CW // bad mother figure; implied sexual content;
TW // mental torture; vomitting;
Ketika Marcellus membuka matanya, dia dapat melihat wajah Alpheus di depannya – kotor dan sarat akan dedaunan gugur dan tanah. Barulah dia menyadari bahwa mereka telah terkapar di bawah sulur-sulur taman kerajaan. Dia menoleh ke arah sinar matahari, mungkin para Lyke mengirim mereka kembali agar tak terlihat oleh manusia.
Dia dengan hati-hati membawa Alpheus ke rerumputan, dimana dia setidaknya memiliki tempat lembut untuk berbaring. Namun sebilah pedang menahan lehernya, tepat ketika dia hendak mengangkat sang putra mahkota melalui pundaknya.
🦚
"Aku tak percaya ini," bisik Ratu Soffia, berdiri di depan mereka berdua.
Mereka tengah berada di ruang kerja sang ratu sekarang, bersama dengan pangeran agung – ayah dari Alpheus. Ratu Soffia terlihat lelah, bagian bawah matanya hitam dan bibirnya pucat, mungkin karena mengkhawatirkan apa yang terjadi pada putranya setelah dia menghilang begitu saja.
"Kau–" mulainya pada putranya, "–membawakan dirimu seorang teman yang membawamu ke antah berantah?"
"Marcel tidak membawaku– Bukan dia yang–" pangeran muda tersebut menoleh pada ayahnya. "Ayah, katakan sesuatu pada Ibu!"
"Kau dilarang untuk memihaknya, Icarus!"
Dan Marcellus dapat kurang lebih memahami dinamika keluarga inti kerajaan. Dia tak bisa mengatakan apapun ketika mereka bicara, walaupun kuil memiliki posisi yang lebih tinggi, dia hanyalah pendeta biasa – dia tak bisa bicara ketika mereka tengah berdiskusi.
Untuk sekarang, dia hanya bisa mengandalkan Alpheus untuk membelanya.
"Kau adalah–"
Pendeta itu menegakkan tubuhnya. "Marcellus Sideris, Yang Mulia."
Ratu Soffia terdiam ketika mendengar namanya, bahkan Pangeran Agung Icarus menatap istrinya dengan penuh rasa khawatir, tangannya mencoba meraih punggungnya untuk menenangkannya. Namun sang ratu mengangkat tangannya sendiri, menahan setiap sentuhan yang akan dia berikan.
"Sideris, katamu?"
Marcellus kembali mengangguk, sementara dia dapat melihat binar ketakutan dari mata sang pangeran. "Ibu," mulainya. "Aku yang memintanya datang, ini salahku."
"Apa kau tahu bahwa kau dilarang untuk bahkan menatap putraku?"
Anak sebelas tahun tersebut merasakan kakinya melemas, namun dia meremas tangannya, memaksa untuk tetap tegap. Apakah mungkin larangan itu datang dari istana? Mungkinkah ibu angkatnya mengetahui ini, bahkan kakak-kakaknya? Marcellus merasakan nafasnya berubah gusar, perutnya mulas.
"Ophelia seharusnya mengajarimu lebih baik."
"Ibu!"
Alpheus terlihat ingin membelanya lebih banyak, namun tepat saat itu juga, seorang pelayan mengetuk pintu, mengumumkan kehadiran sang pendeta agung, ibu angkatnya. Marcellus merasakan perutnya semakin mulas. Mungkin dia takkan sanggup melewati malam ini, atau bahkan hari ini.
Ophelia Sideris memberikannya salam, jari manisnya tertekuk pada jempol dan kepalanya menunduk. Ketika anggota kerajaan mengangguk, membuatnya membuka mata dan berjalan mendekat. Dan Marcellus merasa ingin mati saja. Mungkin dia bisa meminta salah satu dari serigala bayangan untuk mencabik-cabiknya.
"Yang Mulia," ujarnya. "Aku menerima laporan bahwa putra angkatku ada disini."
Adalah Icarus yang bicara. "Kami awalnya tak menyadari bahwa dia adalah putra angkatmu, Yang Terhormat."
![](https://img.wattpad.com/cover/360249416-288-k852778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance of the Rats • sunsun • end •
FanficDi bawah sinar rembulan, sang merak menutup mata. Nan indah dan tak sama, dunia 'kan berputar. Sang anak manusia 'kan datang bersama tandingannya: hati sebening permata yang tak pernah hilang. Di tengah kekacauan dan akhir dunia, sang makhluk abadi...