Author Pov
Sekolah Arfan Arhan
Seperti biasa Arfan dan Arhan masuk ke kelasnya. Arfan menaruh tasnya dan Arhan pun begitu. Arfan tidak duduk bersama Arhan, itu permintaan Almeera diawal mereka sekolah. Almeera meminta ke guru mereka agar memisahkan tempat duduk keduanya. Khawatir kalau duduk berdua nanti main-main dan tidak fokus belajar.
"Hey anak orang gila!" Tiba-tiba saja salah seorang teman menegur mereka.
Arfan yang memang sudah tau kalau yang dimaksud dia dan Arhan hanya diam saja. Menurut Arhan membuang tenaga saja melayani mereka.
"Haha ibunya udah jadi orang gila!" Tawa anak itu diikuti beberapa anak laki-laki lain.
Arhan ingin berbalik melawan tapi ditahan Arfan.
"Kita disekolahin untuk belajar bukan berantem. Biarin aja mulut mereka nanti capek sendiri" Cegah Arfan.
Arhan menahan emosinya dan keluar kelas bersama Arfan. Mereka menuju lapangan karena akan ada pengajian rutin setiap hari jumat. Setiap hari ini semua murid dikumpulkan di lapangan untuk mendengarkan kultum.
"Haha anak orang gila ikut dengar ceramah" Lagi-lagi anak itu mengejek mereka.
"Aku izin ya nonjok dia" Geram Arhan yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Sabar" Cegah Arfan dengan senyuman.
Arhan sudah sangat kesal sedari pagi sampai jam istirahat tetap saja anak itu mengejek mereka.
"Sekali lagi mereka membicarakan hal buruk tentang mama dan mentertawakannya abang jangan salahin ya aku tonjok mereka" Ucap Arhan ke Arfan.
Arfan hanya diam karena dia pikir itu hanya ancaman Arhan saja.
Tak lama jam selanjutnya berlangsung dan tiba waktunya jam istirahat kedua. Anak-anak itu tetap mengejek Arfan dan Arhan.
"Maaf bang jangan tahan abang lagi" Arhan mendekat ke anak-anak itu.
"Bugh!" Sebuah tinjuan tepat di wajah anak tadi.
Semua anak-anak yang melihat langsung heboh. Beberapa anak perempuan berlari ke ruang guru memanggil guru.
"Anak orang gila!" Teriak anak yang di tinju Arhan.
Arhan kembali mendekati dan memberikan satu tendangan di perut anak itu. Anak itu tersungkur dan bagian pinggangnya membentur meja di belakangnya.
Arfan yang melihat itu hanya diam tak membantu ataupun melarang. Percuma dia larang toh memang salah anak itu sedari pagi memancing emosi Arhan.
"Mama! Huhu! Sakit mama!" Tangis anak itu pecah saat dia tersungkur dan tak bisa bangun.
Beberapa temannya tadi yang ikut mengejek diam melihat anak itu jatuh. 2 diantara mereka membantu anak itu bangun dan 2 lagi mendekati Arhan.
Melihat keduanya mendekati Arhan, Arfan tak tinggal diam. Arfan maju ke depan Arhan melindungi adiknya.
"Mau apa?" Tanya Arfan.
Arfan memang terkenal murid paling rajin dan memiliki attitude paling bagus di sekolahnya. Dia juga sering membanggakan sekolahnya dengan memenangkan kejuaraan karate. Wajar anak-anak itu takut kepadanya.
Kedua anak itu mundur dan tak berani melawan Arfan.
"Sini kamu!" Teriak Arhan.
Anak yang tersungkur tadi terdiam, dia melihat sorot mata marah Arhan.
"Sudah! Sudah! Ada apa ini!" Seorang guru laki-laki datang melerai mereka.
"Dia duluan pak, dia tinju dan dorong saya" Ucap anak itu mengadu duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu #2
Ficción GeneralLanjutan dari cerita "Anakku Bukan Anakmu"