10.

168 9 2
                                    

Asterin pergi ke ruang tamu bersama dengan Mira. Kalau nanti Asterin klepek-klepek terus pingsan tidak ada yang menolong bagaimana? Jadi Mira diajak.

Saat sudah sampai, terlihat Kaisar Vincent sedang menyeruput teh.

"Salam hormat saya yang mulia," Asterin membungkuk hormat memberi salam.

Kaisar Adelino mengangguk kecil untuk menanggapi, "Ada yang ingin aku bicarakan dengan-mu."

Asterin menaikkan satu alisnya bingung, "Hal apa?"

"Kau ingin meminta hadiah lamaran apa dariku? Akan aku beri," jawab Kaisar Adelino.

"Apa ya? Aku juga tidak terlalu menginginkan hadiah."

"Kau harus, minimal perhiasan 5 kilogram," perintah Kaisar Adelino yang membuat Asterin menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bagaimana ya... Baiklah aku ingin gaun baru saja, tapi yang berwarna dominan ungu." Asterin meminta gaun yang dominan ungu, karena dia tahu jika warna ungu di zaman kerajaan seperti ini pasti sangatlah mahal.

"Permintaan yang bagus, kau bisa mendapatkannya 2 hari lagi," ucap Kaisar Adelino.

"Aku ingin bertanya satu hal lagi."

"Apa itu?"

"Apakah kau senang saat aku pilih menjadi calon permaisuri?" tanya Kaisar Adelino.

Asterin berpikir sejenak, ada rasa senang tapi ada juga rasa tidak senang. "Kalau aku bilang senang juga aku tidak terlalu senang. Karena menjadi seorang permaisuri itu pasti sangatlah sulit."

Kaisar Adelino terkekeh kecil, "Kau nanti menjadi permaisuri mengurusi hidupku saja. Tidak perlu mengurus soal politik."

"Benarkah?"

"Sudah ku katakan seperti itu berarti benar." jawabnya lalu kembali menyeruput teh. "Kita akan menikah minggu depan."

"APA?! Eh maksudku kenapa mendadak sekali?"

"Aku sudah tahu jika kau akan terkejut, bersiaplah untuk minggu depan." ujar Kaisar Adelino, ia berdiri dan pergi meninggalkan Asterin.

Seutas senyuman miring terbit di wajah Kaisar Adelino, lalu hilang.

"Dia datang kemari hanya menanyakan hal itu saja? Aku kira tadi penting," gerutu Asterin sambil memasang wajah emosi. Kenapa emosi?

Ya, karena waktu bersantai dia sudah terbuang lumayan banyak!

"Mira, apakah ia memang seperti itu?" tanya Asterin dengan nada kesal.

Mira terkejut sedikit karena Asterin berbicara sedikit ngegas. "Sepertinya iya nona, karena beliau adalah kaisar."

"Maen-nya kasta. Dasar orang jadul." Asterin mendengus kesal lalu pergi ke kamar dan meninggalkan Mira.

Mira keheranan, "Nona kenapa ya? Semenjak bangun dari koma jadi mudah marah."

Asterin sendiri langsung masuk ke kamar dan membanting pintu dengan keras. Kebetulan, Duke sedang ingin menemui Asterin. Tapi saat mendengar suara bantingan pintu, ia mempercepat langkahnya.

Duke mengetuk pintu kamar Asterin sebanyak tiga kali.

"Duhh siapa lagi sih?! Tau orang lagi emosi malah di ganggu." Asterin sangat murka, ia menuju pintu dan membuka pintu.

"Siapa sih--"

Ucapan Asterin terpotong karena yang mengetuk pintu adalah ayahnya.

"Asterin kau kenapa? Kenapa sepertinya kau marah sekali?" tanya Duke cemas.

"Eee ituu.... Ada tikus yang menggerogoti gaunku dan gaunku menjadi sobek, dan aku marah. Ya begitulah haha." Asterin tertawa sumbang dan beralasan lain.

"Aku bisa membeli dan menggantikan gaunmu yang sobek itu, tidak perlu marah-marah seperti tadi."

Asterin hanya menyengir seperti kuda. "Ayah ada keperluan apa kemari? Apakah ada hal penting?"

"Ayah dengar kau menjadi calon permaisuri Kaisar Adelino, itu benar?" tanya Duke yang dibalas anggukan oleh Asterin. "Apa kau menyetujui?"

"Tidak juga," balas Asterin singkat.

"Kenapa tidak?"

"Oh ayahku... Sepertinya menjadi permaisuri itu tidaklah mudah. Dan umurku masih muda, belum genap 20 tahun. Jadi aku kurang mau untuk menjadi permaisuri."

"Tapi itu lebih baik daripada kau bersanding dengan Hank, kau harus yakin jika masa depanmu akan terjamin saat menikah dengan Kaisar," Duke mencoba untuk meyakinkan Asterin. Lagipula Asterin juga tidak terlalu ingin menjadi permaisuri.

"Ada hal yang ingin dibicarakan lagi ayah?"

"Ada, apa kau tahu kemana perginya kakak-mu? Dia tidak terlihat lagi sejak kau bangun dari koma."

Asterin juga bingung, kemana perginya Noah? Kenapa sudah tidak terlihat lagi?

"Aku tidak tahu ayah, aku kira dia punya urusan penting di luar wilayah ini," jawab Asterin.

"Dia tidak punya urusan penting, karena yang memberinya urusan penting itu aku." Duke masih berusaha yakin jika Noah tidak memiliki urusan penting.

"Mungkin kakak punya urusan pribadi." Asterin masih berpikir positif. Duke sedikit setuju dengan ucapan Asterin.

"Ayah?"

"Iya?"

"Aku tidak memberitahu ayah jika aku memperkerjakan Hank sebagai pengawal pribadiku. Aku memberinya pekerjaan karena dia sangat butuh uang. Aku sudah tidak menaruh perasaan lagi padanya, sekarang aku mati rasa. Aku tidak berniat untuk mengejar cintanya lagi, dia juga mau bekerja untukku. Maafkan aku karena aku tidak jujur padamu," ucap Asterin panjang lebar kali tinggi menjelaskan alasannya memperkerjakan Hank.

Dahi Duke berkerut, menandakan jika Duke bingung, tapi juga sedikit kecewa. "Asterin.. Ayah sudah bilang jangan berdekatan lagi dengannya. Tapi sekarang kau malah memperkerjakan dia disini. Ayah kecewa Asterin, ayah kira setelah kau bangun dari koma kau akan berubah tapi malah sama saja."

Duke pun melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Asterin, meninggalkan Asterin yang masih terdiam di depan pintu. Bulir-bulir air mata berjatuhan dari pelupuk mata Asterin.

Dia merasa kecewa pada dirinya sendiri, dan sekarang mungkin ia akan kehilangan kasih sayang seorang ayah lagi.

Asterin mengejar Duke, dan berniat ingin meminta maaf.

"Ayah!!" teriak Asterin memanggil ayahnya yang pura-pura tidak dengar ketika dipanggil.

Asterin berlari dengan sangat kencang, akhirnya ia pun sampai dan berlutut di hadapan Duke.

"Ayah.. Maafkan aku, sekarang aku janji akan berjauhan padanya. Kumohon maafkan aku ayah..." Asterin terisak sambil memegangi tangan Duke.

Duke hanya memasang wajah datar, "Orang yang sudah kecewa tidak akan bisa memaafkan orang yang membuatnya kecewa. Aku beri dua pilihan untukmu Asterin. Kau pecat Hank tapi ayah maafkan atau kau tetap mempertahankan Hank tapi sampai kapanpun ayah tidak memafkanmu dan ayah akan membenci dirimu."

Asterin sekarang di bebani dengan dua pilihan yang baginya sangat berat. "Aku akan memutuskannya besok pagi."

Setelah berkata seperti itu, Asterin pun kembali ke kamarnya lalu kembali menangis. Sifat Duke sama seperti sifat papa-nya yang selalu membuat Asterin bimbang dengan pilihan yang ia beri. Pilihan yang diberi pun sangat memberatkan Asterin.

Setelah hampir 7 jam ia menimang-nimang keputusan, akhirnya ia membulatkan keputusannya untuk memecat Hank.

"Aku akan memecat Hank, ya aku harus. Karena aku sangat ingin mendapatkan kasih sayang seorang ayah," ucap Asterin pada dirinya sendiri.

Karena malam sudah tiba, Asterin pun tidur dengan mata yang sembab.

******

Nih up lagi, minggu depan berarti ga up lagi ya😁

*bersyandaaa

Bye All.




ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang