❤ - 35

1.3K 132 115
                                    

"Selamat pagi, Nono!"

"Eh? Kok gak ada di sini? Apa dia udah bangun ya?"

Melihat kamar sang anak yang sudah kosong dan sudah rapi membuat perasaan Donghyuck mendadak cemas. Kemana perginya anak itu sepagi ini? Biasanya dia akan heboh berteriak dan membangunkannya untuk beraktivitas.

"No? Nono? Kamu di mana sayang?" Donghyuck bergegas mencari Nono ke seluruh penjuru rumah. Hampir tiga kali Donghyuck berkeliling, ia tetap tidak menemukan sang anak di mana pun. Apa ada yang menculik Nono? Tapi tidak mungkin ada orang asing yang bisa masuk ke rumahnya.

"Jen? Jeno?" Jeno nampak tak terusik sedikit pun kala Donghyuck mengguncang lengannya pelan.

Niatnya membangunkan Jeno untuk mencari Nono bersama-sama ia urungkan, mengingat bagaimana kerasnya ia menghajar Jeno semalaman hingga dini hari membuatnya tidak tega untuk mengusik tidurnya. Terlebih, Jeno pasti akan sangat terkejut jika begitu ia bangun langsung disuguhi kabar bahwa Nono menghilang.

Semalam ia sempat mengecek sang anak yang sudah tertidur dengan pulas. Awalnya ia berniat untuk memindahkannya agar mereka kembali tidur bersama. Tapi setelah dipikir lagi lebih baik Nono tetap di sana daripada di kamar bekas percintaannya yang belum dibersihkan sepenuhnya.

"Nono kamu kemana sih?"

Pening tak kunjung menemukan Nono, harapannya sekarang adalah mendapati Nono bermain di luar rumah dalam keadaan baik. Siapa tahu Nono sedang bermain sepeda di jalan komplek perumahannya bersama tetangga yang lain.

Matanya elangnya memicing melihat sosok yang baru saja berbelok dari tikungan. Ia lantas segera mendekat untuk melihat lebih jelas.

"Ayah!" Nono melambaikan tangannya dengan senyum yang begitu cerah.

Donghyuck sedikit mendengus, tapi kemudian ia bisa bernapas lega. Pagi-pagi sudah dibuat kalang kabut, jantungnya seperti mau copot dilanda rasa panik yang tak kunjung redam. Nyatanya anak semata wayangnya itu pergi bersama kakeknya.

"Kalian dari mana aja? Aku pusing banget cari-cari Nono dari tadi. Papa kapan pulang? Kenapa gak ngasih tau aku dulu kalau mau bawa Nono? Aku kan panik takutnya ada yang nyulik Nono!"

Papa Donghyuck terkekeh mendengar cerewet sang anak yang begitu mengkhawatirkan Nono. "Papa cuma ngajak Nono jogging, terus sarapan bubur deh. Nih, papa beliin juga bubur buat kamu sama Jeno."

Donghyuck menerima kantung plastik berisi bubur dari sang papa. Ia memang sudah lega mengetahui Nono baik-baik saja, tapi dalam hati ia tetap merasa kesal dengan sang papa yang pulang dan pergi jogging tanpa mengabarinya.

"Kenapa papa gak bilang dulu sama aku kalau papa mau ajak Nono lari pagi?"

"Nono bilang, kamu habis bikin adik sama Jeno, jadi papa gak mau ganggu kegiatan kalian. Siapa tahu kalian belum selesai."

Donghyuck mendelik sinis. Ia yakin pasti ia akan menjadi bulan-bulanan sang ayah setelah ini. "Kan papa bisa chat aku. Atau tulis notes kek."

"Ini lagi, katanya lari pagi, kok malah digendong gini?" sambung Donghyuck.

"Nono capek ayah! Kakek ajak Nono keliling lapangan sepuluh kali! Telus sekalang Nono ngantuk. Abis mam Nono jadi mengantuk."

"Kasian kakeknya, keberatan. Sini biar ayah aja yang gendong."

Nono tak protes mendengar dirinya disebut berat secara tidak langsung. Ia dengan senang hati merentangkan tangan dan mengalungkannya ke leher sang ayah.

"Kamu udah lamar Jeno?" Pertanyaan sang papa hanya dijawab dengan gelengan pelan oleh Donghyuck. "Kok Jeno mau ya diajak bikin adik buat Nono tanpa status yang jelas," sarkas sang papa.

Be a Good Father - HyucknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang