Haloooo, apa kabar, Cingtah.
Keyboardku nyebelin bet asliii, masa gabisa buat nambahin emoooot ih!!!! Tetiba jadi se Jisung tingginya, padahal biasanya cuman se Ningning 😭👊
Pencet bintang yang ada di pojok bawah sana ya! Yang siders headsetnya mati sebelah
Enjoy, and happy reading 🕊️
"Jenandra banggaaaa banget, bisa jadi anak bungsu dari seorang Jeffrian Samudra dan juga Rossalina Anggraeni."—Jenandra.
•••••
Lagi dan lagi, malam ini Karin dibuat galau dengan perasaannya sendiri. Rasanya, ada yang hilang dari hidupnya belakangan ini. Mungkin, karena tak adanya kehadiran Jenandra di hidupnya?
Lagipula, kenapa anak itu tak masuk tanpa alasan yang jelas? Setau Karin, Jenandra paling anti dengan masuk tanpa izin.
Gadis dengan piyama bergambar beruang coklat itu menatap langit malam, bulan tersenyum dengan cerahnya. Didampingi oleh para bintang yang tengah asik menari, mengelilingi bulan yang nampak indah itu.
Ingatan gadis itu tertarik pada kejadian di mana Jenandra dulu pertama kali menyatakan perasaannya pada Karin. Tepatnya di ruang tamu rumahnya ketika dia anak itu kebetulan satu kelompok.
Di ruang tamu itu, Jenandra dan Karin duduk di atas karpet bulu sembari mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sejarah. Dua anak itu baru saja pulang selepas melakukan wawancara pada salah satu narasumber yang ada di daerah sekitar rumah Karin.
Karin sibuk memindahkan hasil catatannya ke laptop milik ayahnya, sedangkan Jenandra sibuk mengagumi paras ayu milik sang gadis. Senyum manis itu terbut di wajahnya begitu menyadari betapa cantik dan menggemaskannya Karin.
"Rin." Jenandra memanggil, menyebabkan sang pemilik nama menoleh ke arahnya. Menatap bingung pada Jenandra yang baru saja memanggil nama Karin.
"Kenapa?" sahutnya bingung.
Yang lebih muda memutuskan untuk bertanya, "Boleh gue ngomong sesuatu?" Agak sedikit ragu dengan apa yang akan ia tanyakan, takut jika ucapannya nanti malah akan membuat risih Karin.
Karin mengangguk kecil, "Sure, mau ngomong apa emangnya?" Buku yang sedari tadi Karin pegang ia letakkan begitu saja di atas karpet.
Si pemuda terlihat ragu-ragu, terlihat dari tangannya yang kini sibuk memainkan bolpoin bertinta hitam itu.
Namun dengan segera, Jenandra menepis segala rasa ragunya. "Gue suka sama lo, Rin." ucapnya cepat, bahkan hampir sama cepatnya dengan kecepatan kereta.
"Hah? Apa?!" Karin mendengarnya, namun gadis itu hanya ingin memastikan pendengarannya.
"Gue, suka sama lo." Sang pemuda mengutarakan kalimat itu dengan kecepatan normal, dibarengi dengan eye contact yang keduanya lakukan.
"Jen? Bercanda ya lo? Nggak lucu tau, udah ah! Mending kerjain tugas aja, deadline-nya udah mepet tau." Memilih untuk mengabaikan Jenandra yang masih sibuk menatapnya, Karin kembali menyusun hasil catatan yang ada di bukunya ke laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY, LOOK AT ME! (Selesai)
RandomFamily, Bromance, Lil Bit Angst, Lil Bit Comedy, School, and etc. Perjuangan yang selama ini Jenandra lakukan tak pernah sekali pun terlihat di mata Karin. Lantas, harus dengan cara apa? Agar Karin mau melihat perjuangan yang sudah Jenandra lakukan...