Tandai kalau ada typo ya!
Belum gw koreksi langsung post.Dapet salam dari Theo yang ngga muncul di part ini.
Ehe~
"Kerja bagus, Duncan." Suara Kakekku terdengar dari balik pintu. Aku baru saja kembali dan berniat menemuinya untuk menanyakan mengapa aku harus kembali dengan cepat padahal aku baru pergi selama beberapa jam.
"Entah apa yang sudah kau lakukan. Tetapi amarah lebih baik daripada merasa sedih terus menerus." Kakek Clara lalu tertawa dan menimbulkan suara serak yang khas.
"Aku tidak berusaha membuatnya marah." Duncan menjawab dengan tajam.
"Aku tidak yakin mengingat bagaimana tatapannya yang ingin sekali membunuhmu ketika kita sarapan tadi."
"Aku akan mencoba tidak membuatnya marah."
Kakek Clara kembali tertawa. "Meski ayah Clara tidak menyukaimu, bukan berarti aku akan memihakmu, Duncan. Jika kau menyakiti cucuku, maka kau harus mewaspadai sisa hidupmu."
Jantungku berdebar ketika mendengar kalimat peringatan dari Kakekku yang ditujukan untuk Duncan. Merasa hangat karena beliau memang sangat menyayangiku sebagai seorang cucu. Alih-alih aku masuk dan menyela pembicaraan mereka, aku akhirnya berbalik dan beristirahat di kamarku. Mendengar hal yang baik membuat perasaan atas rasa kesalku yang sebelumnya menguap dengan cepat.
***
Aku menghabiskan dua hari selanjutnya di rumah kakekku. Melakukan hal yang bisa kulakukan dan sebisa mungkin menghindari Duncan yang entah mengapa ikut menginap di kediaman sang earl. Aku bahkan mulai curiga bahwa dia berada di tempat yang sama denganku karena ingin menguntitku.
"Aku tidak bisa memperpanjang kunjungan ini lagi, Kek. Aku harus pulang dan menyiapkan diri untuk pergi ke ibu kota bulan depan. Kakek tahu kalau aku akan datang bersama dengan orang tuaku."
"Keadaanmu tidak cukup baik untuk menempuh perjalanan panjang, Nak. Bagaimana jika kau mempersiapkan diri di sini? Rumah ini bahkan lebih dekat ke ibukota daripada rumahmu." Itu tawaran yang bagus jika saja Duncan tidak ada di tempat yang sama denganku.
"Aku memiliki teman yang menungguku di rumah, Kek." Aku menjadikan Valerie sebagai alasanku. Lebih memilih berdekatan dengan Valerie daripada dengan Duncan.
"Yang kau maksud penyihir air itu, huh?"
Aku diam dan menggigit bibirku. Tentu saja informasi itu akan datang ke kakekku entah bagaimana caranya. Kabar bahwa ibuku diselamatkan oleh seorang penyihir yang bukan seorang bangsawan pasti akan menarik jika disebarluaskan. Di kerajaan ini banyak sekali keluarga dengan atribut sihir air, akan menjadi gempar dan mereka pasti akan saling tunjuk untuk kehadiran Valerie di kerajaan ini. Gosip jahat juga pasti akan ditujukan untuk para penyihir dengan atribut air dan mereka akan saling menjatuhkan para bangsawan dengan ciri biologi yang mirip dengan Valerie. Namun begitu kekuatan besar milik Valerie di konfirmasi, maka gosip buruk akan mereda dan Marquest of Nottingham, pemilik kekuasaan sihir elemen air tertinggi di kerajaan Alvarez, akan mengangkatnya sebagai putri. Sungguh luar biasa.
"Aku tahu kau memiliki hati yang baik, Clara. Tetapi terkadang kebaikan dan kebodohan hanya setipis helai rambut."
Tentu saja sang Earl telah salah sangka.
"Kuharap kau memikirkannya lagi. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku hari ini dan kita akan bicara lagi nanti." Dengan begitu, Kakek Clara mengusirku dan tetap kukuh untuk mempertahankanku di rumah ini.
Aku keluar dari ruangan kerjanya dengan kesal sekaligus tidak bersemangat. Memilih untuk menikmati udara segar di taman bunga eksotis daripada mendekam di dalam kamar. Yang tidak kuduga adalah kedatangan Duncan ketika aku menginginkan rasa damai yang sepertinya tidak mudah untuk kudapatkan.
"Sudah kuduga kau berada di sini."
Aku tidak lagi bereaksi kaget ketika mendengar suaranya terasa dekat di belakangku. Bayangannya menutupiku dan menciptakan ruangan gelap di depanku.
"Sudah kuduga bahwa kau tidak lagi sungkan untuk mengganggu masa kedamaianku," balasku sarkastik. Meskipun Clara jarang sekali melontarkan kata-kata tajam, entah mengapa aku mudah sekali untuk berkata hal itu kepada Duncan.
Duncan tidak menjawab untuk berapa lama sehingga kupikir dia sudah pergi jika saja bayangannya masih membuat ruang gelap. Aku lalu berdeham dan terpaksa menengok ke belakang, "Apa ada yang bisa kubantu, My Lord?"
"Kau bisa di sini sampai orang tuamu berangkat ke ibu kota."
"Apa maksud-"
"Aku akan pulang besok. Jadi kau tidak perlu lagi khawatir bahwa waktu damaimu akan aku usik." Duncan mengatakannya dengan suara rendah. Aku masih menatapnya yang mana tidak bisa kulakukan dengan baik karena dia hanya terlihat seperti siluet.
Bibirku terbuka dan terasa kering secara tiba-tiba. Aku masih berusaha membaca ekspresinya sebelum dia lalu berpamitan dan menghilang begitu saja. Angin musim itu lalu berembus bersamaan dengan keberadaan Duncan yang mulai menjauh. Membawa aroma bunga eksotis dan aroma samar Duncan yang membuatku mengernyit.
Berikutnya, kakek Clara mulai membuat banyak alasan dan akhirnya berhasil menahanku di kediamannya sampai acara yang ada di ibu kota berlangsung. Dengan begitu, untuk waktu yang lama aku tidak lagi bertemu dengan Duncan, maupun hero lainnya. Bukankah itu adalah hal yang baik yang anehnya, membuatku merasa kehilangan yang aneh di satu sudut hatiku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Villainous Woman
FantasyMasuk ke dalam game otome yang aku mainkan?! Kau pasti bercanda! Tidak masalah jika aku menjadi pemeran utama, tapi yang benar saja! Menjadi tokoh jahat yang terancam mati di usia 20 tahun bukan keinginanku! ***