Part 195

86 7 0
                                    

Author Pov

Sudah 3 hari Arhan di rawat dengan riwayat sakit radang usus. Dia tidak boleh makan makanan yang terlalu pedas lagi karena sangat berbahaya untuk ususnya.

Hari ini Arhan sudah diperbolehkan pulang. Selama dirawat Almeera tidak pernah sekalipun datang untuk menemani Arhan. Hal ini membuat anak-anaknya makin membencinya.

"Assalamualaikum" Alfandy menjinjing pakaian kotor Arhan dan beberapa parcel bawaan yang menjenguk.

"Waalaikumussalam. Papa!" Teriak Nayla dan Naysa.

Almeera tidak ada nampak di lantai bawah ini.

"Sini abang bantu bawain pa" Arfan mengambil beberapa jinjingan Alfandi.

Alfandy membawa barang bersama Arfan sedangkan bibi membantu Arhan menuju kamarnya.

"Almeera mana bi?" Tanya Alfandy setelah Arhan tertidur di kamarnya.

"Di kamar nak" Jawab bibi.

Alfandy sangat kesal dengan sikap Almeera ini. Dia sama sekali tidak peduli anaknya sakit dan bahkan saat Arhan pulang ke rumah pun dia tidak menyambutnya.

"Almeera!" Alfandy membanting pintu kamar.

Almeera tak merespon dan hanya duduk diam di balkon memandang taman seperti biasa.

"Aku udah habis sabar sama kamu ya, anak sakit kamu sekalipun tidak pernah datang dan dia pulang tidak kamu sambut. Mau kamu apa Almeera!" Teriak Alfandy.

"Ica" Hanya kata itu keluar dari mulut Almeera.

"Apa katamu?!" Alfandy mendekat.

"Ica" Jawab Almeera agak kuat.

Alfandy langsung membanting vas bunga kaca yang ada di meja balkon ini. Akibat suara bantingan semua yang berada di lantai dua datang.

Kamar Alfandy sebenarnya kedap suara, hanya saja karena pintu tadi dibuka lebar jadi suara biasa terdengar keluar.

"Astaghfirullah! Kenapa nak?" Bibi langsung keluar lagi mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan pecahan kaca.

Alfandy duduk di ranjangnya sambil memegang kepalanya yang sangat sakit. Tanpa dia sadari anak-anaknya sudah berdiri semua di depan pintu.

"Eh permisi bibi mau masuk" Alfandy melihat ke arah pintu dan baru sadar anak-anaknya melihat.

"Kalian ke kamar dulu ya" Ucap Alfandy.

Belum sempat anak-anaknya beranjak terdengar pekikan bibi yang membersihkan pecahan tadi.

"Kenapa bi? Luka?" Tanya Alfandy.

"Kaki Nak Ara nak" Ucap bibi.

Terlihat ada pecahan kaca yang lumayan besar tertancap tepat dipunggung kaki Almeera dan itu sudah mengeluarkan banyak darah.

Alfandy menatap Almeera dia sama sekali tidak bergeming padahal kakinya berdarah sebanyak itu.

"Permisi Bi" Alfandy melangkah dan langsung menggendong Almeera.

Almeera hanya diam tak berontak saat digendong Alfandy.

"Ambilin jaket sama hijab mama bang" Ucap Alfandy pastinya ke Arfan karena Arhan baru saja sehat.

"Kalian tunggu di rumah ya sama Mba Anggun, abang mau nemenin papa bawa mama berobat" Pesan Arfan ke adik-adiknya.

Walaupun mereka sempat kesal dengan sikap Almeera, tapi yang namanya anak-anak akan selalu menyayangi ibunya.

"Hiks! Mama berdarah bang" Isak Nayla.

"Udah ayok ke kamar main sama Nana" Ajak Arhan.

Alfandy memakaikan hijab dan kardigan ke tubuh Almeera. Arfan ikut masuk ke dalam mobil dan Alfandy membiarkan Arfan ikut.

Anakku Bukan Anakmu #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang