03.

486 27 0
                                    

Di vote dulu yuk biar ak jg semangat nulisnya💗

Hank pergi dari kediaman Asterin, dirinya sudah tidak ingin datang kesana lagi. Menurut Hank, tempat itu adalah tempat yang menjijikkan.

"Aku harap Duke yang sekarang mati dan menunjukku untuk menjadi Duke penggantinya." Ucap Hank dengan khayalannya, yang pasti tidak akan terjadi.

Setelah sampai di rumahnya, Hank langsung merebahkan dirinya di atas ranjang yang sudah reot. Terdengar suara berdecit juga saat ranjang itu ditiduri oleh badan Hank yang besar.

"Seharusnya tidak ada perbedaan kasta disini, dan harusnya semua orang menjadi rakyat biasa sepertiku supaya mereka merasakan apa yang aku rasakan." Hank kembali mengoceh sendiri sambil menatap langit-langit kamarnya yang terdapat banyak sarang laba-laba.

Hank berniat ingin mengistirahatkan tubuhnya setelah beradu bacot dengan Duke, tapi tidak jadi saat terdengar suara ketukan di pintu rumahnya.

"Siapa lagi?! Aku ingin istirahat sialan!" Desis Hank lalu beranjak dari sana untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang mengetuk pintu itu.

"Siapa? Dan apa keperluanmu?" Tanya Hank saat dia sudah membukakan pintu.

Orang yang memang tadi mengetuk pintu pun terkejut saat Hank keluar dan menanyainya dengan nada yang tidak ramah.

"Ah-- perkenalkan saya Leo, saya pemilik rumah makan yang ada di negeri sebelah yang menjual berbagai macam daging--"

"Langsung ke intinya saja."

"Saya ingin bekerja sama dengan anda. Saya dengar, anda mempunyai pertenakan dengan sapi-sapi yang sehat. Jadi saya ingin membeli semua sapi itu untuk bahan baku makanan yang saya jual." Jelas Leo.

Hank menelisik penampilan Leo dari atas sampai bawah, memastikan bahwa yang Leo ucapkan adalah benar. Tapi Hank menyadari ada yang janggal, Hank tersenyum miring lalu terkekeh kecil.

"Sapi-sapi ku hanya aku jual ke peternak lain, tidak aku jual untuk dikonsumsi oleh orang. Mau kau tawar sapi-sapi ku dengan ratusan keping emas pun aku tolak. Jadi aku permisi, aku ingin istirahat." Tukas Hank lalu kembali masuk dan menutup pintu.

Leo menghela nafas kasar, rencananya gagal untuk bisa tahu keseharian Hank.

Leo pun langsung pergi untuk menemui Henry dan melapor.

"Bos, rencananya gagal. Dia mengetahui penyamaran saya," Lapor Leo kepada Henry.

"Tidak usah cemas, kita ambil rencana kedua." Balas Henry sambil mendekat ke Leo lalu membisikkan sesuatu.

Leo menyeringai saat mendengar rencana keduanya. "Itu rencana yang bagus, akan saya lakukan dengan segera."

"Bagus, ini upah pertamamu." Balas Henry singkat sambil memberi sekantung kepingan emas kisaran 50 keping.

Leo berterimakasih lalu beranjak pergi dari sana.

******

Asterin sedang bersantai di balkon kamarnya sambil menyesap teh hangat dan juga kue kering, tapi kegiatan itu terhenti saat ada suara ketukan di pintu kamarnya.

"Iya tunggu sebentar," Asterin langsung bangun dari duduknya dan menghampiri pintu.

Asterin membuka pintu lalu nampaklah pria paruh baya, sepertinya itu ayahnya Asterin yang asli.

"Asterin, aku ingin menyampaikan pesan dari Hank." Ucap Duke.

"Pesan apa?" Tanya Asterin.

"Hank bilang dia risih jika kau terus-terusan mengejarnya, jadi kau harus berhenti untuk mengejar cinta yang tak pasti."

"Aku mengerti, mulai sekarang aku tidak akan mengejarnya lagi dan membiarkan dia untuk menemukan cinta sejatinya sendiri." Balas Asterin sambil tersenyum kecil.

"Baguslah, lagipula dia itu bukan orang yang baik. Bisa-bisanya dia melawan ayah, tidak sopan."

Asterin sekarang mulai tahu sedikit tentang sifat Hank, Asterin menyesal karena dirinya baru membaca sebagian dari keseluruhan bab yang ada di novel dan tidak mengetahui sifat asli Hank.

Asterin hanya terkekeh kecil untuk menanggapi omongan ayahnya, "Apakah ada yang ingin disampaikan lagi ayah?"

"Tidak ada, baiklah ayah pergi dulu. Tugas ayah masih menumpuk." Duke izin pamit lalu pergi dari sana dan kembali ke ruang kerjanya.

Saat Duke sudah jauh, Asterin kembali masuk ke kamar dan kembali menyesap teh nya walau sudah tidak hangat lagi. Asterin merasa hatinya menghangat saat tahu Duke dan Duchess sangat menyayangi Asterin. Di kehidupan lamanya, Asterin tidak pernah mendapatkan hal itu dari Mama dan Papanya, yang Asterin dapat hanyalah pukulan dan kekerasan lainnya.

"Aku sangat senang berpindah jiwa kesini, semuanya begitu menyayangi ku terkecuali si Hank itu. Lagipula apakah paras Hank setampan itu sehingga Asterin yang asli jatuh cinta padanya? Sepertinya kau salah target, Asterin." Ocehnya pada dirinya sendiri.

Asterin berpikir dan berpikir, memikirkan caranya untuk melihat wajah Hank. Walau katanya Hank sudah risih padanya, tetap saja yang namanya penasaran itu tidak bisa di tahan.

"Bagaimana caranya ya?" Tanya Asterin pada dirinya sendiri. "Tidak tahu lah, aku lagi malas berpikir."

Asterin memutuskan untuk bermalas-malasan seharian penuh, dan akan pergi ke rumahnya Hank untuk menemui Hank.

Tok tok!

Pintu kamar Asterin kembali diketuk, siapa lagi sekarang?

"Iya tunggu sebentar," Ucap Asterin dengan nada malasnya.

"Maaf kalau saya mengganggu waktu nona, saya--"

"Langsung ke intinya saja," Asterin tidak suka saat lawan bicaranya bertele-tele saat menyampaikan sesuatu.

Mira mengangguk lalu menjelaskan intinya, "Ada undangan pesta ke Kekaisaran Morphania. Acaranya besok malam Nona."

"Begitu ya, ya sudah besok aku akan datang kesana. Kau boleh pergi."

Mira mengangguk kecil lalu pergi dari sana. Asterin kembali masuk kedalam kamar lalu memikirkan siapa nama kaisarnya.

"Siapa ya namanya? Kalau ga salah namanya dari inisial A. Duhh siapa sih? Lupa lagi." Gerutu Asterin sambil berpikir. "Ah iya! Namanya Adelino Morpheus!"

"Eh tapi kan besok mau ke rumah nya Hank.... Itu mah bisa nanti. Yang penting ke pesta dulu, mau liat muka Kaisar Adelino yang katanya ganteng." Asterin mengoceh sendiri dan memutuskan untuk pergi ke pesta.

Asterin kembali bersantai di balkon menikmati angin sepoi-sepoi menerpa wajah mulus nan cantiknya. Sekarang Asterin bebas ingin melakukan apapun, kecuali bepergian sendiri. Dulu Asterin sering kabur dari rumah saat Mamanya mulai memarahinya tanpa henti, Asterin berjalan tak tahu kemana ia akan pergi. Karena Asterin hanya butuh ketenangan, tapi sekarang semuanya sudah Asterin miliki. Orang tua yang perhatian padanya, kebebasan hidup, tapi tidak dengan percintaan.

Lupakan percintaan, Asterin tidak ingin lagi menaruh perasaan lagi pada lelaki manapun. Asterin sudah mati rasa.

Asterin melihat pemandangan dari balkon kamarnya, bukan pemandangan yang indah, tapi hanya pemandangan kehidupan para warga di desa yang sangat damai dan rukun. Hal itulah yang membuat Asterin betah berlama-lama duduk di balkon.

Tapi tunggu dulu! Ada satu hal yang membuat Asterin menyipitkan matanya untuk melihat hal itu. Seperti ada yang sedang berkelahi disana?

"Apa yang sedang mereka lakukan?" Gumam Asterin bertanya-tanya.

Nampak ada dua orang pria kekar sedang menghajar satu pria yang tadinya sedang mengangkat jerami. Tapi Asterin heran, pria yang sedang dihajar itu juga memiliki tubuh yang gagah tapi kenapa dia malah tidak kembali membalas?

"Aku tidak suka ada perkelahian disini." Gumamnya lalu langsung berlari keluar kamar dan berniat untuk melihat kejadiannya secara langsung.

******

Baru up niehh, lagi sibuk ama tugas soalnya. Tiap hari ada aja tugas praktek, yah gapapa lah namanya juga masih sekolah hehe😁

Bye All.

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang