💔 - 10

1.8K 134 126
                                    

"Ayah, kenapa ayah bohongin Nono? Katanya mau ajak Nono ke sekolah, kenapa malah jadi ke lumah sakit?" Tanya Nono dengan nada yang sedikit gemetar karena takut sekaligus kesal. Ia sangat tidak suka dibohongi seperti ini. Padahal ia sudah sangat antusias untuk melihat calon sekolahnya dan menerima seragam barunya. Tapi sang ayah malah membawanya ke tempat yang paling ia tidak sukai.

"Karena Nono harus cek kesehatan dulu. Peraturan dari sekolahnya seperti itu. Setiap anak yang akan masuk sekolah harus melakukan pemeriksaan kesehatan dulu, para orang tua harus memberikan surat keterangan sehat pada kepala sekolah nantinya," jawab Donghyuck yang tentu hanya bualan semata, karena memang tidak ada peraturan seperti itu di sekolah Nono. Ia hanya ingin memastikan kalau Nono benar-benar sehat dan diizinkan mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.

"Nono gak akan disuntik kan, ayah? Gak akan dikasih obat pahit juga kan?"

"Enggak, sayang. Cuma tes kesehatan biasa, kayak tinggi badan, berat badan dan tekanan darah. Nono gak akan disuntik kok, apalagi dikasih obat pahit."

Raut wajah yang semula muram kini bisa menampakkan senyum cerah di wajahnya. Kalau hanya tes seperti itu, tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Ia sudah biasa dicek seperti itu saat imunisasi. Mungkin karena harus ada surat keterangan sehat dari dokter, makanya sang ayah mengajaknya ke rumah sakit alih-alih ke posyandu.

Berhubung Donghyuck sudah membuat janji temu dengan sang dokter, maka ia tidak perlu menunggu antrean dan bisa langsung masuk ke ruang dokter spesialis anak yang memang sudah menangani Nono sejak bayi.

"Selamat pagi doktel cantik," sapa Nono begitu mereka memasuki ruangan dokter Joy.

"Pagi juga Nono yang lucu. Kau semakin pandai memuji ya?" Balas sang dokter.

"Hihi, ayah yang mengajaliku," ucap Nono sambil memasang senyum khasnya. Donghyuck yang mendengar itu merasa sedikit tak terima, sejak kapan ia mengajari Nono hal-hal seperti itu? Palingan juga ini ajaran Ryo si bocah baru puber itu.

Dokter Joy ikut menanggapinya dengan senyuman. "Jadwal pemeriksaan Nono harusnya minggu depan, tapi dimajuin karena Nono katanya mau masuk sekolah ya?" Ia mulai berbasa-basi saat Donghyuck dan Nono sudah duduk di hadapannya.

"Iya doktel! Nono sudah tidak sabal mau sekolah! Nanti Nono bisa naik bus kuning dan beltemu dengan teman-teman yang lain!"

"Semangatmu bagus sekali Nono. Nanti kau harus belajar dengan rajin ya, menurut pada ibu bapak guru dan jadi anak baik," pesan dokter Joy sambil melirik ke arah Donghyuck. Donghyuck hanya menatapnya dengan malas karena sang dokter mengetahui track recordnya yang buruk saat di sekolah.

"Tentu saja doktel!"

"Nah sekarang, Nono ditimbang dulu ya?"

Nono bergegas membuka sepatunya dan segera menaiki timbangan yang sudah disediakan. "Syukurlah berat Nono semakin naik. Kalau sampai berkurang nanti dokter suruh Nono makan yang banyak."

"Ayah selalu memaksa Nono mam yang banyak, doktel. Apalagi Nono banyak mam sayul-sayulan, bosan sekali," adunya.

"Itu sangat bagus untuk kesehatan, Nono. Ayahmu sangat menyayangimu, makanya dia sangat menjaga makananmu."

Nono tersenyum sesaat sebelum ia memeluk kaki sang ayah. "Nono juga sangat menyayangi ayah!" Setelahnya Nono berdiri menempel dinding untuk diukur tinggi badannya.

"Apa aku beltambah tinggi?"

"2 sentiii," jawab dokter Joy sembari menunjukkan gesturnya dengan dua jari. Nono sedikit cemberut mendengarnya. Padahal ia sudah rajin minum susu tapi tingginya itu tidak bertambah banyak.

Be a Good Father - HyucknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang