#Part 4

2.9K 122 1
                                    

Krek,,

Pintu UKS terbuka, segera aku menoleh ternyata itu Viola dan Dhania. Kernyitan dahiku terbentuk ketika Dhania dan Viola masuk bersamaan. Yap, Dhania satu sekolah lagi denganku tapi ia berbeda jurusan. Aku ke IPA, sedangkan dia ke IPS. Kok bisa Dhania datang ke UKS bersama Viola?

Jangan-jangan Dhania datang ke kelasku atau mungkin dia melihat aku saat di bawa cowok nyebelin itu ke UKS. Entahlah... aku tidak tau soal itu.

"Ale! Lo kok bisa kaya gini?" pekiknya saat melihat keadanku yang terkulai lemas di ranjang UKS.

Aku membentuk deretan gigi putihku yang indah. "Kok lo bisa bareng Viola ke UKS?" tanyaku.

"Iyah tadi gue ke kelas lo, tapi gue liat lo ngga ada di kelas. Tiba-tiba Viola dateng nyamperin gue dan bilang kalau lo ada di UKS."

"Ohh begitu, makasih Vio. Lo udah kasih tau ke sahabat gue kalau gue disini."

"Sama-sama, Ale." Viola menyunggingkan senyumannya. "Gimana keadaan lo sekarang?" tanyanya.

"Sudah mendingan... gue sempet bingung pas buka mata tahu-tahu ada di UKS. Dan gue juga nggak tau pasti yang nolongin gue itu siapa, tapi firasat gue mengatakan kalau cowok nyebelin itu yang bawa gue kesini."

Dhania melipat tangannya ke depan dada. "Cowok nyebelin siapa? Yang waktu itu nabrak lo terus dia malah marah-marah itu bukan?"

"Iyah, Dhania." Viola bingung menatap kami berdua.

"Tunggu... maksud kalian cowok nyebelin itu Kak Raffa? Ketua OSIS di sekolah ini bukan? Banyak kakak kelas bilang kalau dia itu sifatnya dingin, jarang ngomong sama orang apalagi sama cewek."

Aku membalalakan mata karena tidak percaya dan menatap Viola dengan pandangan selidik. "Kak Raffa itu yang kasih hukuman tadi ke kita sampe lo pingsan. Nah, dia juga yang bawa lo kesini," ucap Viola lagi membuat hatiku sedikit terusik.

"Aww, so sweet banget itu Ale."

"Apaan sih, Dha? Omongan lo ngaco."

"Oke terserah lo aja. Gue sama Viola balik ke kelas yah, soalnya bentar lagi mau masuk."

"Oke."

Jadi nama si cowok nyebelin itu Raffa. Lumayan bagus. Aku masih tidak percaya kalau dia ketua OSIS berarti secara tidak sengaja dia sudah tahu satu kesalahan yang aku perbuat saat MOPDB kali ini.

Decitan suara pintu UKS terbuka membuatku mengalihkan pikiranku. Aku melihat dia---cowok nyebelin itu---berjalan ke arahku dengan gaya sok kerennya dia. Aku akui dia memang keren, tapi mengingat sifatnya sangat nyebelin membuatku jadi tidak suka dengannya. Ia datang kesini dengan tidak memakai alamamater OSIS berwarna merah maroon itu.

"Gimana keadaan lo sekarang?" sambil berdiri di hadapanku.

"Sudah jauh lebih baik kok kak, nanti habis istirahat aku mau kembali ke kelas." Aku memperlihatkan wajah pura-pura baik di hadapannya.

"Udah mendingan lo istirahat aja. Ngga usah ngikut MOPDB sampe lo bener-bener udah baikkan."

Kenapa dia jadi baik gini sama aku?

"Makasih kak. Eh, iyah kak ma-maafin aku yah soal kejadian yang waktu di café kemarin. Aku jadi nggak enak sama kakak karena gara-gara aku baju kakak kotor. Kakak mau maafin aku kan?" ucapku dengan menahan rasa kesal.

"Ya elah, lo masih inget aja kejadian waktu di café. Gue aja udah ngelupain kejadian itu. Iyah udah gue maafin kok. Makanya lain kali jangan buru-buru, sudah tau banyak orang malah pecicilan," ketusnya.

Aku sungguh tidak kuat lagi menahan kepura-puraan di depan dia lagi. Rasanya ingin segera melontarkannya dengan kata-kata yang sudah terlintas di otakku. Tapi, cepat-cepat aku menahannya kembali.

"Iyah kak, lain kali aku hati-hati deh."

"Iya udah gue balik ke ruang OSIS dulu. Bye." Dia mengacak poniku dan berbalik menuju pintu UKS---keluar ruangan ini.

Berdua dengan cowok nyebelin tadi membuat jantungku berdegup kencang tidak karuan. Ada yang terjadi denganku? Apa aku sudah mulai suka dengan nya?Aku tidak boleh sampai suka dengannya apalagi mencintainya lebih dalam.

...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi, tapi Dhania belum muncul juga. Aku menunggu Dhania di dalem UKS yang baunya seperti rumah sakit. Beberapa menit kemudian Dhania dateng menghampiriku.

"Ayo kita pulang, Le. Lo bareng gue di anter sama supir kok. Gue juga sekalian mau main ke rumah lo. Hehe," ucapnya sambil terkekeh. "Oh iyah, gimana keadaan lo? Masih pusing nggak?"

"Nggak kok. Hampir aja lupa, gua juga mau cerita sama lo, tapi nanti aja kalau udah sampai di rumah."

"Lo mau cerita apaan, Le?" tanyanya.

"Kepo lo, udah nanti aja di rumah. Ngga sabar banget, mwee." Aku menjulurkan lidahku ke Dhania.

Refleks tangan Dhania membentuk tulisan "Ok." Yang diarahkan ke padaku. Tidak di sangka mobil Dhania sudah sampai di depan rumahku. Aku langsung melepaskan sepatu dan masuk ke dalam rumah, begitu pun dengan Dhania yang mengikutiku. Aku berjalan ke kamarn sedangkan Dhania berjalan ke ruang tamu. Aku masuk ke kamar dan segera berganti pakaian dan turun ke bawah menemui Dhania dan mengajaknya makan siang di ruang makan.

"DHANIA!!! AYO CEPETAN KE SINI MAKAN SIANG. KALAU NGGAK GUE HABISIN NIH MAKANANNYA." teriakku yang membuat Dhania langsung berjalan menuju ruang makan, mungkin dia takut makanannya aku habisin. Karena aku bisa menyantap semua masakan buat bibi apalagi buatan Mamaku sendiri.

Dhania menarik kursi di hadapanku dan mulai menyendoki nasi ke piringnya. "Biar lo nggak gemuk, lo harus berbagi sama gue."

"Ngga bakalan gemuk walaupun udah makan banyak."

Ini salah satu gen yang di turunkan kepadaku entah itu dari Papa atau Mama.

"Serah lo deh, Ale." Dhania menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyuapkan makanannya ke dalam mulut. "Eh iyah, katanya lo mau cerita sama gue. Mau cerita apaan emangnya?"

"Nanti aja ceritanya di kamar gue, habisin dulu makanannya."

"Iyah deh."

Kebiasaan aku suka menunda-nunda jika ingin cerita ke Dhania atau ke orang lain sampai lupa kalau aku mau ceritain hal itu. Aku suka buat kesal orang lain kalau ia sedang benar-benar serius mendengarkan cerita, yang membuat si pendengar cerita itu jadi berdecak kesal terhadapku. Dan aku menanggapinya dengan kekehan kecil.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Kayaknya bakalan beda jauh ssma yang pertama kali di bikin haha :D

BE A RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang