Hay, halo, anyyeong 👋🏻 Maruk kembaliiii 💋
Janlup buat pencet bintang yang ada di pojok bawah sana yaw! Yang sudah vote, dapet kiss dari Om Jeff 🤸
Ngedraft ginian doang 5 hari bjiiir 😭👊
Enjoy, and happy reading 🕊️
"Kenapa lo mati duluan? Gue kangen banget sama lo."—Jenandra.
•••••
Rendi berlari tunggang langgang bak dikejar ratusan zombie yang siap menggigitnya dan pemuda yang ada di punggungnya. Cairan merah pekat itu mengalir dari hidung bangir milik Jenandra, mengotori seragam milik Rendi yang semula sangat bersih.
"Lo kenapa bisa sampe kayak gini sih, Jen?" gumam Rendi pelan, fokusnya kini hanya bagaimana dengan secepatnya ia bisa membawa Jenandra ke UKS.
Sebuah helaan napas lega mengudara dari belah bibir milik Rendi begitu pintu UKS sudah nampak di matanya, lantas langkahnya bertambah cepat. Kedua kakinya itu menendang pintu UKS dengan cukup kasar, membuat beberapa anak palang merah yang kebetulan tengah melaksanakan piket di ruangan itu terkejut dengan aksinya.
Dengan sigap, dua orang anak palang merah itu segera membantu Jenandra. Salah satu dari mereka dengan cepat menahan tubuh Jenandra, membuat kepala pemuda itu agak menunduk.
"Cariin es batu sama kain bersih ya." titah salah satu PMR, sementara yang diberi perintah mengangguk patuh dan segera berlari keluar dari UKS guna mencari es batu dan kain bersih.
Rendi sibuk mengatur napasnya yang terengah-engah, meski terlihat kurus, Jenandra tetap saja berat jika tak sadarkan diri seperti tadi.
"Kak Rendi butuh air?" Rendi tanpa ragu mengangguk, dirinya butuh sekali air.
"Ah, ada di meja piket, Kak. Belum aku buka kok, minum aja."
Mendengar hal itu, Rendi dengan segera menyambar botol air mineral yang ada di dekatnya itu. Menenggak hingga habis setengah botol air dari dalamnya.
"Ada yang bisa Kakak bantu?" Rendi dengan inisiatif penuh mengungkapkan tawaran pada si adik kelas.
"Ah, so far nggak ada, Kak." Anak itu tersenyum kecil, lantas melanjutkan ucapannya. "Kak Rendi bisa atur nafas Kakak dulu, atau butuh oksigen? Ad—"
"Nggak usah, udah lumayan kok."
"Oke."
Setelahnya, Rendi hanya memperhatikan si gadis yang dengan telaten menghentikan mimisan Jenandra. Sudah hampir empat menit anak itu mimisan.
Satu anak PMR tadi kembali dari kegiatannya mencari es batu dan kain bersih, dengan segera, es batu yang sudah terbalut kain bersih itu tertempel di pangkal hidung Jenandra.
Berharap jika dengan kompres es batu ini mimisan Jenandra akan segera berhenti. Perlahan namun pasti, darah yang semula mengalir deras mulai berubah menjadi tetes demi tetes.
Brak!
Pintu unit kesehatan itu dibuka dengan kasar oleh seseorang yang tak lain adalah Heksa, di belakangnya ada Nathan yang nampak sama terengahnya dengan Heksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY, LOOK AT ME! (Selesai)
RandomFamily, Bromance, Lil Bit Angst, Lil Bit Comedy, School, and etc. Perjuangan yang selama ini Jenandra lakukan tak pernah sekali pun terlihat di mata Karin. Lantas, harus dengan cara apa? Agar Karin mau melihat perjuangan yang sudah Jenandra lakukan...