16.

113 5 0
                                    

"Ada apa ini? Apa yang terjadi dengan Noah?" tanya Hank pada dua prajurit yang berjaga di depan ruang pengobatan.

"Beliau terluka parah dan tak sadar," jawab prajurit itu.

Tak lama kemudian, tabib keluar dari ruang pengobatan dengan penampilan yang acak-acakan, tapi bisa dilihat dari raut wajahnya yang terlihat sudah tenang.

"Apakah penanganannya sudah selesai?" tanya Hank pada tabib itu yang dibalas anggukan mantap.

"Luka di bagian kepala sangatlah banyak dibanding bagian tubuh lainnya, dan itu bisa merenggut kesadaran Tuan Muda. Bisa jadi Tuan Muda akan koma selama beberapa waktu," ucap tabib menjelaskan tentang kondisi Noah.

"Ini bisa menjadi ide yang cemerlang untuk membawa Asterin kembali kesini," batin Hank sambil memegang dagu layaknya orang sedang berpikir.

Hank mengangguk-angguk disertai seringai kecil. "Aku rasa Asterin juga harus tahu berita buruk ini."

"Tapi kan--"

"Tenang saja, aku akan mengabarkan kepada Asterin lalu membawa nya kemari juga," tukas Hank lalu berlari pergi dari sana.

"Mau kau pergi ke tempat yang sangat jauh sekali pun, akan aku susul dan aku bawa kau kembali padaku," gumam Hank di sela-sela berlari-nya.

Hank berlari menuju kandang kuda dan mengambil satu kuda jantan yang sering dipakai untuk menarik kereta. Hank langsung naik ke atas kuda tanpa pelana dan kuda itu langsung berlari saat Hank memecut tali kekangnya.

Kusir yang ada di sana langsung meneriaki Hank, "HEI! MAU DIBAWA KEMANA KUDANYA?!"

"TENANG SAJA! NANTI AKAN AKU KEMBALIKAN." Hank membalas pertanyaan kusir itu dengan suara yang menggelegar karena Hank sudah jauh dari kandang kuda.

Surai hitam Hank berantakan karena terkena angin. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak menunggang kuda."

Hank melesat dengan sangat cepat. Bukan atas perintah Hank, tapi kuda itu sendiri yang berlari nya semakin kencang.

******

"Aku sudah bosan menunggu di sini, mau sampai kapan aku terus duduk menunggu sampai Kaisar pulang?" Asterin merengek karena ia rasa ia sudah sangat lama menunggu Kaisar kembali. "Kalau begini lebih baik aku pulang."

"Jangan pulang, maafkan aku karena aku tidak segera kembali." Tiba-tiba saja Kaisar Adelino muncul dan menyahuti ucapan Asterin.

"Eh yang mulia, bukan seperti itu maksud saya," ucap Asterin lalu membungkuk hormat.

Kaisar Adelino langsung duduk di sofa depan Asterin. Wajar Kaisar Adelino terlihat sangat lelah dan lesu.

"Maaf jika saya lancang yang mulia. Mengapa wajah anda terlihat pucat dan seperti kelelahan?"

Kaisar Adelino terkekeh kecil lalu menjawab, "Aku ada urusan tadi malam dan aku tidak tidur. Jadi wajar saja jika wajahku terlihat lelah."

Asterin juga berpikir sama seperti Kaisar Adelino. Memang benar, orang yang kurang tidur akan terlihat pucat dan lesu.

"Kau boleh ke kamarmu yang ada dilantai atas sembari menunggu aku membersihkan diri. Aku akan meminta pelayan untuk mengantarmu," ucap Kaisar Adelino yang membuat Asterin senang karena ia tidak perlu menunggu sambil duduk dan celingak-celinguk lagi.

"Baik yang mulia."

Singkat cerita, Asterin sudah di antar ke kamarnya. Asterin bisa menilai jika kamar itu bagus karena kamar itu bernuansa putih dan biru laut.

Asterin langsung mendudukkan dirinya di atas ranjang empuk yang lebih empuk daripada di dunianya maupun di kediamannya sendiri.

Entah mengapa, tiba-tiba saja Asterin merasa sangat mengantuk yang mengharuskan dirinya harus tidur di saat itu juga.

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang