penyusup yang datang ke istananya.

Seharusnya dia menutupi bahwa dia telah menangkap ucapannya. Seharusnya dia menutupi bahwa dia mengetahui apa yang dia lakukan di belakangnya. Seharusnya dia menghancurkannya perlahan seperti Emrys menghancurkan cintanya.

Namun dia menoleh padanya. "Dimana Darius?"

🦚

Tak ada yang mampu menemukannya.

Mungkin karena Darius kini telah terkapar di balik selubung gua, menghela nafas yang embunnya terlihat di setiap hembusan, matanya sayu sementara tangannya meremas bebatuan di sekitarnya.

Gua tersebut begitu kosong, begitu jauh dari kota. Dia meninggalkan ranjang Aster ketika dua makhluk abadi itu mengirimkan cahaya kunang-kunang di luar jendela mereka, memberinya tanda untuk segera menemui mereka. Dan ketika mereka menyerahkan diri mereka, Darius merasakan dirinya melemah.

Maeve menyentuh dahi dengan punggung tangannya, berdengung. "Mereka tak seharusnya memberimu kekuatan sekaligus ― bahkan tubuhmu tak mampu menerimanya secepat itu."

Dia menatap sang beruang pembunuh, lemas. "Kenapa kau tak mati?"

"Apa yang harus kukatakan padamu?" ujarnya, tersenyum kecil. "Takdirku belum selesai," dia menyimpulkan, mengusap kepalanya. "Kau tak perlu mempertanyakan banyak hal, Merak. Kau akan membutuhkan kesadaranmu lebih dari yang kau duga."

Ada banyak hal yang ingin Darius tanyakan. Apakah cermin hati benar-benar akan menunjukkan wujudnya jika dia pernah melihatnya? Mungkinkah Aster akan menerimanya ketika dia tak lagi seorang manusia? Apakah kedatangannya nanti akan membawa berkah, atau bahkan kutukan bagi umat manusia?

Namun Maeve menyentuh wajahnya. "Aku harus pergi sekarang," dia pamit. "Ada saudara kita yang lain di Asterope. Aku harus memperingatkan gadis-gadis malang itu sebelum mereka menghancurkan diri mereka sendiri."

🦚

Camilla menoleh, mendengarkan gemerisik dari luar. Dia dan Abigail menemukan sebuah bangunan terbengkalai, di dalamnya tidak memiliki rembes atau kotoran apapun. Itu adalah tempat yang sempurna, sementara tak ada yang memiliki hati untuk mengusir mereka ketika melihat keduanya masuk ke dalam.

Mungkin tempat itu telah disingkirkan selama bertahun-tahun. Mungkin pemiliknya adalah seorang dermawan yang ingin rumahnya digunakan untuk mereka yang membutuhkan perlindungan. Apapun itu, dua elang cakar tembaga itu begitu berterima kasih.

Keduanya beristirahat di samping pilar tinggi, memperhatikan cahaya kaca dari altar kosong. Mungkin tempat ini adalah aula orang-orang dulunya, atau ada organisasi yang telah lama hilang sebelumnya.

Dance of the Rats • sunsun • end •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang