Author Pov
Setelah hari itu hubungan Almeera dengan Alfandy dan anak-anaknya menjadi sedikit renggang. Bahkan Arfan yang biasanya dewasa mengahadapi masalah malah menjauh juga dari Almeera.
"Berangkat pa, assalamualaikum" Arfan bersalaman dengan Alfandy diikuti Arhan, Nayla dan juga Naysa yang memang sudah bersekolah TK.
Arfan tetap menyalami Almeera namun tak mengucapkan apapun. Berbeda dengan Arfan, Arhan, Nayla dan Naysa langsung saja pergi meninggalkan meja makan setelah bersalaman dengan Alfandy.
"Ajak adek-adek salam mama bang" Ucap Alfandy ke Arfan.
"Mereka gak mau pa, jadi jangan dipaksa" Jawab Arfan.
Arfan meninggalkan Alfandy dan Almeera menyusul adik-adiknya yang sudah duluan keluar.
Alfandy hanya memandang ke arah Almeera sebentar dan Almeera yang dipandang hanya diam menatap kosong.
"Maafin anak-anak" Ucap Alfandy.
"Aku berangkat" Alfandy juga beranjak dari meja makan.
Sedangkan Almeera masih tetap diam entah menatap apa.
"Nak Ara gak papa?" Tanya bibi yang akan membereskan meja makan.
Almeera tidak menjawab, dia berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
"Kenapa Nak Ara bi?" Tanya Bu Yani yang datang dari dapur.
"Saya kurang paham Yan, kita jangan ikut campur urusan majikan kita Yan. Kita doakan saja semoga Nak Ara dan Nak Al bisa harmonis seperti dulu" Jawab bibi.
"Aamiin yaa rabbal 'alaamiin" Jawab Bu Yani.
Keduanya bersama membereskan meja makan dan kemudian mereka mengerjakan pekerjaan masing-masing.
Almeera di kamar hanya diam duduk di balkon menatap ke arah taman perumahan. Almeera tidak tau apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Dia berusaha mengingat tapi tak juga ingat, malah dia hanya terus mengingat Ibram dan Ica yang jauh di sana.
Hati Almeera menjadi gusar karena dia merasa begitu merindukan Ica. Entah dia kenapa sampai bisa merindukan anak orang lain sedangkan anak kandung di depan mata.
Arfan Pov
Aku bukan ingin menjadi anak durhaka dengan tidak hormat kepada mama. Hanya saja aku merasa mama bukanlah seperti mamaku yang dulu. Dulu mama sangat hangat dan penuh kasih. Semenjak mama hilang mama menjadi berbeda. Mama lebih sering menangis karena merindukan anak perempuan di desa itu. Aku juga terkadang kasihan dengan Nayla dan Naysa yang selalu ingin bermanja ke mama tapi mama tidak menghiraukan mereka.
"Abang gak jajan?" Arhan menghampiriku.
"Abang masih kenyang, Abang Arhan jajan apa?" Tanyaku.
Dia mengangkat sebungkus camilan dengan bumbu yang sangat merah.
"Itu pedas banget pasti, abang kenapa beli itu nanti sakit perut" Ucapku.
"Sakit perut juga abang sendiri yang rasain" Jawabnya.
"Ya kan kalau abang sakit nanti siapa juga yang repot" Ucapku kesal.
"Papa atau ga bibi atau Mba Anggun" Jawabnya.
Aku menoleh ke arahnya.
"Kenapa?" Tanya Arhan masih sambil memakan camilan itu.
"Gak papa" Jawabku.
"Jangan berharap mama akan khawatir bang kalau kita sakit atau kenapa-kenapa. Mama itu udah bukan seperti mama kita yang dulu. Mama lebih memikirkan anak kampung itu daripada kita di sini. Bagus gak usah ketemu aja sekalian kemaren" Cetusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu #2
General FictionLanjutan dari cerita "Anakku Bukan Anakmu"