🍀 - 1

556 86 32
                                    

Di hari ulang tahunnya yang kelima kemarin, Nono mendapatkan hadiah sepeda dari sang kakek tercinta. Berhubung Nono belum bisa mengendarai sepeda roda dua, sang kakek lantas menambahkan dua roda ekstra di bagian belakangnya. Dengan begitu, Nono bisa dengan mudah bermain sepeda meski tanpa belajar lebih dulu.

Hampir setiap hari, terutama sepulang sekolah Nono bermain sepeda di halaman rumahnya yang luas. Terkadang sang kakek yang menemani, kadang pula sang ayah yang setia berlari kecil di samping sang ayah. Tapi lebih seringnya sang papa yang menemani, meski hanya duduk saja memperhatikannya dari terlas depan.

Seperti yang dilakukannya sekarang ini, Jeno dan Donghyuck sibuk mengawasi Nono yang tengah bermain sepeda sendirian. Terbesit keinginan dalam benak Donghyuck untuk membeli sepeda juga agar Nono punya teman bermain. Tapi sayangnya, ia masih terlalu sibuk untuk melakukan hal itu. Mungkin nanti setelah Nono lebih lihai lagi ia akan membeli sepeda baru, supaya Nono tidak hanya bermain di halaman tapi juga bisa diajak keliling komplek dan bermain di taman.

"Ayah! Papa! Lihat! Nono semakin jago!" seru Nono.

"Nono memang jagoan dan sangat hebat! Ayo semangat Nono!" balas Donghyuck yang ikut berteriak.

Mata Jeno tak sekalipun lepas dari Nono, ia tersenyum teduh melihat bagaimana antusiasnya bocah kecil itu dengan hobi barunya. "Gak heran kalau banyak yang suka sama Nono. Soalnya makin hari dia makin lucu dan bikin gemes."

Donghyuck sedikit mendelik mendengar penuturan Jeno, tapi sejujurnya ia setuju dengan hal tersebut. Kelucuan Nono memang terus meningkat setiap harinya. Padahal bocah itu sebentar lagi akan menjadi kakak, tapi rasanya ia masih seperti anak tunggal, atau bahkan anak bungsu sangking menggemaskannya.

"Ugh."

Donghyuck langsung menoleh ke arah sang Jeno begitu mendengar erangan kecil darinya. "Kenapa sayang? Perut kamu sakit?"

Jeno menggeleng sambil mengusap perutnya pelan. "Barusan adik bayi nendang. Kayaknya dia udah mulai bosen cuma duduk doang dari tadi."

"Mau jalan-jalan?" tawar Donghyuck.

Jeno lantas mengangguk dengan penuh semangat. "Mau jalan-jalan ke taman."

"Kalau gitu, tunggu sebentar ya." Donghyuck segera masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan beberapa kebutuhan Jeno, seperti air minum, cemilan, dan payung. Tiga barang wajib yang tak boleh Donghyuck lewatkan. Meskipun taman tak jauh dari rumah, ia tetap harus siap sedia dengan segala kemungkinan.

Memasuki musim penghujan, cuaca terkadang tidak menentu. Jika tidak hujan, maka hari akan sangat panas dengan sinar mentari yang begitu terik. Jadi, payung tidak hanya berguna saat hujan, tapi juga berguna untuk melindungi Jeno dari teriknya matahari.

"Nono, sini!"

Mendengar panggilan sang ayah, Nono pun segera menghampiri mereka dan memarkirkan sepedanya tepat di depan. "Ada apa, ayah?"

"Papa sama ayah mau jalan-jalan ke taman, kamu mau ikut nggak?"

"Ikut! Ikut! Nanti Nono sambil main sepeda di taman."

"Kalau gitu, pakai dulu helm sama pelindungnya ya. Biar Nono tetap aman," ucap Jeno sembari memasangkan helm kecil Nono. Sementara Donghyuck membantu memasangkan pelindung di tangan dan kaki sang anak.

"Oke! Semuanya udah siap! Ayo kita pergi jalan-jalan!"

"Nono, bawa sepedanya hati-hati ya? Jangan ke tengah pokoknya. Jangan kebut-kebutan juga, pelan-pelan aja." pesan Jeno.

"Siap kapten!"

Nono pun mulai mengayuh sepedanya sesuai dengan perintah sang papa, pelan dan tetap berada di pinggiran. Di belakangnya, ada sang ayah yang setia merangkul mesra sang papa, berjalan beriringan menuju taman bermain.

Be a Good Father - HyucknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang