Sedari meninggalkan kediaman Bang baik Felix maupun Jisung tidak ada yang berbicara mereka hanya diam, sebenarnya Felix sedikit kesal dengan Jisung yang mengendarai mobil sangat pelan tapi dia malas berbicara.
Felix menoleh ke arah Jisung saat sang mantan menepikan mobil dan menghela nafas.
"Ada apa?" Tanya Felix saat melihat Jisung hanya diam menyandarkan dahinya ke stir mobil.
"Sayang apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku?" Tanya Jisung menatap Felix, matanya sudah berkaca-kaca saat mengatakan itu.
"Bukankah sudah kukatakan aku sudah memaafkan kalian." Ujar Felix sedikit gagap.
"Felix tidak bisakah kita seperti dulu?" Tanya Jisung memegang tangan Felix dengan matanya yang masih menatap Felix.
"Aku juga tidak tahu, walaupun kita kembali seperti dulu mungkin rasanya tidak akan sama lagi, apa yang sudah rusak meski diperbaiki tidak akan pernah sama seperti sebelumnya, mungkin ada yang terlihat benar-benar sama tetapi pasti ada titik yang tidak lagi sama."
"Dulu aku berusaha mempertahankan hubungan diantara aku dan kalian walau terasa sakit aku tetap melakukannya karena berpikir kalian tidak akan meninggalkanku seperti janji yang selalu aku dengar dari mulut kalian, tapi pada akhirnya aku menyerah karena hati kalian sudah bukan untukku, kecuali kau yang memang tidak melihat orang lain, tapi aku tetap merasa kecewa juga bersalah karena mungkin keberadaanku menghambatmu untuk meraih mimpimu."
"Namun sekarang kalian semua ingin kembali tetapi aku tidak tahu harus menjawabnya bagaimana, dulu saat kita masih berhubungan awalnya aku tidak percaya kalian benar-benar mencintaiku, aku berpikir kalian hanya menyayangiku sebagai teman atau saudara, lalu kalian memperhatikan aku setiap saat, menjagaku, memanjakan aku, selalu ada untukku dan selalu mendengar pengakuan cinta dari kalian, pada akhirnya aku sadar kalau kalian benar-benar mencintaiku, tetapi kekhawatiranku tidak sampai disana setiap hari aku merasa takut ditinggalkan oleh kalian jika ada orang lain yang mungkin lebih menarik di mata kalian, lagipula semua orang yang ada di posisiku waktu itu akan merasakan hal yang sama, siapa yang tidak tahu ketujuh tuan mudah keluarga Bang, banyak orang yang menginginkan mereka, karena rasa takutku untuk ditinggalkan sampai pada akhirnya aku memberikan tubuhku karena takut jika aku menolak kalian akan marah dan mencari orang lain, namun setelah semua itu pada akhirnya apa yang paling aku takutkan datang juga, di mata kalian ada orang yang lebih menarik dari pada aku, jujur saja rasanya sakit tapi sekarang mungkin baik-baik saja." Ujar Felix panjang dan Jisung yang sudah meneteskan air matanya mendengar itu termasuk saudara-saudaranya yang mendengarnya dari seberang telepon.
"Apa kau masih mau mengantarku, aku akan turun jika tidak." Ujar Felix hendak meraih pintu mobil namun berhenti saat Jisung menariknya dalam pelukannya.
"Biarkan seperti ini sekali ini saja, aku sangat merindukanmu, apa kau tahu bagaimana rasanya menahan diri untuk tidak memelukmu saat aku melihatmu." Ujar Jisung lalu menarik tubuh Felix lebih rapat dengannya.
.
.
.
Seminggu ini Felix tidak masuk bekerja karena dia harus mengurus beberapa hal terkait sidang akhirnya, sebenarnya dia masih ingin bekerja tetapi orang tuanya tidak mengijinkan begitu juga kakaknya mereka menyuruhnya fokus pada sidangnya kelulusannya terlebih dahulu soal bekerja dia bisa melakukannya lagi setelah ia lulus.Sedangkan mantan-mantannya mereka masih selalu datang ke tempat Felix bekerja tetapi semenjak Felix diantar Jisung pulang entah kenapa setiap Felix melihat mereka ia melihat mata mereka yang memancarkan penyesalan(?).
Dan satu lagi Felix juga tahu kalau mereka sudah ada yang selesai dengan tugas akhir hanya tinggal menunggu wisuda saja, seperti Changbin juga Seungmin walaupun dia lebih mudah tetapi memang dia pintar tetapi sebenarnya ketujuh Bang bersaudara itu memang pintar, dan Felix juga tahu kalau Han dan Hyunjin juga sebentar lagi selesai sedangkan Jeongin mungkin tahun depan dia juga akan selesai, tentu saja Felix tidak mencari tahu sendiri soal itu semua tapi sepupunya Wooyoung dan Hiyyih yang memberitahu padanya, ia sendiripun tidak tahu kenapa mereka memberitahunya.
Dengan adanya mereka yang selalu ada di tempat kerja Felix mungkin jika itu dulu Felix akan sangat bahagia karena mereka benar-benar meluangkan waktu untuknya, tetapi sekarang rasanya berbeda walaupun Felix tahu kalau mereka benar-benar menyesal tetapi Felix tidak siap untuk merasakan sakit yang kedua kalinya.
.
.
.
Felix berjalan keluar dari ruang seminar akhir saat dia sudah selesai dan dinyatakan lulus, Felix berjalan ke arah Wooyoung dan Hiyyih yang dari tadi menunggunya di depan ruangan."Selamat! Akhirnya selesai juga, tinggal mengurus wisuda." Ujar Wooyoung lalu memeluk Felix diikuti Hiyyih.
"Uyong kau terlihat begitu bahagia, apa kau senang karena sebentar lagi kau akan bertunangan dengan pangeran-pangeranmu?" Goda Hiyyih.
"Bukan begitu, aku hanya senang karena tidak berkuliah lagi, aku tidak akan lanjut S2 kalaupun disuruh sama Daddy, otakku sudah tidak mampu lebih tepatnya malas." Ujar Wooyoung sambil mengelukan proses perkuliahannya selama ini, memang benar Wooyoung dan Hiyyih lebih dulu beberapa hari selesai daripada Felix.
"Iya aku percaya saja." Ujar Hiyyih Sedangkan Felix hanya bisa tersenyum melihat kedua sepupunya itu.
"Kau memang harus percaya padaku." Ujar Wooyoung lalu kembali memeluk Felix.
"Baiklah, lebih baik kita pergi sekarang Kak Jooheon sudah menjemput kita untuk makan siang bersama yang lainnya." Ujar Hiyyih menyeret mereka berdua.
.
.
.Hyunjin memasuki kediaman keluarganya dengan wajah lesunya hari ini mereka tahu kalau Felix sudah selesai melakukan ujian tutup dan mereka berencana mengucapkan selamat kepada Felix.
Hyunjin yang hendak ke kamarnya untuk membersihkan badannya, ia berjalan sedikit lambat dan dari raut wajahnya terlihat sedang memikirkan sesuatu, saat hendak menaiki tangga Hyunjin berhenti saat melihat kotak bening yang berada di atas meja yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Hyunjin berjalan mendekat ke meja tersebut dan meraih kotak itu lalu memandangi isinya, dulu Felix suka membuatkan mereka kue yang berada di tangannya, karena merindukan rasa kue yang biasanya Felix buatkan, Hyunjin membuka penutup kotak itu dan mengambil satu potong brownies kering dari dalamnya, namun baru beberapa kunyah dia berhenti dan kembali menutup lalu meletakkan kembali kotak kue itu ke tempatnya.
"Rasanya sangat berbeda dengan buatanmu" gumam Hyunjin masih meresapi kue yang ada dalam mulutnya.
"Felix kami sudah begitu jahat melakukan hal sekejam itu padamu" terlihat dari mata Hyunjin saat menggunakan itu terpancar raut kesedihan dan penyesalan, ia tak bisa membayangkan bagaimana kuatnya Felix mengahadapi kehancuran itu.
Suara langkah kaki membuat Hyunjin menoleh dan melihat mamanya di sana berdiri menatapnya.
"Dia sangat hebat dan kuat bukan, mama tidak bisa membayangkan apakah mama akan mampu bertahan jika mama yang ada di posisinya" ujar sang mama lalu melangkah mendekati sang putra.
"Meskipun terlambat mama senang kau dan saudara-saudaramu bisa menyadari kesalahannya kalian, tapi mama juga berpesan jangan pernah memaksa Felix untuk kembali kepada kalian, jangan membuatnya kembali terluka, luka yang kalian berikan bertujuh sudah sangat besar"
Hyunjin memejamkan matanya diikuti air matanya yang menetes, ia tidak lagi bisa menahan air matanya, penyesalan dan rasa bersalahnya pada Felix sangat mencekiknya.
Tidak jauh dari tempat Hyunjin dan mamanya ada Minho yang merasakan hal yang sama dengan sang adik, Minho kembali mengingat panggilan terakhirnya dengan Felix saat dia harusnya berkencan namun dia yang tidak datang dang membiarkan Felix menunggu berjam-jam dan dia yang malah pergi dengan orang lain lalu beralasan sibuk pada Felix.
Saat itu Felix mengatakan dia tak ke sana, namun Minho akhirnya tahu kalau Felix ke sana dan menunggunya hingga gelap, sekali lagi bukan Felix yang salah karena mereka yang mengatur jadwal kencan itu namun mereka juga yang melanggarnya.
"Ibu harap kalian juga bersiap menghadapi keluarga besar Kim dan Park, walaupun mungkin mereka belum tahu tapi tidak akan susah bagi mereka untuk mengetahuinya"
Tbc