Haloooo! Yang penasaran sama reaksinya Marka pas tau Jejen meninggoy, jawabannya di chapter ini yaa 💋
Enjoy, and happy reading 🕊️
•••••
Pemuda sembilan belas tahun itu merebahkan dirinya, dirinya lelah bukan main setelah seharian ini mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosennya. Belum lagi ia harus mempersiapkan diri untuk presentasi minggu depan.
Meski banyak yang memuji Marka ini cerdas, nyatanya pujian-pujian itu justru membuat Marka gelisah dan takut. Takut jika suatu saat ia tak bisa melewati sesuatu, bagaimana tanggapan orang lain padanya?
Terbiasa menjadi juara umum selama sekolah dahulu, membuat Marka mati-matian mempertahankan nilai yang telah ia miliki. Tak ingin mematahkan ekspektasi banyak orang, apalagi keluarganya sendiri.
Helaan napas lelah mengudara, pemuda Leo itu memilih untuk memejamkan matanya. Mencoba untuk terlelap, entah kenapa kedua matanya terasa sangat segar saat ini.
Meraih ponselnya, waktu menunjukkan pukul tiga lebih lima belas menit pagi. Dan Marka tak dapat tertidur hingga kini. Ayolah, Marka mohon!
Tubuh Marka amat lelah rasanya, tapi kedua matanya tak begitu. Haruskah dirinya mandi? Lumayan panas juga hawa kamar kosnya.
Mengikuti kata otaknya, Marka menyambar handuk putih yang ia gantung. Membawa langkahnya menuju kamar mandi guna menyegarkan diri. Meski banyak yang mengatakan jika mandi malam itu tak baik, tapi Marka menyukainya.
Mungkin dengan begini, tubuhnya akan merasa jauh lebih nyaman. Dan ia bisa tertidur nantinya.
Hanya butuh waktu lima belas menit Marka mandi, pemuda itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tengah ia usak-usakkan ke rambut basahnya. Tanpa atasan, hanya sebuah celana pendek rumahan yang membalut kakinya.
Marka mendesah pelan, segar sekali rasanya.
Benda pipih canggih itu kembali ia raih, tubuhnya ia bawa untuk tengkurap di atas ranjang. Keningnya mengernyit begitu melihat jika Heksa beberapa kali meneleponnya.
Ada apa?
Baru saja Marka hendak menelepon pemuda Gemini itu, Heksa sudah lebih dulu meneleponnya. Dengan segera, ia menggeser icon telepon berwarna hijau itu.
"Kenapa, Sa?" tanya Marka begitu telepon itu tersambung dengan Heksa.
"Bang, bisa pulang nggak?"
Pulang? Kenapa? Tumben sekali anak curut satu ini meminta Marka untuk pulang?
"Lah? Ngapain? Gue ada jadwal kuliah siang nanti." Beralih posisi, Marka kini terlentang di atas ranjang yang menurutnya kurang nyaman itu.
"Jenandra. Balik ya, Bang?" Anak itu memohon.
"Kenapa tuh Bocil?" Adiknya baik-baik saja bukan?
"Intinya lo balik dulu, Om Jeff minta lo buat balik, Bang."
Ayahnya? Tumben sekali? Ada apa? Bukankah ia mengatakan ia akan kembali jika sedang mendapat cuti kuliah saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY, LOOK AT ME! (Selesai)
RandomFamily, Bromance, Lil Bit Angst, Lil Bit Comedy, School, and etc. Perjuangan yang selama ini Jenandra lakukan tak pernah sekali pun terlihat di mata Karin. Lantas, harus dengan cara apa? Agar Karin mau melihat perjuangan yang sudah Jenandra lakukan...