14.

123 5 0
                                    

"Sial sekali!" Hank mendengus kesal lalu berlari menuju kamar Asterin.

Saat sudah di depan kamar Asterin, Hank langsung menggedor pintunya.

"Asterin! Tolong buka pintunya! Aku tidak mengizinkan dirimu untuk ikut bersama Kaisar," pekik Hank dari luar.

"Aku tidak peduli! Pergilah dari sini!" Bukannya membukakan pintu, Asterin malah mengusir Hank untuk pergi.

"Tidak, aku akan tetap menunggu disini sampai kau membukakan pintu untukku," ucap Hank dari luar lalu Asterin tidak mendengar suara Hank lagi.

Asterin tidak peduli, ia sibuk mengemas pakaiannya untuk ikut dengan Kaisar besok.

Waktu berlalu, malam sudah tiba dan perut Asterin kelaparan. "Tumben, biasanya Mira udah nganterin makan."

Karena dikira Hank sudah pergi, Asterin pun membuka pintu kamar untuk berniat pergi ke ruang makan. Tapi perkiraannya salah, masih ada Hank yang sedang tertidur pulas dengan posisi bersandar pada dinding di samping pintu.

'Aishhh dia masih di sini, berarti harus pelan-pelan jalannya,' batin Asterin sambil melangkahkan kaki dengan perlahan-lahan supaya Hank tidak terbangun dari tidurnya.

"Asterin.... tunggu aku, aku tidak ingin kau pergi. Aku hanya ingin kau tetap di sini bersamaku..."

Deg!

Mendengar suara itu, dengan perlahan Asterin memutar kepalanya untuk melihat ke arah Hank. Syukurnya, Hank hanya mengigau. Setelah dirasa aman-aman saja, Asterin kembali melangkah dengan perlahan dan sangat hati-hati.

Setelah agak jauh, Asterin berlari kecil supaya cepat sampai ke ruang makan.

Asterin baru berlari kecil beberapa langkah, tangannya dicekal oleh tangan besar yang ia kira itu adalah tangan Hank. Dan ya, itu benar-benar tangannya Hank.

"Kau mau kemana?" tanya Hank dengan suara khas baru bangun tidur.

"Ke ruang makan, perutku kelaparan," jawab Asterin dengan nada ketus.

Hank pun menatap Asterin dengan tatapan menelisik, mencari tahu apakah Asterin berbohong atau tidak.
"Biar aku temani, kau tidak boleh pergi sendiri."

Asterin menghela nafas kasar, "Oh ayolah, aku bukan anak kecil. Aku bisa berjalan sendiri, kau tidak usah temani aku. Lanjutkan saja tidurmu yang tadi."

Hank menggeleng cepat, lalu menarik tangan Asterin dan pergi ke ruang makan.

"Apa-apaan kau ini? Tanganku sakit jika ditarik seperti itu, lepaskan!" Asterin berusaha melepaskan tangannya dari cekalan tangan Hank, tapi tenaga Hank lebih besar 3 kali lipat dibanding tenaga Asterin.

Akhirnya Asterin pasrah dan terus berjalan walaupun tangannya ditarik Hank.

Tak memakan waktu lama, mereka berdua pun sampai di ruang makan.

"Pergilah makan di dalam, aku akan berjaga di sini."

"Tidak, aku sudah tidak lapar lagi. Biar saja, mungkin sebentar lagi aku akan mati karena kelaparan," balas Asterin dengan nada yang tidak ramah sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Baiklah kalau begitu, jika kau mati aku juga akan ikut mati bersamamu."

'Merepotkan sekali, dasar bucin akut.' batin Asterin mengejek Hank.

Karena memang sudah sangat lapar, Asterin pun masuk ke dalam ruang makan untuk makan malam.

Setelah selesai makan, Asterin tidak langsung pergi keluar. Ia sengaja berlama-lama di dalam supaya Hank pergi, walaupun ia tahu Hank tidak akan pergi sampai ia keluar.

Asterin juga bingung ingin melakukan apa di dalam ruang makan, ia berjalan-jalan mengelilingi ruang makan karena memang ruang makannya sangat luas.

Kaki Asterin lelah, akhirnya Asterin pun terduduk di sudut ruang makan.

Saat sedang bersandar pada dinding, Asterin melihat satu hal yang membuatnya penasaran. Asterin bangun dari duduknya lalu melihat hal itu, ada pintu tua yang terletak di sudut ruang makan sebelah barat.

"Pintu apa ini?" tanya Asterin pada dirinya sambil melihat pintu itu dari atas sampai bawah. Pintunya memang sudah tua dan usang, tapi masih bisa dikatakan bagus karena pintu itu belum keropos.

Tangan Asterin meraih gagang pintunya, dan ternyata pintu itu tidak dikunci, hanya saja sedikit berat untuk dibuka. Asterin mengeluarkan seluruh tenaganya dan mendorong pintu itu ke arah dalam supaya terbuka lebar.

Karena di dalam sana gelap, Asterin merinding dan langsung menutup pintu kembali dengan sangat rapat. "Ih gelap, takut ah, mending balik aja."

Akhirnya Asterin pun keluar dari ruang makan.

Asterin kira di ruang makan masih ada Hank, ternyata Hank sudah tidak ada entah pergi kemana. Asterin menghela nafas lega karena akhirnya pria aneh itu pergi.

Puk!

"Nona!" panggil seseorang sambil menepuk pundak Asterin yang membuat Asterin terkejut.

"EH AYAM!" teriak Asterin karena terkejut, dan saat dilihat ternyata pelakunya adalah Mira yang sedang terkekeh geli. "Miraaa aku terkejut... kalau nanti jantungku lepas bagaimana? Kau ini suka sekali mengejutkan orang."

"Hehehe maaf Nona, habisnya tadi saya panggil-panggil Nona tidak dengar."

"Eh masa?" tanya Asterin yang dibalas anggukan kecil oleh Mira. "Oh iya Mir, tadi kenapa tidak mengantar makan untukku? Tadi aku kelaparan tahu."

"Anu.. saya disuruh pengawal pribadi Nona untuk tidak mengantar makan malam Nona," jawab Mira sambil menyengir lebar.

Mood Asterin sudah jelek dari pagi jadinya Asterin tidak tertawa, "Kau boleh pergi."

Karena disuruh pergi, Mira pun akhirnya pergi meninggalkan Asterin sendiri di depan ruang makan.

"Ishh dasar pria menyebalkan, awas saja nanti."

Asterin pun kembali ke kamarnya dan bersiap untuk pergi tidur. Setelah selesai berganti pakaian, Asterin baru sadar ada secarik kertas tergeletak di atas meja riasnya.

Karena penasaran, Asterin pun membuka kertas itu. Anehnya kertas itu hanya bergambarkan seperti satu orang pria yang sedang terduduk di kursi dengan posisi tangan dan kakinya diikat, tapi dengan wajah yang menunduk.

Asterin menaikkan sebelah alisnya, berusaha memahami arti dari gambar tersebut. "Gambar apa sih? Ngeri amat, buang aja lah."

Dan ya, kertas itu di buang oleh Asterin ke luar balkon. Setelah itu Asterin pun pergi tidur.

******

"Masih kuat?" tanya seorang pria jangkung pada Noah dengan suara berat dan terdapat balok kayu besar di sebelah tangan kanannya.

"Aku bukanlah pria yang lemah, ayo pukuli aku lagi!" balas Noah menantang pria yang ada di depannya.

Tidak ada tanggapan dari pria jangkung itu, dia hanya terdiam tapi matanya menatap tajam ke arah Noah yang benar-benar babak belur.

"Apa? Ayo pukuli aku lagi! Bukankah kau suka menyiksaku di sini? Oh apakah kau kasihan pada diriku?" Noah meledek pria itu yang membuat pria jangkung itu emosi dan langsung menghantam kepala Noah dengan balok besar yang ada di tangan kanannya.

Noah langsung hilang kesadaran, darah segar mengucur deras dari dahi Noah.

"Dasar lemah, baru segitu sudah pingsan," cibir pria jangkung itu lalu melepaskan ikatan tali yang ada di tangan dan kaki Noah lalu membawa Noah keluar dari tempat penyiksaan itu.

Entah ingin dibawa kemana, tapi pria jangkung itu membawa Noah keluar dari kediamannya. Mungkin saja ia berniat untuk membakar Noah besok pagi, bisa saja bukan?

******

Noah: gue bukan cowok lemah, sori yee

*pingsan

Bye All.

ASTERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang