Bab 12

8K 1.3K 56
                                    

Hidupku menjadi tidak tenang belakangan ini. Valerie terus menerus menempel kepadaku seolah aku adalah satu-satunya penyelamatnya di kediaman Evolet. Entah darimana dia bisa tahu jadwalku dan menungguku selesai di setiap kelas atau pertemuanku dengan guru-guruku. Lalu aku akan bertanya sejak kapan dia berdiri dan dia menjawab baru saja, padahal aku tahu bahwa dia telah berdiri sejak berjam-jam sebelumnya.

Sungguh mengesalkan.

Ditambah dengan kedatangan Duncan yang belakangan ini menjadi lebih sering dari sebelumnya. Kukira misiku untuk mendekatkan Valerie dan Duncan berhasil dan kenyataannya hal itu tentu saja tidak seperti apa yang kuinginkan. Duncan selalu mengusir dengan halus keberadaan Valerie dan membuatku berduaan dengannya entah itu untuk menemaninya membaca buku, atau mengerjakan hal remeh temeh lainnya yang membuatku kesal. Padahal biasanya di waktu-waktu yang kuhabiskan bersama Duncan, aku lakukan untuk melatih sihir bumi milikku.

"Ayahanda," ucapku di suatu pagi ketika aku sedang bersantap dengan keluarga Evolet lainnya. "Apakah Valerie tidak bisa ikut dalam pelajaran yang aku ikuti?"

Aku bisa melihat keterkejutan pada pasangan orang tua Clara. "Kurasa aku membutuhkan teman sebaya yang bisa kuajak untuk bertukar pikiran."

"Tentu hal itu tidak bisa kau lakukan dengan Valerie. Aku bisa meminta putri dari Baron untuk datang menemanimu." Tentu saja, tipikal keluarga bangsawan yang menjunjung tinggi kasta tidak akan mengizinkan Clara untuk bergaul dengan rakyat biasa seperti Valerie. Tetapi kan, Valerie di sini berperan sebagai tamu yang entah kapan akan berada di sini.

Sebenarnya aku tahu sampai kapan. Dua bulan lagi, Clara akan pergi ke pusat kota bersama Valerie dan Countess Birmingham. Di sana akan terjadi bencana alam dan kemudian kekuatan luar biasa Valerie sebagai penyihir air akan terlihat sehingga menarik perhatian istana dan juga keluarga Marquest of Nottingham. Keluarga Marquest yang memang adalah keluarga penyihir air kemudian mengangkat Valerie sebagai anak angkat dan derajat Valerie akan naik dengan cepat. Dengan begitu, Valerie akan terbebas dengan Clara dan tidak lagi diikuti seolah dia adalah induk ayam.

Bagus, jadi setidaknya aku harus bersabar selama dua bulan lagi. Tetapi...

"Aku tidak terlalu cocok dengan putri Baron. Lagipula, dua bulan lagi bukankah keluarga kita akan pergi ke pusat kota? Kita tidak bisa meninggalkan tamu kita di rumah begitu saja, bukan? Dan lagi, Valerie membutuhkan bekal pengetahuan ketika berada di sana." Ucapanku membungkam Count Birmingham.

"Valerie bisa ikut dalam pelajaran etiket dan juga sastra. Kupikir kedua pelajaran itu akan membantunya untuk berbaur. Kau mau mengikutinya bukan, Valerie?" Tanya sang countess yang menunjukkan belas kasihannya kepada Valerie. Sebenarnya aku heran bagaimana cara Clara bisa berteman dekat dengan Valerie di dalam game jika lingkungannya saja tidak mendukungnya.

Ah aku lupa. Dalam game, Clara yang disemalatkan oleh Valerie sehingga dia merasa berhutang budi yang teramat besar kepada gadis itu. Dan dalam alur yang aku kacaukan, hal itu tidak terjadi.

"Terima kasih atas kebesaran hati Count dan Countess Birmingham. Tentu saya akan dengan senang hati menerimanya." Valerie berucap lembut. Dia telah mencontoh bagaimana sikapku di meja makan dan aku juga telah memberitahu etika singkat di meja makan.

Ibu Clara berdeham melihat jawaban sempurna Valerie. Dengan begitu, aku cukup berhasil untuk menggaruk sedikit rasa gatal yang belakangan menjalari punggungku.

***


"Apa kau tidak memiliki kegiatan lain yang lebih penting untuk kau lakukan?" Aku mendesah dengan bosan. Daguku bertumpu di atas buku sihir tingkat menengah yang terbuka di atas meja. Aku telah membacanya lima kali dan bahkan hapal setiap titik dan komanya.

"Bertemu dengan tunanganku adalah hal penting yang kulakukan." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang dia pelajari. Ruangan kosong yang berada di lantai dua entah sejak kapan seperti menjadi ruang kerja Duncan dengan segala buku dan dokumen pendukungnya. Aku yakin keikutsertaan Ibu Clara menjadi salah satu sebabnya.

"Bukankah kau punya pekerjaan? Seperti membasmi kejahatan dan menyelamatkan sang putri dari naga jahat?" Aku berkata asal. Leopold Duncan termasuk dalam salah satu pahlawan kerajaan karena sumbangsihnya. Karena itu pula dia menjadi jenderal di kerajaan Alvares. Sangat aneh ketika seseorang seperti dirinya telihat memiliki waktu luang untuk menggangguku.

Duncan lalu mengangkat wajahnya. Tatapan matanya yang tajam menatapku seolah menyuruhku untuk diam. "Jika kau memang sesibuk itu, bukankah akan lebih baik jika aku pergi saja dari sini?" Kataku tidak ingin menyerah.

"Kau bosan."

Aku mengangguk. "Mohon kasihanilah hamba yang bosan, My Lord," balasku membenarkan ucapannya.

"Memangnya apa yang biasa kau lakukan? Menyulam di atas sapu tangan?" Dia tersenyum miring seolah meledekku.

"Menyulam di atas sapu tangan atau menyulam di atas wajahmu tentunya dua hal yang lebih menyenangkan." Aku mengumpulkan energi sihir di sekitar meja kerja Duncan. Menggoyangnya sedikit sehingga membuat peralatan di atas meja kerjanya bergetar.

"Sayangnya aku tidak memiliki sihir angin yang membuat pena milikmu terbang."

Satu alis Duncan naik. "Maksudmu seperti ini?" Balasnya dengan menggunakan sihir angin miliknya. Membuat aku dan benda benda kecil di sekeliligku melayang dengan mudah tanpa mengeluarkan rapalan mantra. Aku tidak boleh meremehkan kemampuan sihir Duncan. Bukan tanpa alasan dia menjadi pahlawan kerajaan Alvares.

"Whoah. Kau pasti tidak ingin membuat tunanganmu mati, bukan?" Kataku berusaha tenang. Padahal di dalam hati aku sudah berdebar karena takut akan dibunuh olehnya. Bisa saja kan dia mengangkatku sangat tinggi dan menghempaskanku dengan mudahnya ke tanah?

"Tentu saja tidak. Hanya saja, akan menyenangkan untuk membuat lukisan di wajahmu, dear Clara."

"Jangan macam-macam, Duncan!" Teriakku protes yang tidak dipedulikan olehnya. Karena lima belas menit kemudian, aku keluar dari ruang kerja itu dengan amarah menggelegak dan wajah penuh dengan coretan abstrak dari tinta pena hasil karya dari Lord Leopold Duncan.

Keterlaluan!

***

Komentarnya jan pelit ih 😈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Komentarnya jan pelit ih 😈

Secret of Villainous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang