Kedua petarung saling memberi hormat sebelum duel dimulai. Pertandingan pertama adalah perwakilan antara elemen air dan api. Selanjutnya adalah angin dan bumi. Air adalah lawan dari api, begitu pula angin dan bumi. Selalu seperti itu duel itu dimulai dan kemudian, pemenang dari duel pertama ini akan kembali saling adu sehingga ditentukan sang pemenang.
Game otome Cherry Blossom, meskipun memiliki latar sihir di dalamnya namun tidak begitu dikupas lebih jauh. Akademi bahkan hanya berada dalam satu scene ketika Valerie Alger masih bersahabat baik dengan Clara dan menjemput Arthur Evolet. Memberikan point persahabatan kedua gadis itu dan tidak ada penjelasan lebih lanjut.
Siapa sangka bahwa ada kehidupan menarik yang terjadi setiap hari. Kenyataannya, di dalam akademi ini terlihat sangat kompleks dengan banyaknya pihak yang terlibat di dalamnya. Aku hanya bersyukur bahwa ketiga hero lainnya cukup dewasa sehingga tidak berada di akademi ini dalam satu waktu.
Lonceng tanda kemenangan berbunyi ketika aku masih melamun. Sorak kegembiraan dari asrama elemen air membahana dan menjadi penanda bahwa pertandingan pertama dimenangkan oleh elemen air. Jika aku pun aku bisa mengalahkan lawan pertamaku, maka pria yang sedang tersenyum lebar sembari mengangkat kedua tangannya itulah yang akan menjadi lawanku berikutnya.
"Nah, sekarang giliranmu." Maximus menepuk pundakku. Matanya mengerling jenaka seolah tengah meledekku dengan apa yang akan kulakukan. "Kau pasti bisa Legolas... Sewyer?" Ucapnya lagi masih meledek.
"Apa yang terjadi Maximus! Seharusnya aku yang berdiri di arena dan bukannya pria cengeng itu!" Suara Arthur yang kukenal terdengar di belakangku. Tubuhku membatu. Berharap bahwa adik kecilku tidak akan mengenaliku dalam balutan pakaian pria. Aku percaya jika pun Arthur mengenaliku, dia tidak akan membongkar identitasku di sini, di depan banyak orang karena itu akan merusak reputasiku, coret, reputasi Clara Evolet maksudku.
"Pertandingan ini sudah disetujui, kawan. Kau terlambat, itulah sebabnya kau tidak berdiri di situ."
"Ya, karena aku harus mengurus kerusuhan yang kau sebabkan satu detik begitu aku masuk ke dalam gerbang. Ini tidak bisa dibiarkan Max! Pertandingan ini milikku."
Maximus menepuk pundakku lagi. Lalu mendorongku menjauh dari Arthur yang mana membuatku masuk ke dalam arena. Suara riuh dari sekeliling arena bergeming sementara yang aku inginkan adalah mendengar percakapan Arthur dan Maximus.
"Kau berhutang satu pertandingan, Max. Dan kau memiliki hutang lainnya yang harus kau tebus. Kau tahu itu, kan? Kau membuatku kerepotan karena mengacau dihari pertamamu. Astaga!"
Aku mendengar suara Maximus yang tertawa. Sepertinya dia dekat dengan Arthur.
"Ngomong-ngomong, siapa orang yang mewakili asrama kita?"
"Oh, kau pasti mengenalnya begitu kau melihat wajahnya." Sayup-sayup kudengar jawaban Maximus. Sementara aku mulai fokus kepada pria yang berada di tengah arena yang bertindak sebagai juri. Dia membawa kain merah yang akan dia lemparkan. Ketika kain itu menyentuh lantai arena, maka pertandingan dimulai.
Aku tidak tahu mengenai sihir lain karena dalam ingatan Clara, dia hanya fokus untuk melatih sihir elemennya dan mengabaikan pengetahuan mengenai elemen lainnya. Karena itulah, aku harus cepat menyerang dengan satu serangan kuat yang telak dan membuat lawan tumbang.
Karena itulah, aku mengumpulkan energi di kakiku. Menyalurkannya ke bawah arena dan titik pusat gravitasi di mana penyihir angin berdiri. Aku akan menahan pusat gravitasinya karena penyihir angin pasti bisa terbang dengan memanfaatkan aliran angin. Jika begitu, maka aku pasti akan kalah. Dan tindakan kedua yang akan aku lakukan adalah membuat segitiga yang akan mengurungnya dan kemudian meremukannya dari luar. Yah, tidak terlalu remuk. Setidaknya aku bisa sedikit melukainya atau membuatnya pingsan dan memenangkan turnamen ini.
Aku memfokuskan semua tenaga yang akan kukerahkan. Mataku memicing ke arah kain merah itu. Tidak menghiraukan meski sebagian besar pendukung menyoraikan elemen angin yang mereka anggap akan memenangkan pertandingan ini. Maka ketika kain merah itu baru saja menyentuh arena, dalam tiga detik pertama aku melakukan siasatku tanpa satupun mantra yang terucap. Dan begitu saja, suara teriakan nyaring dari lawanku yang kemudian terdiam tidak lama setelahnya memenuhi seluruh koloseum mini.
Mungkinkah aku sudah kelewatan?
Aku meringis, kemudian membuka tenda segitiga lawanku dan memperlihatkan lawan dengan elemen angin itu pingsan dengan goresan kecil yang tajam dan dalam di sekujur tubuhnya.
"Apa yang penyihir cilik itu lakukan?"
"Itu mengagumkan!"
"Dia bahkan tidak menyuarakan satu mantra pun."
"Siapa dia? Aku baru kali ini melihatnya."
"Aku tidak tahu bahwa sihir bumi bisa digunakan dengan cara seperti itu."
Suara bisikan yang terdengar memujiku tampak mengganggu. Seolah mereka sangat tidak percaya bahwa pemilik sihir bumi sangatlah lemah. Meh.
Aku lalu berbalik dengan senyum sinis terukir di bibirku. Menemukan tatapan horor dari Arthur membungkusku yang membuatku meringis ketika dia berteriak, "Apa yang kau lakukan?!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Villainous Woman
FantasiaMasuk ke dalam game otome yang aku mainkan?! Kau pasti bercanda! Tidak masalah jika aku menjadi pemeran utama, tapi yang benar saja! Menjadi tokoh jahat yang terancam mati di usia 20 tahun bukan keinginanku! ***