04.

390 22 0
                                    

Asterin menyingsing gaunnya supaya ia bisa melangkah lebih lebar dan sampai ke tempat tiga pria itu.

Jaraknya lumayan jauh, tapi Asterin tidak suka saat ada yang sedang berkelahi tapi korbannya diam saja dan tidak melawan. Asterin harus melerainya, Asterin tahu jika dirinya tidak akan bisa melerai. Tidak mencoba maka tidak akan tahu hasilnya kan?

Saat sudah sekitar 5 meter lagi dari tempat pria itu, Asterin mengatur nafas dan menyiapkan mental dulu sebelum melerai.

"Cukup! Tidak bisakah kalian tidak berkelahi? Memangnya tidak bisa dibicarakan baik-baik?!" Teriak Asterin dari tempat awalnya.

Kedua pria kekar itupun menoleh kearah Asterin yang mukanya memerah karena sedang marah.

"Pftt.. Kau bisa apa hah?" Tanya salah satunya.

"Memang ada masalah apa diantara kalian? Mengapa harus berkelahi?" Asterin malah bertanya kembali dan sok berani padahal keringat dingin bercucuran.

"Ini bukanlah perkelahian Nona, ini hanya untuk membuatnya jera dan membuat dia membayar semua hutangnya." Jawabnya sambil menunjuk pria yang sudah babak belur.

"Memang berapa hutangnya? Aku lunasin."

"Sepertinya ada pahlawan disini." Pria tersebut terkekeh kecil lalu melanjutkan, "Hutang nya sangatlah banyak Nona, eumm mungkin sekitar 200 keping emas."

"Aku bayar lunas, tapi besok kau boleh mengambilnya ke sini." Ucap Asterin sambil tersenyum tipis.

"Baiklah jika itu kesepakatannya, aku kembali lagi besok. Jangan ingkar janji Nona, jika kau ingkar janji... Maka kau akan menerima konsekuensinya." Ucap pria itu lalu pergi dari sana meninggalkan Asterin dan seorang pria yang menjadi korban tadi.

Asterin menghampirinya lalu meringis saat melihat kondisi babak belur pria itu, "Tuan? Anda tidak apa-apa?"

Pria tersebut langsung menjawabnya dengan ketus, "Kau lihat aku, aku babak belur. Yang berarti aku tidak baik-baik saja. Sudahlah aku malas berurusan denganmu."

"Tunggu sebentar, kita belum berkenalan." Ucap Asterin yang membuat pria itu menatapnya aneh.

"Apa?"

"Kita belum berkenalan bukan? Jadi ayo berkenalan." Asterin mengulang kalimatnya lagi.

Pria itu tersenyum miring lalu berucap, "Kau benar-benar hilang ingatan rupanya. Malang sekali kau Asterin."

"Kau mengenalku? Tapi aku tidak mengenalmu."

"Tentu saja aku mengenalmu, aku Hank. Aku benci saat kau ikut campur urusanku, karena aku masih punya harga diri, terimakasih telah melunasi hutang ku." Ucap Hank lalu pergi meninggalkan Asterin yang melongo ditempat.

"Apa dia benar Hank? Kalau begitu tadi tidak aku tolong. Tapi, Hank itu tampan walaupun wajahnya bonyok." Gumam Asterin dan bertanya pada dirinya sendiri yang masih tidak percaya setelah mengetahui jika Hank sangatlah tampan. Sungguh diluar dugaan.

"Asterin apa yang kau pikirkan? Dia tidak mencintaimu, sudah jangan menyukainya lagi." Ucapnya pada dirinya sendiri lalu kembali untuk menemui Duke.

Saat sudah sampai di depan ruang kerja Duke, Asterin menyiapkan mental lalu mulai mengetuk pintu.

Tok tok tok!

"Masuk saja," Ada balasan dari dalam, Asterin pun membuka pintu ke arah dalam dan nampaklah Duke yang sedang mengerjakan tugas yang menumpuk diatas meja kerjanya.

"Maaf mengganggu waktu kerjamu ayah, tadi aku melihat ada warga yang sedang dihajar habis-habisan oleh orang penagih hutang. Karena aku kasihan, aku berniat ingin melunasi hutangnya, tapi aku tidak punya uang untuk membayarnya. Bolehkah jika aku minta uang untuk melunasi hutangnya?" Tanya Asterin sambil memasang wajah memelas.

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang