Seperti biasa, Jeno pulang pukul 6 sore setiap ia memiliki jadwal pagi. Karena bahan makanan di rumahnya sudah mulai habis, ia mampir ke supermarket sejenak dan baru sampai rumah sekitar pukul 7 malam.
Saat melewati rumah Donghyuck, ia dibuat terlonjak melihat sosok kecil yang terduduk sambil memeluk lututnya di depan teras rumah itu. Jantungnya terasa seperti mau copot karena ia pikir sosok itu adalah hantu. Wajahnya bahkan mendadak pias dengan tangan yang mulai berkeringat dingin.
Setelah beberapa saat hanya terpaku, ia pun segera menghampiri sosok itu yang ia yakini kalau bocah itu benar-benar Nono, bukan hantu. "Kenapa kau di sini?"
"Ayah Nono belum pulang, jadi Nono tunggu di sini."
Jeno mengernyit heran, tidak biasanya anak itu menunggu di luar saat Donghyuck pulang terlambat. Nono pasti menunggunya di dalam atau di rumah ibu, bukan di luar dengan angin malam yang mulai dingin begini.
"Kenapa nunggu di luar? Kau takut di rumah sendiri? Kenapa tidak pergi ke rumah ibu?"
"Ibu kan gak ada."
Aih, Jeno lupa kalau pemilik kontrakannya itu pergi mengunjungi anak dan cucunya di luar kota. Katanya ibunya Yuri baru saja melahirkan hingga ia dan Ryo memutuskan untuk menengok ke sana selama beberapa hari.
"Kalau begitu, kau mau menunggu di rumahku?"
Nono lantas mendongak, memastikan kalau Jeno benar-benar menawarinya untuk menunggu di rumahnya. "Nono tidak mengganggu?" Pertanyaan itu langsung dijawab dengan gelengan hingga mencetak senyum sumringah dari bocah kecil pemilik mata bulan sabit itu. Ia lantas bergegas mengikuti Jeno menuju rumahnya.
"Kau tunggu sebentar, aku mau membersihkan diri dulu."
Nono mengangguk dan menunggu dengan anteng di sofa sambil mengucang-ucang kakinya. Sambil menunggu, ia bersenandung kecil sembari mengamati seluruh penjuru rumah. Entah mengapa, setiap kali ia datang ke rumah itu, ia selalu merasa hangat dan nyaman berada di sana, meski pemiliknya sering kali bersikap dingin kepadanya. Padahal ia baru beberapa kali datang ke sana, tapi ia merasa seolah ia sudah lama tinggal di sana.
Bosan kembali melanda, Nono pun memutuskan untuk berbaring di sofa sambil menengadah menatap langit-langit. Ia hampir menutup matanya sebelum ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Jeno muncul dari sana sudah mengenakan piyama coklat kotak-kotaknya.
"Kau sudah makan?"
Nono buru-buru bangkit karena merasa tak sopan berbaring sembarangan di rumah orang. Dengan cepat ia menjawab, "Belum." Bagaimana juga ia akan makan, Donghyuck saja belum pulang. Ia pikir ia harus menahan lapar sampai ayahnya datang.
"Kalau begitu tunggulah, aku akan membuat sesuatu." Sejujurnya ia bosan menunggu, tapi ia sadar ia sedang bertamu di rumah orang dan sudah sepatutnya ia menurut pada tuan rumahnya.
Bau masakan Jeno tercium sangat harum, buat Nono yang dipenuhi rasa ingin tahu itu mengintip lucu dari balik tembok. Ia tidak berani mendekati Jeno sekadar untuk melihat apa yang orang dewasa itu masak karena ia merasa belum sedekat itu.
Saat Jeno berbalik, Nono buru-buru kembali ke tempatnya, duduk diam menjadi anak baik. Sementara itu Jeno hanya tersenyum kecil karena ia merasa seperti tengah main kucing-kucingan dengan Nono.
"Ayo kita makan!" Seru Jeno sambil membawa dua porsi masakannya yang kemudian ia letakkan di lantai, tujuannya karena ia hendak mengajak Nono makan secara lesehan.
"Ini apa?" tanya Nono penasaran. Ia tidak biasa melihat masakan seperti ini, apalagi tidak ada nasi di dalam piringnya. Jeno yang sibuk menyiapkan gelas dan air lantas menjawab, "Itu namanya tamagoyaki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Father - Hyuckno
FanficAlohaaa Sebelum baca book ini alangkah baiknya baca cerita Cigarette or Kiss dulu di book Hyuckno Story yaaa, supaya gak terlalu bertanya-tanya kenapa ceritanya tiba-tiba begini hehehe