23. Penculikan 2

1.4K 180 6
                                    

Tiga hari kemudian...

"Lan kalo emang kita beneran bakal mati di sini gimana? Gue nggak yakin kalo mereka nggak akan bunuh kita berdua, mereka aja udah nyiksa kita selama tiga hari ini" Tanya Lily sambil bersandar di tembok ruangan itu dengan lemas

"Gue nggak pengen mati di sini Li, gue masih pengen jalanin pengobatan dan mencapai impian gue sama Erine, kita udah bangun cita cita itu dari kecil dan janji buat wujudin nya" Lily menatap ke arah Lana dengan tatapan bertanya-tanya

"Impian apa?"

"Jadi dokter yang hebat kayak orang tua gue dulu, gue pengen banget jadi dokter dari sebelum orang tua gue meninggal, entah sekarang akan terwujud atau nggak" Jawab Lana dengan suara pelan

"Ternyata cita cita lo sama Oline sama ya, Oline juga pengen jadi dokter kayak kak Johnny, ya semoga aja lo bisa wujudin deh gue pasti dukung lo dari belakang"

BRAKK!!!

"Mana yang namanya Lana ha? Sekarang ada seseorang yang ingin ia menemani nya bermain kartu, dan ini perintah dari bos sendiri" Tanya lelaki dewasa itu dengan suara yang sangat keras

"NGGAK, LO NGGAK BISA BAWA LANA GITU AJA LO NGGAK ADA HAK, LO BISA MIKIR NGGAK SIH GIMANA PER...."

BUGH!

"BACOT! DIMANA LANA" Bentak nya

Lana menghampiri pria dewasa itu tanpa takut. "Gue Lana, udah nggak usah bertele-tele gue nggak mau waktu berharga gue cuma buat ngelayanin kakek kakek tua itu" Ketus Lana

"Lan! Jangan aneh aneh"

"Lo nggak papa Li?" Tanya seseorang yang panik lalu membantu Lily untuk bersandar di dinding. "Gue nggak papa kok Sha tapi Lana..."

"Gue yakin Lana bakal baik baik aja"

Sedangkan di rumah besar Vanisa, mereka masih berusaha menemukan lokasi keberadaan mereka karena para suruhan Gita maupun Oniel tidak ada yang berhasil menemukan mereka di seluruh kota Jakarta ini, bahkan mereka sudah hampir ke luar kota

"Akhirnya, guys aku nemuin sinyal hp nya Lana nih meskipun hp nya udah mati untung aja sinyal nya masih bisa ditemukan" Ucap Maura, mereka semua langsung mendekat ke arah Maura karena penasaran

"Kalo di lihat dari sini, mereka itu ada di Bogor? Bjirr jauh amat sampek bogor, pantes aja susah banget dilacak nya soalnya hp Lana itu pasti udah dihancurin sama mereka biar kita nggak bisa nemuin mereka dengan sangat mudah" Sambung Maura

"Tunggu apalagi ayo sekarang kita ke sana, aku takut kalo mereka akan di siksa di sana terlalu lama, kita harus seger... Arghh sial banget" Dada Oline tiba tiba menjadi sesak, itu mungkin karena dia terlalu lelah akhir akhir ini

"Nih obat nya" Johnny menyodorkan obat yang biasa Oline minum, dan ia langsung meminum nya. "Makasih kak, meskipun masih sesak ya setidaknya mendingan dari pada yang tadi" Jawab Oline

"Tapi kayaknya kita kirim beberapa orang buat ngawasin gedung itu dulu deh takutnya ada banyak penjaga yang jagain di gedung itu jadi kita bisa nyiapin banyak bodyguard untuk menyerang ke sana, kita juga nggak tau keadaan di dalam kayak gimana, jadi jangan gegabah dulu" Jelas Maura

"Biar aku aja dan beberapa suruhan papa buat ngecek ke sana, aku bisa kok selama tongkat baseball masih di tangan ku, aku bakal baik baik aja" Timpal Sean, Indah langsung khawatir dengan anak kedua nya itu

"Itu terlalu berbahaya nak, lebih baik kamu juga ikut menunggu di sini bersama yang lain saja, mama takut kamu kenapa napa nanti pas di sana" Indah mengusap pipi Sean pelan, Sean hanya tersenyum sambil mengusap punggung tangan mama nya

APHRODITE, ORINE [End]√√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang