Hari pertama sekolah membuat Nono sangat bersemangat untuk bangun lebih pagi lagi. Meskipun sekolah masuk pukul 8, Nono tetap harus berangkat lebih awal, karena bus sekolah harus berkeliling menjemput anak-anak terlebih dahulu.
Tas sekolah dan semua perlengkapan belajar Nono sudah disiapkan sejak semalam. Donghyuck bahkan tak lupa memasukkan jas hujan ke tas sang anak mengingat musim penghujan telah tiba.
Sebenarnya Donghyuck diizinkan mengantar Nono ke sekolah di hari pertamanya. Tapi Nono menolak, katanya ia ingin belajar mandiri. Anggap saja kunjungan kemarin saat mendaftarkan Nono menjadi hari pertamanya mengantar sang anak sekolah. Jadilah Donghyuck hanya akan mengantar Nono hingga ke halte dan menunggu sampai bus sekolahnya tiba.
Sekitar pukul 7 kurang 10 menit, Donghyuck sudah menyelesaikan sarapan mereka dan siap berangkat ke sekolah. Rencananya Donghyuck ingin menyiapkan makan siang untuk sang anak, tapi kemudian ia ingat kalau sekolah Nono menyiapkan makan siang untuk anak-anak. Ia percaya kalau pihak sekolah akan sangat memperhatikan dan menjaga makanan mereka. Jadi, Donghyuck tinggal mengatur apa saja yang boleh dan tidak boleh Nono makan selain makan siangnya.
"Ayah! Ayo cepat nanti Nono ketinggalan bus kuningnya!"
"Gak akan ketinggalan, sayang."
Donghyuck dan Nono keluar, bersamaan dengan Jeno yang juga baru saja keluar hendak menuju rumah sakit untuk shift pagi. Donghyuck melirik sekilas pada Jeno yang terus berjalan tanpa menoleh.
"Nono, ke sini sebentar!" panggil Ibu Sunny di teras rumahnya, buat Nono segera berlari menghampirinya.
"Ini bekal untuk Nono dari ibu," ucapnya sembari memberikan beberapa lembar uang untuk Nono.
"Eh? Kenapa ibu kasih uang? Nono juga punya uang kok dali ayah."
"Ya gak papa, itu beda lagi. Ini hari pertama Nono belajar, dan ibu berharap uang ini bisa jadi berkat buat Nono."
"Kalau begitu, telima kasih banyak ya ibu." Nono segera menyalami ibu kesayangannya itu. Tak lupa ibu juga memberikan pelukan dan kecupan semangat di pipi Nono.
Setelah mengucap banyak-banyak terima kasih, mereka pun segera berlalu menuju halte. Kalau saja rumah kontrakan Nono tidak terpencil berada di dalam gang, bus sekolahnya pasti bisa mengantar jemputnya hingga ke depan rumah. Tapi karena aksesnya yang sulit, terpaksa Nono harus berjalan terlebih dahulu menuju halte.
Sejujurnya Donghyuck merasa was was karena tak bisa menjemput Nono setiap hari. Memikirkan Nono yang berjalan seorang diri dari halte ke rumah membuatnya semakin cemas. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk saat Nono pulang sekolah sendirian. Tapi untungnya, pihak kendektur bersedia mengantar Nono terlebih dahulu.
Donghyuck dan Nono terus berjalan sambil bergandengan. Sesekali mereka bernyanyi lagu anak-anak supaya perjalanan jarak kaki yang menghabiskan waktu 10 menit itu tidak terasa.
Di depannya, dengan jarak sekitar 15 meter, Jeno berjalan dengan sedikit terburu-buru. Mungkin ia tidak ingin terlalu dekat dengan Donghyuck dan Nono yang berjalan di belakangnya.
"Ayah, ayah! Nono salah apa ya? Kenapa kak Jeno sangat tidak suka pada Nono? Apa Nono belisik dan suka mengganggu?"
Donghyuck lantas menggendong Nono supaya mereka bisa berjalan sedikit lebih cepat, berusaha mengimbangi langkah kaki Jeno yang sudah cukup jauh di depan. "Kata siapa kak Jeno tidak suka sama Nono?"
"Kata Nono. Soalnya kalau sama ibu atau kakak Lyo, kak Jeno ndak begini. Pasti ada alasan kan kenapa kak Jeno tidak mau bicala sama Nono dan ayah?"
"Sebenarnya dulu ayah sempat membuat kesalahan sampai kak Jeno marah besar. Ayah udah minta maaf berkali-kali, tapi kak Jeno tetep gak mau maafin ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Father - Hyuckno
FanfictionAlohaaa Sebelum baca book ini alangkah baiknya baca cerita Cigarette or Kiss dulu di book Hyuckno Story yaaa, supaya gak terlalu bertanya-tanya kenapa ceritanya tiba-tiba begini hehehe