Felix itu namanya, seperti kucing cantik yang menggemaskan namun selalu diam tetapi memiliki bulu yang lembut dan tetap indah dalam diamnya, Felix indah dengan bintik-bintik yang menghiasi wajahnya. Namun Ia tak akan terlihat jika kau hanya mengangkat kepalamu dan tak pernah menundukkan kepala untuk melihatnya lebih dekat, dia kecil dan tak akan memanggilmu untuk melihatnya, kau hanya bisa melihat keindahannya dengan
nyata bila kau melihatnya dengan dekat, maka dia akan menyambutmu dengan kehangatan.Sang kucing hanya akan diam menunduk jika kau akan meneriakinya apa yang bisa dia lakukan dengan tubuh kecilnya, saat dia berada dalam hujan tak ada yang bisa dia lakukan kecuali mencari tempat berlindung, saat sang tuan tidak menginginkannya apa yang bisa dia lakukan kecuali menerima, dia tidak bisa melawan sang tuan dan menyakitinya dia hanya akan diam walau banyak keadaan yang memburuk di sekitarnya.
Namun ia juga memiliki batas, jadi apakah dia boleh melawan, menyerah dan memanggil jika sudah mencapai batasnya?
Felix seperti kucing kecil dengan banyak hal dalam otak kecilnya, ia pendiam, dan tenang, usianya 21 tahun tentu saja dengan umurnya dia selalu berpikir sebelum bertindak, tidak mudah marah memiliki hati yang kuat, selalu berusaha untuk tidak menangis setiap saat dia mendapatkan masalah dan akan melaluinya walau harus berjuang sendiri.
Felix sekarang berada dibangku perkuliahan. Cinta adalah hal yang tak pernah terpikir olehnya, dia tak pernah membayangkan jatuh cinta dan dekat dengan orang lain, namun saat umurnya 16 tahun lalu tepat saat dia berulang tahun dia dibawa ke rumah mewah, seseorang dari keluarga kaya hendak mengangkatnya menjadi anak, namun anak-anak mereka menolak itu, sehingga Felix tidak jadi diangkat sekali lagi Felix hanya diam apalagi dia tidak mungkin memaksa, namun dia masih sering ke rumah itu karena nyonya di sana sering menjemputnya untuk ke rumahnya dan seringkali dia juga menginap di sana, ia juga menjadi dekat dengan ketujuh anak-anak nyonya rumah itu.
Selama itu jika Felix berkunjung ke sana atau menginap untuk beberapa hari mereka bertujuh anak nyonya rumah besar itu yakni Chan, Minho, Changbin, Hyunjin, Jisung, Seungmin dan juga Jeongin selalu mencoba
mendekati Felix , mereka terlihat begitu tulus memohon cintanya, selalu berusaha menarik perhatiannya dengan berbagai cara dan itu berhasil menarik perhatian Felix. Pada akhirnya mereka berpacaran, tentu pada awalnya Felix menolak lagipula akan bagaimana pandangan orang jika ketujuh bersaudara memiliki satu pacar yang sama, namun dengan bujukan dari mereka semua termasuk orang yang menyuruhnya memanggilnya 'ibu' atau orang tua ketujuh bersaudara, Felix pada akhirnya menerima.Mereka bisa membuat
hati Felix terasa nyaman hingga saat ini. Felix tidak punya teman, hanya mereka bertujuh yang ia miliki sebagai kekasih juga kadang-kadang bertindak sebagai teman."Hyung, apa kau tau? Pertandingan baseball kemarin aku menang" ucap Seungmin senang berbaring di sebagai paha Felix karena sebagian lagi ditempati Hyunjin.
"Aku juga menang kompetisi dance baby" Hyunjin juga terlihat senang mengucapkan itu.
"Iya aku tahu" ujar Felix singkat, sambil mengusap kedua rambut dominannya, seperti biasa dia hanya akan menanggapi singkat namun itu jauh lebih baik daripada hanya tersenyum menanggapi setiap kali ketujuh pacarnya berbicara.
Tiga tahu sudah umur hubungan mereka dan sudah beberapa kali pacar Felix memintanya untuk memulai komunikasi karena hanya mereka yang selalu bicara dan Felix hanya menanggapi.
Beberapa kali juga mereka berpikir kalau Felix tidak romantis saat kencan dengan mereka, karena sifatnya yang terlalu pendiam, bahkan dalam tiga tahun hubungan mereka Felix belum pernah sekalipun bercerita kepada mereka, mereka juga kadang berpikir Felix tidak peduli dengan sekitarnya karena jarang tertawa hanya sebatas senyum kecil.
"Lix, cobalah menanggapi sedikit panjang jika kami berbicara" kata Hyunjin
"Banar kata Hyunjin Hyung, Hyung selalu diam saat kita duduk bersantai ataupun kencan, sehingga beberapa kali kita hanya hening saat kamu memikirkan topik baru" keluh Seungmin.
"Inilah aku, kalian pernah bilang akan menerimaku seperti ini"
"Tapi Hyung kau setidaknya mencoba lebih banyak bicara, tiga tahun hubungan kita tapi Hyung tidak pernah mencoba" Seungmin menjawab Felix namun tetap tersenyum menatap wajah Felix.
"Tidak apa-apa, jangan dipaksakan, asalkan Hyung selalu bersama kami itu sudah membuatku bahagia" celetuk Jeongin yang baru datang, dia lalu mengelus surai Felix sambil tersenyum.
"Andai kalian tahu aku juga ingin bicara banyak, aku selalu berusaha mencari topik bahkan beberapa kali berlatih saat aku sendiri, namun semua akan sia-sia saat bertemu kalian, jantungku seolah memompa darah lebih cepat dan aku seolah sangat gugup berada di dekat kalian hingga suaraku terlalu takut untuk keluar, aku selalu berusaha mengubah diriku menjadi yang kalian minta tapi aku terlalu lambat sehingga aku takut kalian tidak akan bisa menunggu, jangan tinggalkan aku, dan aku akan berusaha melakukan apapun untuk kalian" batin Felix.
"Sepertinya akan turun hujan, Chan Hyung juga sudah menunggumu di depan, ayo" ajak Hyunjin sedangkan Felix hanya menggeleng dia akan pergi sendiri karena tahu mereka bertiga masih punya kegiatan.
Mereka hanya bisa menuruti Felix, walau tidak berbicara mereka tahu maksud Felix supaya tidak usah mengantarnya ke depan.
Lagipula mungkin mereka akan terlambat karena mereka juga sudah cukup lama berada di taman kampus, sebenarnya Felix daritadi sudah lumayan pegal namun dia tidak apa-apa menahannya dia menuruti kemauan dominannya untuk bersantai di taman.
Karena hujan yang turun tiba-tiba begitu deras membuat Felix kehujanan begitu juga Chan yang masuk kedalam menjemputnya saat Jeongin menghubungi kalau Felix sudah kesana.
Chan mengendarai mobil sedikit pelan karena hujan yang begitu lebat, karena khawatir terjadi sesuatu di jalan Chan akhirnya memutuskan untuk singgah ke apartemennya.
"Ke apartemen Hyung?"
"Kita kesini dulu baby, rumahmu masih jauh dan pakaianmu basa, kita akan pulang saat hujan berhenti" jelas Chan memasuki gedung apartemennya diikuti oleh Felix.
Kaki Felix melangkah memasuki apartemen Chan dia mengikuti Chan ke kamar, kebiasaannya mengikuti ketujuh dominannya memang tidak pernah hilang akhir-akhir ini.
Walau sudah tiga tahun hubungan mereka ini pertama kalinya Felix berada hanya berdua dengan salah satu pacarnya di dalam apartemen, memang mereka bertujuh memiliki apartemen namun Felix belum pernah hanya berdua dengan salah satu dari mereka bertujuh di apartemen kalau di rumah Felix salah satu dari mereka bisa saja datang sendirian namun hanya beberapa menit akan ada saja yang datang entah salah satunya lagi atau sekalian semua, sedangkan di rumah mereka tidak mungkin sepi karena terdapat beberapa pekerjaan disana.
Chan melepas jasnya lalu mengambil tas Felix lalu menyimpannya di atas meja dan ia juga mengunci kamar. Felix cukup tahu akan situasi saat ini jika ditanya apakah dia takut maka dengan lantang dia akan menjawab iya, tapi jika dia menolak dia lebih takut Chan akan marah dan meninggalkannya, dia terlalu takut sendiri, dia takut ditinggalkan, dia punya banyak sekali kekurangan sehingga sangat mudah dicampakkan.
Felix hanya diam saat Chan mulai membaringkan dirinya di ranjang kamar itu, selama mereka pacaran hanya sejauh berpelukan dan ciuman saja meskipun beberapa kali tangan-tangan dominannya sangat nakal terutama Minho yang sangat suka meremas pantatnya.
Namun sekarang sepertinya akan lebih dari itu semua, Felix hanya bisa diam saat tangan Chan mulai membuka kancing bajunya dan mulai menciumi dirinya dari wajah, bibir, hingga leher.
Felix menutup matanya dan meremas kasur dengan kuat dia takut, namun lebih takut untuk menolak, dia tahu ini salah tapi sekali lagi dia begitu lemah, dia takut membuat Chan kecewa.
"Baby, aku mencintaimu" ucap Chan berusaha menenangkan Felix saat tahu sang pacar ketakutan.
Felix membuka matanya memandangi wajah tampan di atasnya, Chan tersenyum lalu kembali mengecup Felix.
"Percayalah padaku baby, tidak apa-apa" ujar Chan lembut.
Hari itu Felix untuk pertama kalinya kehilangan kesuciannya dan hari-hari berikutnya pacar-pacar lainnya juga mulai menyentuhnya, dan sekali lagi dia tidak pernah menolak.
Dia hanya kucing kecil yang tidak berani membantah sang tuan karena takut dicampakkan, kucing kecil yang takut kehilangan tuan yang menyayanginya, sungguh kucing yang malang.
Tbc