Hai, kalian semua! Aku update lagi! Semoga kalian suka sama part kali ini (:
Happy Reading!
................................................
Raffa POV
Mungkin, ini hari yang paling beruntung dalam hidup gue. Gimana nggak beruntung kalau ketemu sama orang yang kita suka dan tanpa sengaja? Belum lagi orang tua gue sama dia udah saling kenal. Makin ada kesempatan buat dapetin dia lebih cepet. Astaga! Pikiran gue bener-bener aneh.
Tepat di dalam mobil, Mama langsung tersenyum jahil. Gue tau maksud Mama tersenyum seperti itu.
"Raf, jadi kamu sama anaknya tante Rena?"
"Baru mau, Ma. Itu juga Raffa baru sadar kalau Raffa suka sama dia."
"Mama setuju kalau kamu sama dia. Udah buruan sana kamu tembak aja dia."
"Ma!" tegas gue.
Mama terkekeh dan memasang seatbeltnya. Gue pun langsung menancapkan gas---keluar dari basement mall.
...
Pagi ini pasti banyak kelas yang tidak ada gurunya. Paling ada hanya untuk remedial saja. Nilai-nilai ukk gue semuanya diatas kkm. Selama lima hari ini juga gue harus mempersiapkan acara pensi. Proposal yang gue ajukan dari lama sudah diterima dan sponsor pun banyak yang berdatangan. Jadi dananya tidak menghambat acara pensi. Berhubung tidak ada apa kegiatan lagi di kelas, gue berjalan menuju ruang OSIS.
"Raffa!" teriak Divo dari lapangan bola basket saat gue baru saja sampai di depan ruang OSIS.
Gue menaruh tas di ruang OSIS dan menghampiri Divo.
"Ada apa?" tanya gue sambil duduk di sebelahnya.
"Acara pensi kali ini semoga aja berjalan lancar."
Gue menganggukkan kepala. "Aamiin. Semoga nggak ada masalah."
"Hmm..." Divo bergumam. "Lo sama Ale gimana Raf?"
Dahi gue mengernyit. "Gimana apanya?"
"Hubungan lo sama Ale gimana?"
"Biasa aja. Malah gue yang masih rada cuek. Gue belum tebiasa aja."
Divo menghembuskan nafasnya. "Lo harus bisa buat diri lo jadi lebih perduli ke dia. Emang belum terbiasa, tapi seenggaknya lo udah coba buat perduli," jeda Divo. "Lo tau, Raff? Cewek bakalan seneng kalau orang yang dia suka itu kasih timbal balik ke dia. Lo harus lakukan hal itu, Raff. Gue nggak mau lo nyesel."
"Maksud kalimat lo yang terakhir apa?"
Divo menoleh ke Raffa. "Ale udah sayang banget sama lo. Jangan buat dia kecewa sama lo. Gue takut Raff, kalau lo bakal-"
Tepat di saat itu ponsel Divo berdering. Ia segera mengangkatnya. Gue memikirkan perkataan yang barusan Divo bicarakan. Maksudnya apa? Kenapa dia sangat ketakutan?
Selesai Divo menelpon dia kembali menoleh ke arah gue.
"Lo jadi nembak Ale pas pensi?"
"Jadi dong! Doain semuanya lancar."
"Haha, oke. Gue tadi baru dapet saran dari mereka."
"Mereka?" tanya Divo lagi.
"Iyah itu dari. Viola dan Dhania."
Mata gue menyipit. "Julian?"
"Lagi sama Alenata. Enggak tau mereka dimana."
Tangan gue terkepal. Ada sesuatu ketidaksukaan dari diri gue.
"Et, jangan marah dulu, Raf. Ingatkan mereka cuma sahabat walaupun dulu mereka pernah pacaran."
Mata gue terbelalak. "Pacaran?"
"Iyah. Mereka pacaran diem-diem. Gue baru tau juga dari orangnya sendiri pas gue lagi ngumpul sama mereka."
"Parahnya gue nggak di kasih tau sama kalian."
"Lo kan sibuk!" tukas Divo.
"Sialan," cibir gue. "Oh, iyah. Hampir saja lupa, tadi saran dari mereka apa?"
"Menurut mereka, lo nembak Alenata pake lagu itu habis guest star tampil aja. Pasti murid yang lainnya masih ada di depan panggung dan nggak akan kemana-mana."
"Oh, yah terus?" tanya gue lagi sambil menganggukkan kepala.
"Hmm... nanti Viola sama Dhania bakalan bujuk Alenata keluar kelas. Lo tau dia males banget sama keramaian bukan?"
"Iyah, gue tau. Tapi kalau dia nggak keluar juga gimana?"
"Terpaksa Julian harus bujuk Alenata. Satu-satunya harapan cuma ada di dia. Lo juga tau kan kalau Alenata nurut banget sama Julian."
"Harus banget sama dia?" ketus gue.
Divo mengangkat bahunya. "Terserah lo aja. Kalau nggak mau pake bantuan dia, yah udah rencana lo bakalan gagal."
"Argh, ya udah gue nurut aja sama kalian."
Divo terkekeh kecil dan berdiri. Gue sama dia jalan menuju ruang OSIS untuk menanyakan persiapan pensi.
Raffa POV end.
...
Minggu ini hanya ada remedial-remedial saja. Berhubung sudah selesai juga ujian kenaikan kelasnya. Di minggu ini juga ada acara pentas seni yang diadakan oleh pengurus OSIS. Ya, beberapa hari ini juga aku tidak melihat keberadaan Kak Raffa. Mungkin, dia sibuk dengan persiapannya karena dia juga sebagai penanggung jawab dalam pensi ini. Tapi, aku lihat Kak Divo tidak terlalu sibuk atau mungkin tugasnya tidak sama dengan Kak Raffa. Yah, mungkin saja.
"Lo nanti mau ke depan panggung nggak pas pensi?" tanya Viola.
"Males, Vi. Pasti rame banget."
"Yah, Ale. Ayolah temenin kita," ucap Dhania.
"Nggak, ah. Mendingan gue di perpus baca novel."
"Lo tuh ya kan mau-"
Mulut Viola langsung di bekap oleh Dhania. Dahiku mengernyit saat tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya?
"Kalian kenapa? Pasti ada sesuatu deh."
"Nggak, kok. Pokoknya lo harus temenin kita di depan panggung."
"Gue pikir-pikir lagi deh," ucapku singkat lalu berdiri.
Aku berjalan keluar kelas. Tepatnya ke taman belakang sekolah. Entahlah, aku hanya ingin berada disana. Rasanya begitu nyaman.
Ada hal mengganjal di sini. Kenapa Viola dan Dhania menginginkan aku berada di depan panggung? Aku sendiri tidak terlalu suka dengan keramaian. Dan bagaimana aku menyanggupi permintaan mereka? Haruskah aku datang?
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Hai, hai :v aku balik lagi nih. Makasih yang udah sempatin baca ini.
Vote dan commentnya yaa...
Saran sangat membantuku (:
Aku cuma mau bilang aja. Sesuai yang waktu itu aku bilang. Aku bakalan publish cerita series bukan? Nah harusnya minggu ini sudah siap publish! Tapi lagi-lagi ada kendala. Ada masalah sana-sini, huft jadi harus diselesaikan satu persatu. Duh, kok jadi curhat gini ya? Wkwk.
Dah aku cuma mau bilang aja kalau cerita 'Be A Rainbow & Behind The Camera' bakalan aku update. Untuk cerita 'Between Love and Hurt' sedang aku unpublish karena suatu hal. Maaf sebelumnya (:
Cerita series akan di publish di hari Senin, 13 Februari 2016.
Kok lama banget sih, thor? Iyah lama soalnya mau selesain dua cerita itu dulu. Jadi sabar yaa ... aku juga harus persiapin cerita series ini matang-matang biar ceritanya menarik.
Makasih yang udah sempetin baca ini ^-^
Sekali lagi aku ingatkan :D jangan lupa vote dan comment. Aku nggak paksa kalian kok (:
KAMU SEDANG MEMBACA
BE A RAINBOW
Teen FictionAwalnya aku nggak percaya sama yang namanya "Love at first sight" sampai akhirnya aku melihatnya untuk yang pertama kali. Aku suka dan tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata betapa tampannya dia. Tapi, hatiku sakit melihat orang yang aku suka sudah...