💔 - 21

1.6K 148 150
                                    

Tidak mudah bagi Donghyuck menenangkan sang anak yang menangis keras gara-gara Jeno mengatakan tidak menyukai dan membencinya. Ia tak habis pikir mengapa Jeno setega itu mengatakan kalimat yang sangat jahat kepada Nono. Apa lelaki itu tidak memikirkan dampak yang dirasakan oleh Nono?

Jika biasanya ia akan membujuk Nono untuk memaafkan segala sikap Jeno dan memintanya untuk tidak membenci Jeno, maka hari ini berbeda. Ia membiarkan Nono balik membenci Jeno karena memang sikapnya itu dirasa sudah sangat keterlaluan.

Dirinya sudah dibuat marah gara-gara insiden kecelakaan Nono beberapa hari yang lalu, dan hari ini ia dibuat semakin marah karena Jeno memutuskan hubungannya dengan Nono begitu saja. Jika sudah begini, minatnya untuk mengembalikan Papa Nono bisa saja sirna.

"Nono, ayah harus kerja. Nono sama ibu dulu, gak papa ya? Katanya nanti Om Jie mau dateng jenguk Nono, jadi Nono bisa main sama om Jie. Ayah janji akan pulang lebih cepat hari ini."

Nono lantas mengangguk pelan. Sebetulnya ia tidak ingin ditinggalkan oleh sang ayah, tapi ayahnya itu sudah tidak bekerja tiga hari karena harus merawatnya secara penuh. Hari ini kondisinya sudah lebih baik—meski suasana hatinya malah semakin buruk—sehingga sang ayah bisa meninggalkannya bersama ibu Sunny.

"Anak pintar. Nanti pulangnya ayah belikan mochi stroberi untuk Nono, ya."

Nono mengangguk lagi sebelum sang ayah menggendongnya ke rumah ibu Sunny. Untunglah Yuri masih ada di sana sehingga Nono tidak akan terlalu kesepian nantinya. Mereka bisa bermain sampai Nono melupakan perasaan sedih di hatinya.

"Selamat bekerja, Donghyuck!"

Donghyuck membungkukkan tubuhnya sangat dalam, berterima kasih pada suami ibu sunny yang mau mengasuh Nono dan Yuri hari ini. Kebetulan ibu Sunny sedang belanja ke pasar jadi ia tidak bisa menitipkannya secara langsung.

"Tata Nonow ayo mainn!"

Yuri keluar sembari membawa setumpuk mainan dalam pelukannya—yang kebanyakan adalah boneka dan action figure milik Ryo. "Ayo tata Nonow, tata pendahat dan yuli supel helo na!" ucapnya sambil menyerahkan satu mainan dinosaurus pada Nono.

Dua bocah kecil itu lantas asik bermain peran, memainkan cerita seorang puteri yang dikejar oleh dinosaurus jahat. Saat asik bermain, ayah Ryo tiba-tiba bertanya, "Nono kenapa tadi nangis kencang banget?"

Saking kencangnya tangisan Nono tadi pagi, ayah Ryo yang sedang mandi di belakang saja bisa sampai mendengar tangisannya. Namun sayangnya, saat ia diliputi rasa penasaran, sang istri malah mengabaikannya, jadilah ia bertanya langsung pada bocah yang menangis hebat tadi.

Sebenarnya Nono tak ingin mengingat kembali hal yang Jeno katakan kepadanya, tapi entah mengapa ia juga tak bisa mengabaikan pertanyaaan itu. Ia merasa semua orang harus tahu kalau Jeno mengatakan hal yang sangat jahat kepadanya dengan harapan mereka bisa menasehati Jeno dan Jeno menarik kembali ucapannya.

"Hiks, kak Jeno... Dia jahat hiks. Katanya.. Kak Jeno benci Nono. Kak Jeno tidak mau melihat Nono lagi, hiks," jawabnya yang mulai kembali terisak.

"Sungguh? Dia mengatakan hal itu? Padahal dia itu papamu, tapi kenapa dia bisa setega itu padamu. Di mana hati nuraninya itu?!"

Nono terdiam karena ia sedikit tercengang mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan oleh pria tua itu. "Opa bilang apa? Kak Jeno papa Nono?" Ia bertanya ulang memastikan kalau ia tidak salah dengar.

"Iya. Dia papa—mu," ayah Ryo memelankan kata terakhirnya begitu ia menyadari kalau ia sudah kelepasan berbicara tentang rahasia besar keluarga Donghyuck. Padahal ia sudah sering diwanti-wanti untuk tidak sembarangan saat berbicara dengan bocah itu.

Be a Good Father - HyucknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang