11.

139 6 0
                                    

Hari berganti, cahaya matahari menembus masuk ke dalam kamar Asterin. Burung berkicauan di balkon kamar. Asterin bangkit dari tidurnya, mengusap-ngusap matanya yang sembab.

"Selamat pagi nona," kata Mira.

Mira yang melihat mata sembab Asterin pun ia langsung bertanya, "Ada apa dengan mata nona? Kenapa bengkak?"

"Aku sedang tidak bersemangat Mir, aku akan bersiap sendiri. Kau keluarlah." Asterin mengibaskan udara menggunakan tangannya, tanda jika ia mengusir Mira.

"Baik nona, saya keluar," sahut Mira menurut, ia pun keluar dari kamar Asterin.

"Aku rasa hari ini akan sangat berat," gumam Asterin sambil berjalan menuju kamar mandi. Dan ternyata Mira sudah menyiapkan air mandi.

Asterin masuk ke dalam bak mandi dan merendam tubuhnya dengan air hangat yang diberi aroma terapi. Asterin kembali memejamkan matanya karena masih mengantuk, membiarkan setengah badannya terendam.

Entah pikirannya sekarang menjadi sangat kusut, tidak bisa menemukan jalan keluar yang memang baik bagi Asterin maupun Hank.

"Ternyata hidup di sini sama saja seperti kehidupan yang dulu, sama-sama membuatku stress," gerutu Asterin sambil memijat ringan pelipisnya. "Bodohnya kau Asterin, kau malah memperkerjakan Hank padahal kau tahu sendiri jika Hank adalah orang yang paling membencimu. Apakah kau masih mencintainya Asterin?" Entahlah, Asterin malah bertanya pada dirinya sendiri.

"Maafkan aku, hatiku memang masih cinta pada Hank. Karena kau telah menempati tubuhku, jadi kau masih bisa merasa sedikit rasa cinta saat kau berdekatan dengannya." Entah darimana, terdengar suara lembut seorang perempuan yang sepertinya sedang membalas perkataan Asterin tadi.

Seketika Asterin keluar dari bak mandi, buru-buru memakai handuk dan keluar dari kamar mandi.

"Siapa di sana?! Beraninya mengintip saat aku mandi!" tegas Asterin takut jika ada yang mengintipnya.

"Aku Asterin yang asli, maaf sudah mengejutkanmu." Lagi-lagi suara itu terdengar, tapi sekarang berada di belakang Asterin. Ia memutar tubuhnya lalu nampak lah seorang wanita cantik mengenakan gaun putih bersih, tapi terdapat luka di bagian dahinya. Dan sekarang ia mengaku jika ia adalah Asterin yang asli.

Tak mau di bohongi, Asterin pun berkata, "Yang benar? Kau ini mungkin saja hanya jin qorin yang menyamar jadi Asterin."

"Ini sungguh aku. Aku Asterin putri bungsu dari Duke Austin dan Duchess Giselda. Aku hanya ingin bilang padamu, sebenarnya jiwa-ku sekarang juga berpindah ke dalam tubuh aslimu." Roh Asterin yang asli berkata jika ia berpindah jiwa ke tubuh Asterin yang ada di masa depan.

Asterin mengangkat satu alisnya bingung, jadi mereka berdua sedang bertukar jiwa karena sama-sama melakukan percobaan bunuh diri?

"Tapi bukannya tubuhku sekarang sedang koma di rumah sakit? Itu tandanya aku masih hidup dong? Tapi kenapa kita malah bertukaran jiwa?" Asterin di penuhi dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

Tak ada jawaban dari roh Asterin yang asli, ia juga bingung.

"Lalu apakah sekarang tubuhku yang asli sudah bangun dari koma?" tanya Asterin sangat penasaran dengan tubuhnya yang asli.

"Sudah, sepertinya kedua orang tuamu sangat sayang padamu. Karena saat aku baru membuka mata, ibumu langsung memelukku," jawabnya.

Asterin malah geli mendengarnya, sayang darimana? Yang ada sehari-hari Asterin dibuat babak belur.

"Tidak, mereka tidak sayang padaku."

"Kenapa kau berkata seperti itu?"

"Asalkan kau tahu, mereka tidak pernah memberikan kasih sayang sedikitpun padaku. Yang ku dapat hanya apa? Hanya pukulan dan makian dari mereka, dan itu yang membuatku semakin tertekan. Aku berniat untuk bunuh diri karena ingin lepas dari mereka, eh malah terdampar kesini." Asterin mengeluarkan semua keluh kesahnya, hal itu membuat wanita yang ada di depannya merasa kasihan.

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang