Bab 19

7.2K 1.2K 78
                                    

Komentar atau gue stop update 😈

Komentar atau gue stop update 😈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Apakah ada yang mengganggumu, Clara?" Aku mendongak begitu mendengar ucapannya. Keningnya mengernyit ketika melihatku dan kutahu pertanyaannya benar-benar tulus. Kami sedang berada di dalam kereta kuda menuju akademi. Mengenai kuda yang kusewa untuk kukendarai sebelumnya, berada dalam pengawasan pengawal Maximus.

Untuk orang seterhormat Maximus, dia memang tidak mungkin berkeliaran tanpa pengawal. Berbeda halnya denganku yang saat ini memakan busana pria untuk menyamarkan status genderku. Lagipula, aku memang sembunyi-sembunyi untuk menemui sang saintess karena tidak bisa membawa orang lain bersamaku. Pengecualian jika aku ditakdirkan bertemu dengan Maximuss di tempat Magrieta.

"Kau sering bertemu dengan Maggie?"

Maximus mengangguk. Tangannya yang berada di atas pahanya lalu menghadap ke atas dan aku bisa melihat pijar kecil di ujung-ujung jemarinya. "Itu adalah api." Gumamku terkejut. "Tetapi, bukankah kau bilang-" Aku menelan lagi ucapanku. Mengernyit karena merasa bingung dengan apa yang kulihat saat ini.

"Api ini muncul belum lama. Karena itulah aku menemui Maggie dan bertanya apa yang harus aku lakukan."

"Mengapa kau mengatakannya kepadaku?"

Maximus tersenyum sedih. "Karena kau temanku. Atau..." Dia menatapku dengan mata sedihnya, "hanya aku yang menganggap bahwa kau adalah temanku?"

Aku tidak tahan dengan suasana sedih yang sengaja Maximus buat. "Tentu kita teman!" Teriakku kesal. "Jika kau sangat menginginkanku menjadi temanmu, tentu kita akan menjadi teman. Kalau perlu mari kita berteman baik!"

Wajah mendung Maximus menghilang dengan cepat sampai kurasa, pemandangan wajah sedihnya berapa lama lalu hanyalah ilusi. 

"Jadi, bagaimana tiba-tiba api-api itu muncul di tanganmu?"

"Aku terbangun dengan sprei berbau gosong dan kemudian, muncul api di tanganku. Apakah jawaban itu membantu?"

Aku menggeleng. "Tidak."

"Nah, itu juga membuatku bingung. Begitu juga dengan kakekku."

"Kakekmu?"

"Apa aku sudah mengatakan bahwa mage saat ini adalah ayah dari ibuku?"

"Kau adalah cucu dari Mage Sang Penyihir Agung?!"

Maximus meringis sambil mengangguk. "Bagaimana bisa seseorang lahir dengan garis takdir yang luar biasa?" Aku menggumam dengan kesal. "Kau adalah seorang Archduke di usia semuda ini. Kemudian kau dekat dengan saintess dan aku bahkan tidak ragu jika beliau adalah ibu asuhmu. Kakekmu adalah seorang mage dan lalu, apa?!"

Aku terdiam karena tahu jawabannya. Maximus akan menjadi seorang mage ketika mage sebelumnya meninggal. Itu artinya, kekuatannya akan di dapatkan ketika kakeknya meninggal. Sungguh ironis.

Secret of Villainous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang