PROLOG
"Tapi, Ma! Ini bukan salah Shesa! Ini salah mereka semua. Siapa suruh mereka gangguin Shesa?"bantah gadis berambut hitam itu. Wajahnya memerah menahan amarah. Dia berusaha menahan amarahnya yang sudah di ujung kesabarannya itu. Dia hanya mengingatkan dirinya sendiri bahwa yang dihadapinya kali ini adalah orang tuanya.
Sejenak ruangan senyap sepi. Hanya suara jam yang berdetak menunjukkan waktu 20.34 WIB.
Seorang perempuan berusia 43 tahun yang berada di ruangan tersebut menatap tajam wajah ayu gadis itu. Menatap dalam bola mata hitam milik putrinya itu. Mencoba mencari kejujuran di raut wajahnya. "Kalau kamu tidak bersalah, kepala sekolah tidak akan mengeluarkanmu seperti ini! Ini sudah ketiga kalinya kamu dikeluarkan dari sekolah selama kamu SMA!"ucap wanita itu. Memang tidak keras, namun dalam tiap helaan nafasnya tersimpan kemarahan.
Bagaimana bisa anak gadisnya itu dikeluarkan lagi dari sekolah untuk ketiga kalinya dengan alasan yang sama. Berkelahi dengan beberapa orang siswa laki-laki . Apakah selama ini dia dan suaminya telah salah mendidiknya? Apakah selama ini dia dan suaminya terlalu memanjakannya?
Gadis itu kembali mendengus kesal.Bagaimana bisa ibunya sendiri tidak mempercayainya? Apakah dia terlihat berbohong. Dalam hatinya tersembunyi rasa dendam kepada beberapa teman lelakinya yang tadi pagi berhasil dia beri pelajaran. Dia berkelahi bukan semata-mata ingin pamer ataupun gengsi. Tapi dia berkelahi juga untuk menjaga harga dirinya. Apakah pantas seorang gadis berdiam diri ketika harga dirinya dilecehkan?
Gadis itu berpaling ke arah lelaki berkumis yang juga sedang menatapnya dalam-dalam. "Pa...Papa percaya aku kan?"mohonnya.
Lelaki itu hanya diam. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan. "Papa percaya kau tidak bersalah. Hanya saja Papa tidak setuju dengan cara kamu membalas mereka. Itu berbahaya, Shesa. Bagaimana jika gantian kamu yang dikeroyok mereka?"
"Kamu itu perempuan , Shesa! Nggak seharusnya kamu berantem. Perempuan itu harus lemah lembut dan sabar!"ucap mamanya.
Gadis itu terdiam. Apakah tidak boleh jika dia ingin menjadi dirinya sendiri? Mungkin dia bukan perempuan lemah lembut dan sabar.Tapi setidaknya dia berani melawan jika merasa direndahkan.
"Kali ini Papa dan Mama sudah mengambil keputusan. Kamu akan masuk ke sekolah asrama di Jogja,"ucap Papa.
"Tapi...kenapa harus asrama? Jauh, Pa!"protes gadis itu keras.
"Tidak ada tapi-tapian! Sekarang kembali ke kamar kamu dan introspeksi diri!"bentak Mama.
???
Sementara itu di tempat lain...
Di sebuah gedung asrama, Jogja...
Seorang gadis berjilbab putih menatap sosok lelaki jangkung berkaus hitam yang ada di hadapannya. Mata gadis itu terlihat sedih. Ada perasaan iba pada laki-laki itu. Laki-laki yang lahir dari rahim yang sama dengannya.
"Kak? Apa Kak Elhan nggak mau baikkan sama Kak Eza?Kalian kan bersaudara,"ucap gadis itu.
"Gue nggak bakal baikkan sama dia, sebelum dia minta maaf sama gue! Harusnya dia sadar, dia yang buat semuanya jadi berantakan! Neyna meninggal gara-gara dia!"ucap lelaki itu.
Gadis itu kembali mendesah panjang. Usahanya kali ini belum juga membuahkan hasil. Sudah puluhan kali dia berusaha membuat kedua kakaknya kembali bersatu tanpa ada dendam dan benci. Tapi sudah puluhan kali pula usahanya gagal. Sudah enam bulan ini kedua kakaknya saling bermusuhan. Haruskan waktu enam bulan itu menjadi lebih lama lagi? Segala usaha perdamaian sudah berulang dia lakukan. Namun semua itu nihil hasilnya.
"Tapi Kak, kematian Neyna itu bukan salah siapapun. Allah sudah menggariskan nasibnya, Kak. Jangan pernah salahkan apapun atas apa yang sudah ditakdirkan,"ucap gadis itu berusaha meredam emosi kakak keduanya itu.
Lelaki itu menatap mata si gadis dalam-dalam."Lo nggak tahu apa yang selama ini gue rasain! Lo nggak tahu gimana rasanya jadi diri gue! Gue nggak pernah suka jadi diri gue sendiri!"
"Kak?"
"Lo tau? Jika gue punya kesempatan sekali lagi buat dilahirin kembali, gue pengen nggak terlahir dari keluarga kita! Lo tau kenapa? Karena lahir di keluarga kita,adalah malapetaka awal bagi gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
T-Rex Love
Ficção AdolescenteMasa lalu kelam menjadikan Rey seorang pesimistis. Setelah gadis terkasihnya meninggal, dia selalu menganggap dunia ini dipenuhi kegelapan. Sampai akhirnya seorang gadis berhasil merubah segalanya....namanya Shesa.