04. Kambuh

594 41 3
                                    

Alooo everyone, ketemu aku lagi🤩👋🏻

Happy weekend guys 👀

Aku tekan bintang di pojok bawah dulu, biar ga jadi siders, sksk 🤩💙

200+ viewers buat book ini, jadi aku mutusin buat up, mwehee 😗💙

Enjoy, and happy reading 🕊️








































"Loh, Na? Bukannya dari dulu si Ombak gak pernah sadar ya? Dia gak pernah sadar kalau cewek yang dia perjuangin tuh gak pernah liat perjuangan dia."—Heksa.




































•••••

Heksa, pemuda itu sudah sampai di lapangan awal mereka melakukan pemanasan sekitar lima belas menit yang lalu.

Pak Tian mengatakan, mereka boleh kembali ke kelas jika sudah merasa tidak lagi kelelahan.

Namun, lihatlah Heksa saat ini. Pemuda berkulit tan itu tengah sibuk mondar-mandir di dekat gerbang utama Neo school. Menanti Jenandra dan Nathan tentunya.

Nathan merupakan pelari yang baik. Bukankah seharusnya Nathan sudah kembali ke sekolahan? Begitulah isi pikiran Heksa.

"Heksa!"

Heksa memejamkan kelopak matanya. Ia memutar tubuhnya menatap ke si pemanggil sembari membuka kelopak matanya dengan gerakan slow motion.

Oh, lihat! Seorang gadis cantik berdiri di sana. Terlihat sangat cantik apalagi dengan rambutnya yang terlihat acak-acakan itu.

Heksa tersenyum, lalu melambai kaku ke arah gadis itu. "Hai." Begitu sapanya, senyumnya sangat kentara jika ia begitu terkejut dengan kemunculan gadis itu.

"Lo ngapain deh mondar-mandir kayak setrikaan?" tanya gadis dengan tampang yang terbilang cukup tampan untuk ukuran seorang gadis.

"Anu, lagi nunggu Nathan sama Jenandra. Mereka belum balik." ucap Heksa.

Gadis itu mengangguk paham, "Owalaah, kirain kenapa. Kek setrikaan rusak soalnya, gue aja ampe pusing merhatiin lo dari dalem kelas gue." ujar gadis yang kini tengah merapikan rambutnya yang acak-acakan akibat baru saja bangun tidur.

"Lo lucu banget, Ru." Heksa menatap gadis itu kagum.

Runa, gadis tomboy itu menatap Heksa sejenak. Lalu tersenyum dengan sangat cantiknya, hingga membuat Heksa seketika lupa akan rasa khawatirnya pada Jenandra.

"Thanks." Gadis itu berlalu dari depan Heksa.

Heksa tersenyum, ia memegang pipinya yang terasa memanas. "Aduuuuh, ayang Ruru senyum ke gue." gumamnya.

"Eh iya! Ini si Ombak ama Nathan gimana ya?!" Heksa setengah memekik kala mengingat apa alasan dirinya sedari tadi mondar-mandir.

Pemuda itu memutar tubuhnya, membawa langkah kakinya menuju ke dalam kelas. Mungkin dirinya akan langsung berganti seragam saja.



Winda menatap Jenandra yang masih mencoba untuk bernapas dengan benar itu, tangan lembutnya meraih tangan Jenandra yang berkeringat dingin itu. Mengelusnya dengan lembut, "Pelan-pelan Jenandra, pelan-pelan, oke?"

HEY, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang