PERATURAN ITU...
Lapangan bola di belakang gedung sekolah sepi. Wajar saja, karena saat ini jam pelajaran pertama sudah dimulai. Tapi, sekelompok anak lelaki masih asyik dengan kesibukan masing-masing di pinggir lapangan. Mereka tampak tak mempedulikan bel tanda jam pelajaran telah dimulai berbunyi sepuluh menit yang lalu.
"Kenapa sih, kita nggak nongkrong di lapangan basket aja?"tanya Dityo yang asyik memutar-mutar bola basket di tangan kanannya.
"Karena, sekarang ini adik gue juga pasti lagi bolos di lapangan basket. Understand?"Reza memberikan penjelasan tanpa melepaskan fokusnya pada laptop yang ada dihadapannya.
Nindo mempause game yang tengah asyik dimainkannya di PSP. Kemudian pandangannya teralih pada Reza. "Lo belum juga menyelesaikan masalah lo sama adik lo?"
"Itu bukan masalah. Dan kalaupun itu sebuah masalah, bisa dipastikan nggak akan ada jalan keluarnya,"jawab Reza dengan tatapan mata masih terpusat pada layar laptopnya.
"Lo betah diem-dieman sama adik lo sampai selama ini?"kali ini giliran Faris yang bertanya.
Reza melepas kacamatanya dan memandang ketiga temannya satu persatu. "Bisa nggak kita alihkan pembicaraan?"pinta Reza. "Lagipula perang ini bukan gue yang mulai."
Faris hanya geleng-geleng kepala melihat sikap sahabatnya itu.
Sebenarnya dalam hatinya, Reza memikirkan pertanyaan-pertanyaan sahabat-sahabatnya itu. Kenapa dia tak kunjung menyelesaikan masalahnya dengan adiknya? Apakah dia kuat terus-terusan bermusuhan dengan adiknya?
Reza memandang langit biru yang dihiasi awan putih yang berarak riang. Ingatannya kembali kepada kejadian enam bulan yang lalu, ketika semua masalah berawal.
Reza masih ingat masalah itu berawal di sebuah rumah sakit. Entah kenapa, tiba-tiba saja adiknya menyalahkannya atas penderitaan gadis itu. Memukul wajahnya. Mulut adiknya tak henti-hentinya mengucapkan beribu makian yang sanggup ia keluarkan. Sementara adik perempuan mereka mencoba melerai.
'Kenapa dia begitu menyalahkan gue tanpa alasan yang jelas?'tanya Reza dalam hati. 'Na, andai aja lo nggak pergi secepat itu...pasti sekarang lo masih disamping gue. Tertawa. Senyum. Dan gue juga nggak bakalan bermusuhan sama adik gue.'
####
Kenapa sih harus ada pelajaran geografi yang mewajibkan kita belajar tentang struktur batuan dan lapisan-lapisan tanah? Toh, dalam kehidupan sehari-hari kita cuek aja dengan proses terjadinya batuan, ya kan? Dan dua jam pelajaran geografi hanya untuk mengamati struktur-struktur jenis-jenis tanah dan membedakan ciri-cirinya, bagi Shesa itu buang-buang waktu aja.
'Damn, emang kita anak kecil apa? Disuruh main pasir gini!'ucap Shesa dalam hati.
Shesa mengamati teman-temannya melakukan pengamatan. Sibuk.
"Lo bosen, ya?"tanya Jessy yang menepuk pundaknya dari belakang.
Shesa mengangguk mengiyakan. "Gue bosen banget. Gue pengen cepet-cepet selesai, ke kantin terus habis itu makan mie ayam deh!"
Jessy tersenyum tipis."Di otak lo isinya makanan doank ya, Sa?"
"Pantes aja gembul!"celutuk Rey.
Shesa melotot. Nih anak...main nyambung aja! Ngeledek lagi.
"Tutup mulut lo deh! Gue lagi males berantem sama lo, ngerti?"
"Kalian tuh, kerjaannya berantem melulu. Ati-ati lo, biasanya permusuhan itu awal dari cinta,"ucap Jessy.

KAMU SEDANG MEMBACA
T-Rex Love
Teen FictionMasa lalu kelam menjadikan Rey seorang pesimistis. Setelah gadis terkasihnya meninggal, dia selalu menganggap dunia ini dipenuhi kegelapan. Sampai akhirnya seorang gadis berhasil merubah segalanya....namanya Shesa.