WHAT THE HELL?
Tiga hari lagi tes akhir semester satu akan diadakan. Siswa-siswi SMA Hero untuk sejenak melupakan semua aktivitas yang tidak mempunyai kaitan dengan pelajaran sekolah. Mereka mencurahkan perhatian pada tes. Karena, bila dalam tes semesteran ini gagal mendapat nilai yang distandarkan sekolah, mereka bisa-bisa di-DO dari SMA Hero yang merupakan SMA swasta terbaik di Jogja.
Namun, lain halnya dengan Rey. Sudah empat hari ini dia setiap sore berlatih di lapangan sepak bola sendirian. Sepertinya tes semester kali ini tidak begitu mengganggu pikirannya.
Sore ini, Rey masih berada di lapangan bola walaupun senja mulai muncul. Masih sibuk menendang bola ke gawang. Terkadang dia berhenti untuk mengatur nafasnya.
"T-REY!"panggil Shesa dari pinggir lapangan.
Rey yang bersiap menembakkan bola, langsung terhenti dan menoleh pada gadis ayu di pinggir lapangan itu. Rey tidak menjawab panggilan Shesa. Hanya memandang sekilas dan meneruskan latihan lagi.
Shesa yang penasaran kenapa Rey masih tetap di lapangan bola, menghampirinya.
"Ngapain lo masih di sini?"tanya Shesa setelah jaraknya dengan Rey hanya dua meter.
"Harusnya gue yang tanya gitu. Ngapain lo di sini?"tanya Rey sambil berjalan ke arah gawang untuk mengambil bolanya.
"Yah...gue kan mual juga kalau disuruh belajar terus. Makanya gue jalan-jalan di lapangan buat cari udara segar! Eh...malah ketemu monster nyebelin!"
"Maksud lo, gue?"tanya Rey tajam. Dia baru saja mengambil bolanya dan berjalan ke pinggir lapangan.
Shesa mengikuti Rey. "Yah...galak bener sih? Gue kan nggak ngajakin lo berantem,"kata Shesa cemberut.
Rey diam saja tak menanggapi. Dia meneguk habis isi botol air mineralnya.
"Lo kok malah main bola? Nggak belajar?"
"Ngapain lo tanya-tanya? Belajar? Gue nggak butuh!"jawab Rey ketus.
'Songong banget sih? Ditanya baik-baik, tapi jawabnya ketus! Dasar taik!'batin Shesa dongkol.
"Lo mau ikut pertandingan propinsi ya?"tanya Shesa mengalihkan topik pembicaraan. Tujuannya sih, biar Rey nggak jutek lagi.
"Yo'i! Diem ah lo! Dari tadi nanya melulu!"
"Malu bertanya kan sesat di jalan!"
"Banyak tanya malu-maluin!"seloroh Rey tak mau kalah.
Shesa memutuskan untuk menyingkir secepat mungkin dari tepat itu daripada amarahnya meledak karena mendengar kata-kata Rey yang ketus. Namun, dia mengucapkan sesuatu sebelum pergi.
"Rey, semangat ya!"
@@@
Semalaman itu Rey duduk termangu di sofa di kamarnya.Dia masih mengingat jelas obrolannya dengan Shesa tadi sore di lapangan. Apalagi, kata-kata yang diucapkan Shesa sebelum pergi melekat jelas di pikirannya.
"Rey, semangat ya!"
Seakan-akan suara Shesa diputar ulang berkali-kali di kepala Rey. Hanya kalimat singkat, tapi bisa menggugah hati Rey. Membuat batinnya tak tenang. Hatinya terasa senang sekaligus bingung.
"Cuma kalimat singkat, tapi bisa bikin gue mikir banyak gini?"gumam Rey seorang diri.
"Lo ngomong sama siapa Rey?"tanya Igo yang mendengar gumaman Rey.Konsentrasinya membaca buku The God Father terhenti sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
T-Rex Love
Roman pour AdolescentsMasa lalu kelam menjadikan Rey seorang pesimistis. Setelah gadis terkasihnya meninggal, dia selalu menganggap dunia ini dipenuhi kegelapan. Sampai akhirnya seorang gadis berhasil merubah segalanya....namanya Shesa.