Bab 39

986 123 13
                                    

"Konsentrasi Clara!" Suara hardikan dari Kakekku dan kemudian tongkat yang dia gunakan memukul ringan pundakku. "Sudah kubilang tidak seharusnya kau tertidur."

"Auch! Kakek!" Aku membuka mataku karena kesal. Matahari bahkan sebentar lagi akan tenggelam. Seluruh tubuhku terasa pegal dan juga terasa lengket karena keringat. "Bukankah sudah cukup untuk hari ini? 

Kakek menghela napas panjang. "Baiklah."

Aku mendesah senang. Mulai berbaring di atas tanah untuk meluruskan tulang punggungku. Kukira, meditasi tidak akan seberat ini. Maksudku, meditasi kan hanya duduk diam untuk berapa waktu lama sambil menarik napas panjang beberapa kali. Namun ketika itu dilakukan dalam waktu hampir dua hingga tiga jam setelah sparing gila-gilaan dan juga harus mengontrol mana, itu terasa seperti neraka.

Yeah itu tidak bohong.

Sudah satu bulan berlalu dan awalnya aku yang terlebih dahulu meminta kakekku kembali membuka arena pelatihan dan mulai untuk melatihku. Aku merasa bahwa mana dalam tubuhku yang semakin kuat harus segera dilatih sehingga tidak akan ada ledakan mana atau sejenisnya. Aku memiliki pengalaman dari komik-komik yang dibaca Renata Indra, bukankah energi berlebihan yang tidak disalurkan akan berbahaya?

Dan ternyata benar. Ketika Kakekku menemukan bahwa cucunya sangat berbakat dan mungkin juga salah satu penyihir bumi terbaik untuk saat ini, beliau tidak segan-segan memberikan pelatihan neraka. Namun hasilnya, aku bahkan merasa bahwa jika melakukan sparing lagi dengan Duncan, aku akan bisa mengalahkannya.

"Jangan sombong, Nak. Kau bahkan tidak bisa menggores seujung kulitku." Kakek bersuara yang mena membuatku mencibirnya. 

"Dasar kakek kejam."

Kakek mulai memelototiku yang kubalas dengan kekehan. Setelah itu kami pulang dan Nancy sudah siap sedia untuk membantuku mandi. Air hangat mengepul dan kembali membuatku terasa seperti manusia.

"Lihat Nancy, aku rasa aku memiliki otot dilenganku." Aku mengangkat lenganku dengan bangga di hadapan Nancy yang menggerutu. 

"Anda juga memiliki bekas luka di sekujur tubuh Anda, Milady." Gumam Nancy tidak setuju. "Saya harus meminta ramuan penyembuh extra untuk air mandi Anda."

Aku meringis. Luka tidak akan bisa terhindarkan karena sparing yang aku lakukan. Toh itu bukan luka berat dan hanya beberapa memar di kaki ataupun tangan. "Lihat, telapak tangan Anda bahkan hampir menyerupai para kesatria." Nancy kembali menggumam tidak setuju. Namun aku masih bersyukur karena reaksi penolakan Nancy tidak dia perlihatkan secara blak-blakan. 

Seusai ritual mandi yang kulakukan, aku memakai gaun dan makan malam bersama kakekku. Rutinitas yang selalu kulakukan selama aku berada di sini. Hariku, kumulai ketika matahari mulai terbit. Dengan menggunakan celana dan kemeja, aku berlari mengelilingi mansion Nottingham. Ada hutan kecil dan jalan kecil yang biasa aku lewati. Apalagi, ada sebuah kolam kecil dengan sumber mata air yang jernih dan tidak jaub dari situ, ada sebuah hamparan bunga-bunga liar yang terlihat indah dengan sinar matahari keemasan. Setelah sarapan, kakekku mulai melakukan latihan nerakanya hingga matahari terbenam. 

Rutinitas inilah yang membuatku merasa aman dan membuat pikiranku kembali bekerja. Aku mulai membenahi diriku sehingga rasanya aku sudah siap untuk apa yang akan terjadi di masa depan. Saat ini aku tidak berada di dalam game Cherry Blossom. Semua yang terjadi adalah kenyataan.

"Pertunangan Putra Mahkota akan dilakukan bulan depan."

"Oh?" 

Kakekku berdeham. "Ayahmu mengirimkan surat pagi ini dan mengatakan hal itu. Tidak kusangka bahwa proses adopsi gadis itu bisa dilakukan secepat ini."

"Bukankah itu bagus?"

Kakekku mendengus tidak suka. "Jika itu yang kau pikirkan, maka ya itu bagus. Lagipula sepertinya semua berjalan dengan apa yang diinginkan oleh Baginda."

Aku mendengar nada tidak setuju dari kakekku. Tetapi, bukankah kakek adalah orang yang mendukung Raja saat ini? Maksudku, selalu ada beberapa faksi bangsawan antara yang pro dan kontra dengan sistem pemerintahan. Baik Kakekku, orangtuaku, dan Duncan adalah orang-orang yang setia kepada kerajaan.

"Aku ingin mendengar pendapatmu mengenai Max, cucu dari August."

Aku memainkan makanan di piringku. Tidak lagi tertarik dengan makanan dan berpikir. "Dia pria yang baik."

"Apa menurutmu, dia pantas menjadi-" Kakekku menahan ucapannya. "Tidak, tidak ada apa-apa."

"Kakek, apa yang terjadi?" Aku meletakan alat makanku. Tanganku menyentuh tangan kakekku dan memaksanya untuk mengutarakan apa yang dipikirkannya.

"Kau tahu bahwa saat ini para bangsawan yang menginginkan Max kembali ke posisinya sebagai Putra Mahkota semakin menguat. Apalagi dengan fakta bahwa Max mungkin akan menjadi penyihir agung, membuat politik saat ini semakin memanas."

"...."

"Kau tahu bahwa pendiri kerajaan pertama adalah seorang Mage."

"Ya kek, aku tahu."

"August tidak ingin Max terseret dengan hal-hal memusingkan itu. Tetapi, aku pikir Max memang berhak untuk mengklaim hak yang seharusnya menjadi miliknya." Aku kembali terdiam. "Jika dia berkompeten."

"Apa kakek pikir-"

Kakekku menggelengkan kepalanya. "Aku harap tidak akan terjadi perang yang tidak diinginkan dimasa depan. Tetapi kita harus bersiap. Dan kakek ingin jika saatnya tiba, setidaknya kau bisa melindungi dirimu sendiri."

Kakek membalas uluran tanganku. Rasa hangat dari tangan yang lebih besar itu ikut merasuk kedalam hatiku.

"Nah, kurasa untuk satu minggu kedepan aku tidak bisa menemanimu berlatih. Anggap saja kau mendapatkan libur."

"Oh?" Aku memiringkan kepalaku. "Kurasa kakek harus pergi ke suatu tempat?"

"Yah, ada tempat yang harus kakekmu datangi. Kakek orang yang cukup sibuk." Ujar Kakekku dengan bangga sementara aku hanya tertawa.

Aku mulai mengatur jadwalku untuk satu minggu ke depan. Kurasa aku akan ke desa terdekat dan melakukan petualangan kecil. Aku perlu membuat Nancy senang setelah semua bantuan yang dia lakukan. Berbelanja beberapa baju dan juga mencari makanan enak adalah agenda yang akan aku lakukan.

Aku sedang bersiap untuk tidur ketika melihat beberapa surat yang tergeletak di nampan. Aku mulai memilahnya dan menemukan undangan tea party dari bangsawan lokal di sekitar sini yang tidak membuatku tertarik.

Aku juga menemukan surat dari kedua orang tuaku dan juga dari Arthur. Lalu ada juga surat dari Valeria dan yang terakhir, aku menemukan surat dari Duncan yang membuat aku kembali berdebar.


"Dear Clara.

Kuharap kau baik-baik saja.

Ps. Aku merindukanmu.Duncan."

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret of Villainous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang