19.

164 9 0
                                    

Tangan Asterin sudah diobati oleh tabib. Asterin masih terdiam dengan tatapan mata yang sendu, dirinya masih teringat dengan roh Asterin yang asli.

"Jangan terus digaruk. Semakin digaruk semakin gatal rasanya," ucap tabib menasehati sementara Asterin hanya mengangguk-angguk kecil.

"Dengarkan itu sayangku. Aku minta maaf sudah menyuruhmu untuk mandi." Penyesalan sang kaisar karena sudah menyuruh Asterin membuktikan tentang alerginya.

"Tidak apa. Tidak usah minta maaf, aku sudah lebih baik," jawab Asterin.

Kaisar Adelino mengangguk dan langsung menggendong Asterin ala bridal style. "Kau harus istirahat supaya tangan mu tidak terus terasa gatal."

Asterin hanya menurut saja dan tidak memberontak karena suasana hatinya sedang tidak baik.

Sesampainya di kamar, Asterin pun merebahkan dirinya di atas ranjang. Kaisar mengecup singkat dahi Asterin dan pamit pergi.

"Asterin, maafkan aku. Aku juga tidak tahu jika hal mengerikan itu akan terjadi," monolog Asterin membatin dengan rasa penuh sesal.

Baru ia ingin memejamkan mata untuk tidur, terdengar suara keributan dari arah gerbang di bawah.

Buru-buru Asterin bangun dari tidurnya dan berlari menuju balkon untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Kedua matanya menyipit saat melihat 2 orang pria yang ia sangat kenali-Hank dan Noah.

"Untuk apa mereka berdua disini?" tanyanya pada diri sendiri.

Saat sedang serius melihat dari balkon, Hank si pria aneh itu pun melihat keberadaan Asterin di balkon dan langsung melambaikan tangannya pada Asterin lalu membentuk kedua telapak tangannya menjadi bentuk love.

"Dih. Apaan sih? Aneh."

Asterin pun kembali lagi masuk ke dalam kamar dan menganggap kedatangan Hank itu tidak penting.

Sementara Hank dan Noah di bawah sedang berdebat dengan prajurit di bawah yang terus mencegah dua manusia itu untuk masuk ke dalam.

"Ada apa dengan kalian? Apa sudah di hipnotis dengan penyihir itu?" tanya Hank dengan sarkas.

Noah malah menaikkan satu alisnya dan menatap Hank dengan tatapan bertanya, ia benar-benar tidak mengerti.

"Jangan masuk atau kalian akan habis disini!" Ancam salah satu dari banyaknya prajurit.

Hank tersenyum miring dan mendecih. "Hah? Habis? Kalian kira kami ini makanan yang bisa habis? Konyol sekali."

Kaki Hank tetap melangkah untuk masuk ke dalam, tapi sebuah pedang sedang berdiam diri di samping leher kanan Hank.

Hank terkekeh kecil dan berkata, "Baiklah jika itu mau kalian. Panggil saja kaisar jelek itu untuk menghadap padaku. Aku ingin berbicara dengannya."

"Bicara yang sopan!"

"Kalian ini terlalu memerhatikan tatakrama, kalian tidak tahu kan aku ini siapa?" tanya Hank dengan petantang-petenteng.

Para prajurit penjaga itu malah menatap remeh kearah Hank dan salah satunya berceletuk. "Hanya orang miskin yang tidak punya tatakrama."

Hank mendecih dan menarik kerah baju prajurit yang merendahkannya. "Dengarkan baik-baik! Aku benci mengakui itu tapi akulah adik kandung kaisar jelek itu. Jadi biarkan aku menghinanya sekalipun."

Noah dan yang lainnya pun menganga tak percaya. "Yang benar?"

"Kenapa?! Tidak percaya?! Aku tidak peduli, yang terpenting aku sudah memberitahukan," bentak Hank dan menjatuhkan prajurit yang tadi kerahnya ia tarik. "Biarkan kami masuk. Dan ingat! Jangan sesekali kalian semua yang ada di sini menggangu saat aku berurusan dengan orang jelek itu. Paham?!!"

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang