#Part 3

3.2K 146 0
                                    

Seluruh murid SMA Fiderola National berkumpul di lapangan, termasuk murid baru. Suasana hening menyelimuti upacara pembukaan MOPDB.

Aku berdiri di barisan paling akhir. Viola---teman sebangkuku saat ini---ada di barisan depan karena dia tadi berjalan lebih dulu. Di belakangku terlihat anggota OSIS dan anggota PMR yang berbaris rapih berbentuk horizontal. Aku mengkhawatirkan diriku karena tadi tidak sempat sarapan dan sekarang upacara pembukann MOPDB sangat lama. Benar-benar sangat takut kalau sampai pingsan.

Selama upacara berlangsung, aku tidak bergerak atau pun menoleh. Upacara masih sangat lama, tapi tubuhku saat ini sudah sangat lemas. Kepalaku pusing dan sudah tidak kuat lagi berdiri. Tubuhku lunglai, pandanganku menghitam dan tepat di saat itu ada yang menggendongku. Sepetinya itu anggota PMR, baru hari pertama aku sudah menyusahkan saja, benar-benar sangat malu. Sebelum mataku terpejam, aku sempat melihat sekilas wajah cowok yang benar-benar mirip dengan cowok nyebelin saat di café kemarin.

...

Kepalaku sudah tidak pusing kembali karena tadi sudah di kasih obat untuk meredakan asam lambungku. Setelah aku masuk ke dalam kelas, anggota OSIS segera masuk ke dalam kelas dan Viola langsung menanyai keadaanku. Aku menghentikan obrolanku dengan Viola karena anggota OSIS yang jadi kakak mentorku kali ini sudah berjejer di depan kelas.

Kuperhatikan teman kelasku yang cewek berbisik-bisik sambil memuji-muji kakak OSIS yang cowok. Aku berdecih pelan dan memperhatiakn mereka lagi. Aku mengamati satu persatu anggota OSIS yang ada di depan kelasku, mataku menyipit ketika melihat cowok nyebelin itu berada di antara anggota OSIS yang lain. Huh? Paling jabatannya tidak tinggi.

"KALIAN SEMUA CEPAT PAKE NAME TAGNYA,BIAR KAMI SEMUA TAU SIAPA NAMA KALIAN. JIKA ADA YANG TIDAK MEMBAWANYA, SILAHKAN MAJU KE DEPAN DAN AKAN DIBERIKAN HUKUMAN," ucap salah satu anggota OSIS yang cowok, tapi bukan cowok nyebelin itu.

Aku segera mencari name tag yang ada di dalam tasku, tapi tidak ada. Bukankah aku sudah memasukkannya ke dalam tas ? Bagaimana bisa ketinggalan seperti ini? Aku mengedarkan pandangan ke seluruh teman kelasku yang sedang memasang name tagnya, kecuali aku.

Keringat dingin sudah mengalir di dahiku. Aku benar-benar sangat panik dan jantungku berdetak tidak normal. Aku menepuk keningku dan menimbukan rasa perih disana.

"Kenapa lo, Ale?" ucap Viola sambil menoleh kepadaku.

"Ini name tag gue ketinggalan, gimana dong?"

"kok bisa ketinggalan?" Viola memberikan pertanyaan lagi.

"Mana gue tau, perasaan gue semalem udah gue masukin deh."

Viola menaruh name tagnya di dalam laci meja. "Iya udah, ayo bareng sama gue maju ke depan."

"Tapi 'kan lo bawa name tagnya, kenapa ikutan maju?"

"Ngga ada tapi-tapian ayo cepetan ke depan. Gue kasihan kalo gue ngeliat orang di hukum sendirian."

Aku tersenyum kepadanya, ternyata ia seorang yang baik di balik penampilannya yang berantakan. Viola menarikuu ke depan, yang membuat seluruh teman kelasku dan anggota OSIS menatap ke arah kami---aku dan Viola.

"Ikut gue ke bawah," ucap salah satu anggota OSIS itu, yang aku ketahui jabatan yang tertera di alamamater OSIS yabg ia kenankan. Rupanya ia adalah wakil ketua OSIS, aku tidak sempat melihat namanya karena ia segera berjalan keluar kelas.

Matilah aku kalau dia sampai bilang ke ketua OSIS, mau di taruh di mana wajahku ini. Aku mengikutinya ke bawah dan ada beberapa juga yang tidak membawa name tag.

"Kenapa kalian ngga bawa name tagnya?" tanya wakil ketua OSIS itu menatap kami berdua.

"Itu kak aku-" Aku menghentikan suarakui ketika Viola lagi-lagi memotong ucapanku.

BE A RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang