#Part 32

769 49 2
                                    

Bel pulang berbunyi, semua temanku terburu-buru keluar kelas. Aku sendiri hanya berjalan santai keluar kelas. Viola sedang ada piket kelas jadinya ia pulang belakangan.

"Ale!" Suara yang sudah sangat aku kenali.

Aku berbalik badan, seketika itu juga alisku tertaut. Kak Raffa kenapa berlari, tumben sekali.

"Ada apa, Kak?"

"Hmm... nanti pas pensi lo dateng kan?"

"Mungkin aja dateng. Kenapa emangnya, Kak?"

Aku lihat Kak Raffa mengacak rambutnya. "Nggak kok. Jadi lo dateng kan?"

"Bukannya seluruh kelas dilarang absen? Maksud aku nggak boleh kalau nggak masuk."

"Iyah, sih," ujarnya lagi. "Hm,maksud gue nanti lo dateng ke lapangan kan nanti?"

"Biasanya enggak, soalnya ramai banget pasti. Tapi, lihat nanti pas acara aja, Kak. Kalau aku bosen di kelas nanti juga keluar."

"Ohh, oke. Maaf ganggu waktu lo pulang," ucap Kak Raffa sambil meninggalkanku dan berlari ke arah parkiran. Mungkin ia sedang ada urusan, makanya ia terburu-buru.

Aku yang melihat itu hanya menaikkan alis bingung. Ya, aku bingung kenapa Kak Raffa menanyakan hal itu. Bukankah tadi pagi tidak ada apa-apa.

....

Mataku mengerjap saat melihat jam yang ada di atas nakas. Aku membersihkan diri dan turun ke bawah untuk makan malam.

"De, bentar lagi UKK?" tanya Kak Rudi.

"He-eh. Habis ini aku mau belajar bareng Dhania di rumahnya."

"Sabtu nanti habis UKK, temenin Mama ke mall mau nggak?"

"Sama Kak Rudi saja, Ma."

"Kamu aja, De. Kak Rudi mau-"
Aku mendelik ke Kak Rudi. "Nggak, Kak."

"Matcha, Mc flurry, white chocholate, do you want or not?"

"Just one time," ancamku.

Aku terkekeh. Kak Rudi sangat tahu kelemahanku.

....

Selesai makan aku mengambil buku pelajaranku dan peralatan tulisku.

Tok,, tok..

Dhania membuka pintu rumahnya dan segera berjalan kearah ruang keluarga. Kebiasaan Dhania yang membuka pintu, tetapi tidak di tutup kembali jika aku ke rumahnya. Aku menutup pintu dan mengikuti Dhania yang berjalan ke ruang tamu. Kali ini kami belajar di luar kamar Dhania. Aku duduk bersila dan menopang daguku. 

"Ada apa, Le?" tanya Dhania padaku.

Aku menoleh. "Tadi Kak Raffa dateng ke gue."

"Terus?"

"Dia... aneh. Masa nanya ke gue dateng pensi atau enggak. Tepatnya nanya gue dateng ke lapangan atau enggak."

"Ohh, gituh. Tumben banget Raffa jadi aneh begitu, hahah. Apa maksud dia nanya begitu sama lo?"

"Entahlah gue nggak tau."

Tiba-tiba bunyi suara ponsel Dhania terdengar samgat nyaring. Ia mencari-cari ponselnya di balik bantal sofa dan disamping kanan kirinya juga, tapi tetap tidak ada. Aku juga ikut membantunya mencari ponselnya. Mataku mengerling saat melihat ponsel Dhania yang ada di balik toples.

"Dha," panggilku.

"Ya, Alen? Duh." Kepala Dhania terbentur meja.

Aku meringis kecil. Pasti sakit rasanya.

BE A RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang