Author Pov
"Permisi" Suara ketukan pintu dari luar.
Mereka semua mengarahkan pandangan ke pintu.
"Papa!" Ucap Arfan dan Arhan.
"Alfandy" Gumam Almeera.
"Maaf saya baru datang, saya baru dapat kabar dari orang di rumah" Ucap Alfandy ke guru Arfan dan Arhan.
"Maaf ada apa ini?" Tanya Alfandy kemudian duduk di sampingku.
Kembali lagi guru itu menjelaskan masalah hingga ke perdebatan aku dan orang tua anak itu tadi.
"Oh mau ganti rugi, boleh saja Bu. Saya akan obati anak ibu ini dan mengganti uang yang ibu minta tapi mohon maaf dengan berat hati mulai hari ini saya meminta surat pindah untuk anak-anak saya" Ucap Alfandy.
Guru anak-anak langsung terlonjak kaget karena merasa keputusan Alfandy diluar dugaannya.
"Maaf pak saya rasa tidak perlu terlalu dibesar-besarkan sampai anak-anak harus pindah sekolah" Ucap si guru.
"Tidak perlu dibesar-besarkan ya? Kenapa? Saya rasa sekolah ini tidak begitu memperhatikan dan mengajarkan sopan santun kepada muridnya. Buktinya ini, urusan pribadi orang tua murid lain bisa diketahui oleh murid lainnya. Istri saya tidak gila ya, dia hanya hilang ingatan bukan berarti gila. Bagaimana pengawasan kalian sebagai guru tentang hal ini? Apa kalian tidak memperhatikan murid kalian yang mempunyai mulut seperti penggosip ini? Terlebih dia anak laki-laki tapi mulutnya melebihi ibu-ibu komplek" Ucap Alfandy sambil membuang muka.
Guru dan ibu murid itu terdiam saja.
"Ayo sayang, Arfan, Arhan ambil tas kalian dan barang-barang kalian kita pulang" Ajak Alfandy ke istri dan anak-anaknya.
"Pak Alfandy kita belum selesai diskusi pak" Panggil guru itu.
"Diskusi seperti apa? Mau ganti rugi. Nanti saya transfer, tinggalkan saja rekening anda. Kalau anda mau ke jalur hukum silakan saya tidak takut" Ucap Alfandy kemudian menarik tangan Almeera beserta anak-anaknya.
"Aduh bagaimana ini" Cemas guru ini.
"Biar aja anak-anak nakal itu pindah Bu, kenapa ibu terlalu memikirkan 2 orang murid daripada murid lainnya" Ucap orang tua Amir.
"Maaf ya Bu sebelumnya, Arfan dan Arhan itu salah satu murid berprestasi di sekolah ini. Arfan selalu juara dalam pertandingan karate, dia selalu menyumbang piala dan penghargaan untuk sekolah ini. Begitu juga Arhan dia selalu menang lomba bulu tangkis dan juga sudah banyak menyumbangkan piala ke sekolah ini. Saya tidak mau kehilangan anak-anak berbakat seperti mereka. Terlebih lagi sekolah ini donatur utamanya adalah Bapak Hartowi Syarif, yang tak lain kakek dari Arfan dan Arhan" Jelas sangat guru.
Mendengar penjelasan itu seketika nyali si ibu ciut. Dia ikut gusar seperti guru ini.
Tak lama kemudian Alfandy kembali ke ruang guru meminta surat pindah untuk kedua anaknya.
"Pak Alfandy mohon pertimbangkan lagi keputusan bapak" Pujuk beberapa guru.
"Kalian masih mau sekolah di sini?" Dia justru bertanya ke Arfan dan Arhan.
Keduanya menggeleng.
"Lihat? Anak saya sudah tidak mau" Jawabnya.
"Kita gak mau satu sekolah sama pembully kita juga gak suka tiap hari diomongin terus, apalagi ngomongin mama kita gila" Jawab Arhan.
Beberapa guru di sana menatap ke arah Amir dan ibunya. Memang keluarga Amir bukan orang tidak punya karena rata-rata yang sekolah di sini anak orang punya, tapi mungkin tidak sekaya Alfandy.
![](https://img.wattpad.com/cover/365616510-288-k257283.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu #2
Narrativa generaleLanjutan dari cerita "Anakku Bukan Anakmu"