Author Pov
Pagi harinya setelah kejadian semalam Almeera tidak beranjak dari kamarnya, bahkan dia tidak beranjak dari kasurnya. Almeera sudah tidak mau memikirkan dan melakukan apapun, dia hanya ingin duduk berdiam diri.
"Sarapan yuk Al" Ajak Alfandy yang baru selesai berpakaian.
Almeera hanya menoleh sebentar kemudian kembali menatap lurus ke arah tv yang memang berada tepat di depan ranjangnya.
Alfandy bergerak mendekat ke arah Almeera. Dia duduk di samping Almeera.
"Maafin aku dan anak-anak ya, maafin juga misalkan ada perkataanku atau anak-anak yang menyakiti kamu" Alfandy berusaha memegang tangan Almeera.
"Anak-anak kamu tidak suka saya, jadi tolong kembalikan saja saya ke ibu bapak saya" Almeera menarik tangannya yang sebelumnya hendak dipegang Alfandy.
"Mereka anak-anak kita Al, semua anak-anak kita, anak aku dan anak kamu juga" Alfandy menyakinkan Almeera.
"Mereka bukan anak-anak saya" Ucap Almeera.
Alfandy menjauh dari duduknya dan keluar dari kamar. Percuma saja berdebat dengan Almeera di pagi hari ini.
"Itu papa" Ucap Bu Rahimah yang sudah bersiap di meja makan bersama Pak Hartowi dan cucu-cucunya.
"Pagi ma, pa" Sapa Alfandy.
"Pagi anak-anak" Sapanya ke anak-anaknya juga.
"Ara gak turun sarapan Al?" Tanya Bu Rahimah.
"Iya mama mana pa?" Tanya Nayla.
Alfandy hanya diam saja karena malas menjawab pertanyaan itu.
"Al jangan begitu, Ara kan baru beradaptasi lagi dengan kita di sini jadi kamu harus bantu dia bukan mengabaikannya" Nasehat Bu Rahimah.
"Pujuk dia sebisa kamu dan jangan pernah berpikiran untuk menyerah, ingat anak-anak butuh ibunya dan kamu butuh Almeera" Sambung Pak Hartowi.
Alfandy hanya terdiam mendengar nasehat kedua orang tuanya. Dia baru saja ingin menyerah, tapi ada benarnya ucapan orang tuanya kalau kelima anaknya ini butuh Almeera.
"Mama coba panggil ya, kalian makan duluan aja gak papa" Bu Rahimah beranjak menuju kamar Alfandy dan Almeera.
Nayla rupanya berlari mengejar neneknya ke lantai atas. Seketika semua anak-anak Alfandy kecuali Najwa berlari mengikuti Bu Rahimah dan Nayla.
"Kenapa ikut semua?" Tanya Bu Rahimah ketika melihat anak-anak Almeera mengikutinya.
"Mama pasti tersinggung sama ucapan dan tingkah laku kita nek, jadi kita mau minta maaf dan bujukin mama" Jawab Nayla.
"Ya udah ayo kita masuk barengan" Ajak Bu Rahimah kepada keempat cucunya.
"Assalamualaikum" Ucap mereka serentak.
Almeera tidak menoleh sama sekali bahkan menjawabpun tidak. Posisinya masih sama seperti tadi, duduk di atas ranjang sambil menatap tv yang mati.
"Ra turun sarapan ya" Bu Rahimah mendekat.
Almeera menoleh sekilas ke arah Bu Rahimah kemudian dia menoleh ke keempat anak-anaknya.
"Kalian saja, saya bukan bagian keluarga ini" Jawab Almeera.
"Mama" Arfan membuka suara.
"Mama maafin abang ya, abang gak bisa jadi kakak yang baik untuk adik-adik. Abang gak bisa ajarin adik-adik berkata baik, gara-gara abang adik-adik ngomongnya gak sopan ke mama. Mama hukum abang aja gak papa, tapi mama sarapan ya bareng kita. Kalau mama gak sarapan nanti mama sakit, abang gak mau mama sampai sakit lagi. Abang sayang banget sama mama, abang gak mau liat mama kesusahan" Ucap Arfan menahan air mata.
Almeera masih tak bergeming, bahkan menolehpun tidak.
"Ma, abang juga minta maaf ya. Abang juga salah gak bisa bantuin Abang Arfan jaga adik-adik kita. Abang juga masih bandel dan sering nakal. Tapi abang sayang banget sama mama" Arhan.
Almeera masih diam seolah tak mendengar ucapan anak-anaknya.
"Mama boleh kok hukum kakak kalau misalkan mama mau, asalkan mama mau ya sarapan bareng kita" Nayla.
"Ma, maafin abang-abang sama kakak ya. Yang salah Sasa, Sasa yang ngomongnya gak baik dan gak sopan. Kalau mama mau marah, marah sama Sasa aja ya ma jangan ke Abang Arfan, Abang Arhan dan Kak Lala. Sasa memang anak gak baik, Sasa udah bicara buruk tentang mama. Gimana caranya mama bisa maafin abang-abang dan kakak? Kalau mama mau Sasa pindah ke panti aja gak papa. Asalkan abang-abang dan kakak Mama maafin karena mereka gak salah" Naysa.
Seketika Bu Rahimah, Arfan, Arhan dan Nayla menatap tajam ke Naysa. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu di depan mereka semua.
"Kamu gak perlu bicara sampai seperti itu, kamu bicara begitu makin membuat saya terlihat jahat di mata kalian. Saya akan pergi dari sini dan tidak akan kembali sesuai dengan yang kamu harapkan. Saya akan kembali ke anak kecil desa yang kamu katakan itu" Jawab Almeera kemudian dia beranjak masuk ke kamar mandi.
Semua yang di kamar terdiam mendengar ucapan Almeera. Naysa yang sudah tak bisa membendung air matanya akhirnya menangis. Bu Rahimah langsung memeluk dan mengajak mereka semua keluar dari kamar ini.
Seusai dari kamar Almeera anak-anaknya semua bersedih, terutama Nayla yang merasa sangat bersalah.
"Mama benci aku ya nek?" Tanya Nayla masih dengan tangisnya.
"Sstt! Mama tuh masih sakit jadi belum sepenuhnya ingat kalian. Sabar ya, terus ajak mama interaksi dan jangan buat mama sedih" Ucap Bu Rahimah menenangkan hati anak-anaknya.
Alfandy Pov
Sangat terlihat wajah sedih dan kecewa dari anak-anak sehabis dari kamarku untuk membujuk Almeera. Aku tau pasti Almeera menolak mereka semua.
"Makan bareng papa, kakek sama nenek aja ya? Nanti makan siang kita usahain makan bareng mama" Pujukku ke mereka.
Mereka akhirnya mau sarapan dan duduk di kursinya masing-masing.
Selesai sarapan aku pamitan ke mama dan papa untuk pergi mengantar mereka dan sekalian berangkat bekerja.
"Titip Almeera bentar ya ma, tolong pastiin dia sarapan. Al jalan dulu, assalamualaikum" Pamitku ke mama dan papa.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit aku masih memikirkan bagaimana caranya agar Almeera kembali pulih. Aku tau kalau berhubungan dengan yang ghoib itu obatnya cuma tawakal dan berserah diri kepada Allah sambil dibarengi usaha ikhtiar. Tapi aku merasa ini terlalu lama, aku kasihan dengan anak-anak kalau seperti ini.
Almeera Pov
Aku duduk di dalam kamar mandi sambil mencerna kata-kataku tadi. Ada rasa menyesal di hati setelah mengatakan perkataan tadi. Tapi tadi mulutku terasa enteng saja mengucapkannya.
"Assalamualaikum Ra" Suara panggilan dari luar.
Aku keluar dari kamar mandi, terlihat ibunya Alfandy baru memasuki kamar sambil membawa nampan makanan.
"Mama bawain sarapan, mungkin kamu lagi capek mau turun" Dia menaruh nampan itu di meja dekat depan tv.
"Terima kasih" Ucapku.
Dia tersenyum dan mendekat, aku duduk tepat di depan makanan yang dia taruh tadi. Perutku sebenarnya lapar tapi aku tidak selera memakan apapun itu.
"Makan sedikit saja agar kamu gak sakit" Ucap ibunya.
Aku mengambil sendok dan mulai makan, aku tidak membaca doa makan dan basmalah saja tak ku baca.
Aku hanya makan 3 sendok dan perutku terasa sudah kenyang sekali.
Selesai makan ibunya membawa lagi nampan itu keluar dari kamar ini. Aku kembali naik ke ranjang dan mulai melamun kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu #2
Ficción GeneralLanjutan dari cerita "Anakku Bukan Anakmu"