Ekstra Chapter (Karin's Side)

266 22 3
                                    

Halooooow!

Di chapter ini, dari sudut pandang Karin yaaw! Di chapter sebelumnya dari sudut pandang Buna soalnyaaa.

Enjoy, and happy reading 🕊️






























•••••

Gadis yang baru saja berusia tujuh belas tahun itu membeku di tempatnya, suara dari monitor itu benar-benar memekakkan telinganya. Bola matanya bergetar begitu menatap wajah pemuda itu, nampak begitu damai dengan luka-luka kecil di wajahnya.

Tidak mungkin!

"Jen?"

Berharap jika panggilannya akan direspon oleh si pemuda. Namun nihil, pemuda itu tetap memejamkan matanya. Kedua kaki Karin bagai jelly saat ini, ia menutup mulutnya tak percaya.

Air mata lolos kembali dengan derasnya, jejak air matanya tadi saja belum kering. Dan kini, ditambah dengan air mata baru.

Gadis itu tak bergerak sedikit pun, bahkan ketika tim medis berdatangan ke dalam ruangan khusus itu.

Tak mungkin jika Jenandra tiada bukan? Anak itu baru saja mengobrol dengannya tadi.

Tubuh si gadis luruh, ia terduduk lemas di atas dinginnya lantai ruang ICCU pagi ini. Pandangannya memburam akibat air mata terus berdesakan, meminta untuk keluar.

Dokter yang berjaga tengah melakukan resutasi jantung paru, mencoba menggantikan sementara tugas jantung milik Jenandra. Berharap jika pemuda enam belas tahun itu bisa diselamatkan.

Salah satu perawat yang melihat Karin terduduk lemas di lantai dengan segera menghampiri gadis itu, membantu Karin untuk bangkit serta membawanya keluar dari ruangan itu.

Begitu gadis itu keluar, Nathan, Heksa, serta kedua orang tua Jenandra ada di sana. Menatap ke arah Karin dengan tatapan berbeda-beda.

Nathan dengan aura intimidasinya, Heksa dengan tatapan yang tak dapat Karin pahami, Jeffri dengan tatapan takut, dan juga Rossa dengan tatapan sendunya.

"Lo apain Jenandra?!" Karin menatap Nathan yang kini tengah menatapnya sengit.

Apa-apaan itu?! Kenapa ia dituduh begitu oleh Nathan?! "Maksud lo?!" Gadis itu menatap nyalang ke arah Nathan, tak terima dirinya dituduh begitu tentu saja.

"Lo nanya maksud gue?" Pemuda kelahiran Agustus itu menelan ludahnya susah payah, Jenandra, sahabatnya, tengah berjuang melawan maut di dalam sana.

"Nggak masuk akal, Rin. Setelah lo masuk ke sana, tiba-tiba tim medis itu masuk ke dalem sambil lari. Muka mereka keliatan panik! Lo apain Jenandra, hah?!"

Plak!

Lagi, sebuah tamparan keras dari Karin mendarat di pipi Nathan. "Gue emang nggak cinta sama Jenandra, Nathan! Bukan berarti gue ada niatan buat nyelakain dia, bangsat!" Emosi gadis itu meledak seketika.

Nathan terkekeh remeh, mengusap sudut bibirnya yang berdarah akibat tamparan gadis itu. Sialan sekali, kedua pipinya telah menjadi samsak telapak gadis itu pagi ini.

"Lo—"

Geraman Nathan terpotong ketika Jeffri dengan tegas berujar, "Bisa tolong tenang?! Jenandra di dalem sana lagi berjuang, dan liat apa yang kalian lakuin di sini?! Om mohon sama kalian, tolong tenang."

HEY, LOOK AT ME! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang