20.

66 8 0
                                    

Hank kembali ke rumahnya sendiri, bukan ke kediaman Asterin.

Ia mempunyai firasat yang buruk di hari esok. Jadi Hank ingin bertemu dulu dengan ibu angkatnya yakni Nyonya Ida.

"Tidak tahu apa yang akan terjadi besok, tapi aku tidak peduli. Ini semua demi Asterin."

Di sepanjang perjalanan kembali, Hank banyak melamun. Hatinya pun ikut gelisah, seperti akan terjadi masalah yang besar besok sore.

Hingga tanpa sadar, kuda yang ia tunggangi menabrak seorang nenek tua yang sedang menyebrang.

Hank terkejut dan berhenti untuk menolong nenek itu. Pria itu turun dari atas kuda dan membantu nenek itu pergi ke tepi jalan.

"Maafkan saya nek, saya benar-benar tidak melihat tadi. Apakah ada yang sakit?" tanya Hank dengan cemas.

Bodoh. Sudah tau ditabrak kuda, masih bertanya sakit atau tidak. Dasar pria aneh.

Nenek itu tertawa kecil. "Tidak apa-apa, tadi hanya tersenggol sedikit saja. Tidak ada yang serius."

Walaupun sudah bilang tidak apa-apa, Hank tetap merasa tidak enak. Hank merogoh saku celananya dan mengeluarkan 5 keping koin perak.

"Ambil saja, sebagai permintaan maaf saya," ucap Hank sambil memberi kepingan koin itu.

Tangan nenek tua itu terulur memegang pergelangan tangan kanan Hank. Seketika raut wajahnya terlihat serius.

Hank pun bingung. Ada apa sebenarnya?

"Ada apa nek?" tanya Hank bingung.

"Kau memiliki itu anak muda?" Nenek tua itu kembali bertanya dan tatapan matanya menelisik.

"Hah? Memiliki apa? Aku tidak memiliki apa-apa," jawab Hank sedikit panik.

"Jujur saja, nenek tidak akan memberitahu siapapun. Nenek bisa merasakannya," ucap Nenek itu dan menarik tangan Hank supaya ia duduk.

"Sungguh, aku tidak memiliki apapun. Aku hanya manusia biasa." Hank menjawab tapi tangan kirinya sibuk untuk menghapus keringat dingin yang ada di wajahnya.

"Kau ini anak siapa?"

"Anak dari Ida... Ida Alora. Ya! Itu ibuku. Memangnya kenapa?"

"Oh Ida.. seingat nenek, Ida tidak punya anak laki-laki. Dia hanya memiliki anak perempuan saja," jawab nenek itu lagi dan membuat Hank semakin tersudut.

"Aku anak angkatnya," timpal Hank sebelum nenek tua itu membuatnya lebih tersudut.

"Ah.. kau anak angkatnya. Tapi kau tidak bisa mengelak anak muda, nenek tahu apa yang kau miliki sekarang."

Hank menelan kasar saliva-nya, ia tidak tahu lagi ingin jawab apa.

"Kau pengatur mimpi?" tanya nenek itu dengan suara yang berbisik.

Kepala Hank mengangguk-angguk, ia sudah pasrah jika nenek yang ada di depannya ini tahu kemampuan yang dimilikinya.

"Itu benar, akulah orang yang mengatur mimpi itu. Bagaimana nenek mengetahuinya?"

Nenek itu tidak menjawab, ia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Hank.

Kepala nenek itu menoleh ke belakang dan berucap kepada Hank, "Jangan sampai lengah."

Hank masih pelanga-pelongo di tempatnya. Tapi karena penasaran dengan artinya, Hank pun mengejar nenek tadi.

"Kemana perginya? Cepat sekali, sudah hilang saja."

Seketika nenek itu hilang dari pandangan Hank. Padahal belum ada 5 menit ia pergi.

"Jangan lengah.. apa artinya? Ah membuatku penasaran saja. Ayolah, aku benar-benar penasaran sekarang," gerutunya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang