Setelah dua minggu melakukan perawatan intensif di rumah sakit, Donghyuck sudah diperbolehkan untuk pulang, dengan catatan tetap melakukan rawat jalan dan terapi rutin di rumah sakit. Sekarang ia mengerti mengapa Nono sering merengek minta pulang saat dirawat dulu, karena memang rumah sakit semembosankan itu, kendati fasilitas kamar yang Donghyuck tempati sudah sangat lengkap. Tidak ada tempat yang lebih nyaman selain rumahnya sendiri.
Bersamaan dengan Donghyuck yang sudah diperbolehkan pulang, Jeno pun diizinkan untuk pulang dan merawat Donghyuck secara penuh sebagai dokter pribadinya, tapi tetap berada di bawah pengawasan dokter Choi — dokter spesialis ortopedi yang menangani Donghyuck.
Untuk sekarang, Donghyuck masih belum bisa berjalan menggunakan kruk. Ia masih harus menggunakan kursi roda untuk memudahkan aktivitasnya.
"Hyuck, waktunya sarapan dan minum obat." Jeno masuk sambil membawa nampan berisi bubur dan obat-obatan untuk Donghyuck.
Seperti biasa, setiap paginya Jeno selalu bangun lebih awal untuk mengurus Donghyuck, dari mulai memandikannya sampai menyiapkan sarapan serta obat untuknya. Barulah setelah itu ia menyiapkan keperluan Nono yang akan berangkat sekolah.
"Nono sudah bangun?" tanya Donghyuck. Ia merasa sedikit heran sebab Nono belum datang ke kamarnya. Biasanya begitu membuka mata, dengan muka bantal dan kesadaran yang belum sempurna, Nono sudah masuk ke kamarnya hanya untuk memeluknya. Tapi pagi ini si kecilnya yang manis itu belum menampakkan dirinya sama sekali.
Jeno mengangguk sekilas. "Lagi mandi anaknya."
"Tumben? Biasanya ke sini dulu?"
Jeno menyimpan nampan berisi gelas dan obat-obatan Donghyuck, lalu ia duduk di samping sang suami dengan semangkuk bubur di tangannya. "Katanya semalem dia mimpi buruk. Mimpi dikejar buaya kepala kodok sampe ngompol. Makanya aku suruh dia langsung mandi."
"Aneh-aneh aja mimpinya tuh bocah," kekeh Donghyuck sebelum ia membuka mulutnya menerima suapan dari Jeno.
Tak sampai satu menit, Nono sudah berteriak sambil menerobos masuk masih menggunakan handuk mandinya, buat Jeno terkejut dan hampir saja menjatuhkan mangkuknya. "Papaaa!! Nono sudah selesai mandinya!!"
"Astaga Nono, bikin kaget aja," ucap Jeno.
"Hehe, maaf papa," Nono memasang cengiran yang sama seperti Donghyuck saat sedang melakukan kesalahan. Ia lantas menaiki ranjang sang ayah untuk memeluk dan memberinya sapaan selamat pagi. "Selamat pagi, ayah!"
"Pagi kesayangan ayah," balas Donghyuck sembari memberikan kecupan ringan di kedua pipinya.
"Nono, pakai bajunya dulu sayang. Kan papa udah siapin baju seragamnya."
"Nanti papa, Nono mau peluk ayah dulu," tolak Nono yang mulai bergelayut manja pada sang ayah.
"Hayo, Nono udah mulai gak nurut sama papa? Nanti nono dikutuk jadi buaya kepala kodok loh, mau?"
Nono seketika berjengit mendengar pertanyaan mengerikan dari sang ayah. "Ih ayah!! Kok ayah tahu tentang buaya kepala kodok?! Nono ndak mau jadi monstel selam itu hihhh!"
"Ya tahu dong. Nono ngompol di kasur aja ayah tahu. Makanya nurut ya sayang. Pakai dulu bajunya, nanti Nono kedinginan loh."
"Aaaaa papaaa!! Pasti papa yang kasih tahu ayah kan! Ihh Nono kan bilang itu lahasia!" rengeknya.
Donghyuck dan Jeno kompak tertawa melihat sang anak yang mulai merajuk. "Udah sana pakai bajunya dulu sebelum Nono beneran jadi buaya kepala kodok."
"Aaaaa iyaa! Iya!! Nono pakai baju sekalang! Ishh! Ayah nyebelin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Father - Hyuckno
FanfictionAlohaaa Sebelum baca book ini alangkah baiknya baca cerita Cigarette or Kiss dulu di book Hyuckno Story yaaa, supaya gak terlalu bertanya-tanya kenapa ceritanya tiba-tiba begini hehehe