27. Back to School

234 37 5
                                    

Hay, halooooo. Maruk kembali 🤸

Ayo pencet bintang ada di pojok bawah sanaaaa! Maruk bilek, "Gue nggak nerima penolakan." Mwehee :3

Enjoy, and happy reading 🕊️




























"Buna pernah nyesel nggak punya anak kayak Jejen?"—Jenandra.





































•••••

Tahun dua ribu dua puluh empat terhitung sudah terlewati seminggu lebih, dan tepatnya hari ini Jenandra harus melepas sang kakak dari pelukannya. Anak itu cemberut menatap sang kakak yang tengah berdiri di hadapannya itu.

Tangan yang lebih tua terulur guna mencubit main-main pangkal hidung yang lebih muda, lantas kedua tangannya ia bawa untuk menangkup wajah adiknya itu. "Jangan cemberut gitu dong, Abang jadi nggak tega buat ninggalin kamu tau."

Jujur Marka masih ingin menghabiskan waktunya bersama Jenandra, namun dirinya harus kembali melaksanakan kegiatan kuliahnya lusa. Jadi mau tak mau, Marka harus kembali ke kos-kosannya dan meninggalkan adiknya itu.

Sedangkan Jenandra justru semakin mengeratkan pelukannya pada sang kakak, "Aaa, Abang baliknya besok aja sih, Bang! Jejen masih kangen." Rossa menghela napas mendengar rengekan sang bungsu.

Jeffri sendiri kini tengah bersandar pada mobil miliknya, lelaki itu bersiap hendak menghantar sang putra ke kos-kosannya.

Rossa menarik pelan tubuh Jenandra dari sang kakak, "Adek, dengerin Buna," Tangan lembut wanita itu menangkup wajah bungsunya, "Abang, 'kan, nanti harus beres-beres kamar kos dulu di sana, terus kalo perjalanan pasti capek, 'kan?"

Si bungsu mengangguk membenarkan, pasalnya dirinya pergi ke sekolah saja pulangnya langsung tepar di kasur selama hampir lima jam. "Jadi nggak pa-pa ya kalau Abang pulang sekarang?"

Mendengar itu, bibir Jenandra mencebik. Lantas sebuah ide terlintas di pikiran si bungsu, "Oh!" Bola mata anak itu berbinar senang, membuat seluruh atensi keluarga kecil itu tertuju pada dirinya. "Gimana kalau Adek ikut Daddy buat nganterin Abang ke kos?"

Senyum di wajah anak itu seketika luntur ketika tiga anggota keluarga lainnya kompak menjawab, "Nggak!" Jawaban itu membuat Jenandra menghentakkan kakinya kesal.

Jeffri menghela napas pelan, melangkah ke arah bungsunya. Memutar tubuh anak itu agar menghadapnya, "Adek, jangan marah dong. Adek, 'kan, belum sembuh banget. Nanti kalau ikut Daddy, takutnya Adek malah drop lagi."

"Tap—"

"Kalau Adek nggak ikut, besok Adek Buna bolehin buat berangkat sekolah." Rossa memotong ucapan si bungsu, dan ucapannya itu sukses membuat anaknya menoleh cepat ke arahnya.

"Beneran, Bun?!" Rossa tersenyum ketika melihat binar antusias itu hadir di kelereng indah milik putranya, dan jangan lupakan senyum sumringah putranya.

Rossa mengangguk kecil, maka dengan itu Jenandra bersorak senang. "YES!" Anak itu memeluk Marka, lantas memberikan kecupan kupu-kupu di pipi sang kakak.

"Bye, bye, Abaaang!" Anak itu kini dengan semangat empat limanya melambaikan tangannya ke arah Marka. Yang dihadiahi ekspresi datar oleh Marka.

HEY, LOOK AT ME! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang