💔 - 15

1.6K 149 123
                                    

Nono mulai menggeliat dalam tidurnya. Tanpa membuka matanya, ia merapatkan tubuhnya pada sosok di samping yang ia pikir itu adalah ayahnya. Kedua tangannya meremat erat baju sang ayah. Kepala yang tadinya sebatas dada perlahan terus bergerak naik mencari posisi nyaman menelusup pada lehernya.

Aroma manis dan lembut yang ia hidu semakin menambah rasa nyaman untuknya hingga ia enggan untuk terbangun. "Ayah," gumam Nono pelan.

"Hmm." Mungkin Jeno dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar, ia menyahut panggilan itu dengan deheman.

Menyadari suara asing yang ia dengar, sedetik kemudian Nono membuka matanya. Begitu mengetahui orang yang ia peluk bukanlah sang ayah, sontak Nono menjauhkan tubuhnya dengan sedikit mendorong tubuh Jeno, buat Jeno terbangun sepenuhnya karena kaget.

"Kau bukan ayahku!" Teriaknya sesaat sebelum ia berlari keluar kamar.

"Ayah! Ayah di mana?! Jangan tinggalin Nono! Ayah!!" Tak menemukan sang ayah di mana pun di rumahnya, membuatnya semakin menangis kejer.

Donghyuck bukannya menghilang atau pergi meninggalkan Nono, ia hanya pergi ke rumah ibu untuk mengadukan kebocoran rumahnya agar lebih cepat ditangani. Ia yang masih asik mengobrol pun segera berlari setelah mendengar tangisan keras sang anak.

"Ayahhh!!"

Terlihat Nono yang masih menangis duduk di lantai dekat motornya sambil terus mengejatkan kakinya dengan kesal. "Astaga, Nono kenapa? Pagi-pagi udah nangis begini?"

"Ayah ke mana aja?! Kenapa tinggalin Nono?!" Teriaknya marah meski sang ayah kini sudah menggendongnya untuk menenangkannya.

"Ayah cuma ke rumah ibu, sayang. Bukan mau ninggalin kamu." Donghyuck menepuk pelan punggung Nono yang masih sesenggukan.

"Ayah jahat! Ayah ndak sayang Nono! Ayah suka tinggal-tinggal Nono!"

Donghyuck memilih untuk mengabaikan racauannya dan segera kembali ke rumah Jeno untuk mengambil barangnya yang tertinggal sekaligus berterima kasih karena sudah menampungnya dengan Nono semalam.

"Kenapa ke sini lagi ayah?! Ayo pulang! Nono gak mau di sini! Ayo pulaaang!" rengeknya sembari bergerak liar di gendongan sang ayah, buat Donghyuck sedikit kewalahan menghadapi tingkah rewelnya hari ini.

"Sebentar, Nono. Bantal ayah kan ketinggalan di sini."

"Pulang ayah! Pulang! Nono ndak mau di sini! Pulang sekalang ayah!!"

Donghyuck lantas segera mengambil bantal dan selimutnya. "Jen, terima kasih banyak ya, maaf kami sudah sangat merepotkanmu," ucap Donghyuck yang tak mendapat balasan apa pun.

Donghyuck menduga kalau Jeno sedang berada di kamar mandi karena ia tidak melihat Jeno di dapur atau pun di kamarnya. Ia pikir Jeno tidak mendengar suaranya karena tersamarkan oleh keran air. Jadi ia akan berterima kasih lagi nanti karena sekarang Nono semakin rewel minta pulang.

"Nono kenapa rewel terus? Kepala ayah jadi pusing. Kamu sakit atau apa? Dari tadi nangis gak berhenti," ucap Donghyuck dengan nada yang sedikit jengkel.

Belum usai dengan tangisannya, kini Nono semakin membuat Donghyuck jengah karena tak mau diturunkan dari gendongannya. Ia jadi tak bisa bergerak bebas untuk membereskan rumahnya. Apalagi saat Nono di bawa ke kamar mandi untuk dimandikan, anak itu justru berteriak marah hingga memukul dan mencakar lehernya.

"Ndak mau! Ndak mau!! Hiks ndak mauuu! Huaaaaa!! Ndaak mauu!"

"Kenapa gak mau? Nono kan mau sekolah, jadi harus mandi."

"Huaaaaa!!! Ndaakk mauu!! Huaaaaa!!"

"Ya udah iya, nggak mandi, nggak." Donghyuck menyerah dan membawa Nono keluar untuk ia timang-timang. Biasanya kerewelannya ini menjadi tanda kalau anak itu sedang demam. Tapi dicek dari suhu tubuhnya, Nono baik-baik saja. Lantas apa yang menyebabkannya jadi serewel ini?

Be a Good Father - HyucknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang