Getaran handphoneku mengalihkan pandanganku dari tv. Aku segera mengambilnya dan membacanya.
RViolaniR : café yuk.
AlenataAB : Oke. Gue ajak Dhania dulu sebentar.
Aku mencari kontaknya Dhania dan menghubunginya. Namun, panggilanku tidak di jawab olehnya mungkin dia sibuk jadi aku tidak perlu mengganggunya.
AlenataAB : Dhania nggak angkat telepon dari gue kayaknya di sibuk, deh. Berdua aja gak apa-apa?
RViolaniR : Oke, gue tunggu di dalem café karena gue bentar lagi sampai ke cafénya karena habis pergi tadi jadi sekalian.
AlenataAB : Sip.
Setelah siap aku minta izin ke Mama dan Mama menyuruhku untuk menaiki mobil daripada taksi lebih berbahaya. Aku sampai di tempat dan mencari keberadaan Viola. Ternyata ia duduk di dekat jendela, sangat strategis dapat menikmati waktu malam di hari Sabtu ini. Banyak orang yang pacaran, tapi aku tidak memperdulikan mereka. Toh, sendiri lebih baik walaupun perasaanku sedang tidak jelas karena Kak Raffa. Aku memesan cappuchino dan donat keju, Viola memesan milkshake dan donat green tea. Setelah makanan dipesan, Viola dan aku berjalan mencari tempat duduk.
"Ale, lo kenapa keliatan murung gitu? Mikirin siapa? Kak Raffa yah?"
Yup, tebakan Viola bener banget dan sesuai dengan pikiranku saat ini.
"Hehe... iyah." Aku hanya bisa meringis dan tersenyum karena ketahuan mikirin Kak Raffa.
"Tuh kan bener, mikirin Kak Raffa saja sampe nggak fokus. Dasar, Alenata."
Aku hanya mengerucutkan bibir karena kesal dengan Viola.
"Jadi, lo sekarang mau ngapain biar Kak Raffa suka sama lo dan nembak lo biar jadi first girlfriend."
"Apaan sih nembak-nembak nanti gue mati kalau ditembak-tembak gitu."
"Serah lo aja deh, Ale."
"Sedikit terlintas di pikiran gue buat bilang ke Kak Raffa kalau gue suka sama dia, tapi gue urungkan karena gue nggak mau ngejatuhin harga diri seorang cewek."
"Haha. Kenapa gituh? Kalau suka bilang aja sebelum di ambil orang."
"Tau ah, capek gue ngomong sama lo."
"Yaudah, jangan ngomong."
Aku menyeruput minumanku. "Tapi gue mau cerita," ucapku setelah meminum minumanku. "Kemaren saat pulang sekolah gue ke taman belakang sekolah. Disana enak banget, gue duduk dis salah satu kursin itu dan pakai earphone gue. Nggak di sangka da yang tepuk bahu gue, ternyata itu Kak Divo-"
Viola tersedak minumannya saat aku belum menceritakan kejadian kemarin."Uhuk... uhuk..."
Aku menghampirinya dan menepuk punggungnya oelan."Lo tuh kalau minum pelan-pelan nggak usah buru-buru jadi tersedak 'kan."
"Lagian lo nya sih bikin kaget gue aja."
"Lah... siapa yang buat lo kaget coba emangnya gue hantu kayak di film-film horor itu. Lagian 'kan gue cuma mau ceritain kejadian kemaren sama lo dan kejadian ketemu sama Kak Divo lagi. Emang salah yah?"
"Yah, nggak salah tapi aneh aja ngapain Kak Divo ke taman belakang sekolah 'kan biasanya dia selalu sama Kak Raffa."
"Katanya sih, lagi bosen dan lagian dia bukan pesuruhnya Kak Raffa. Ini apaan sih jadi ngomongin Kak Divo, kembali ke masalah awal."
"Ok."
"Gue ceritain semuanya ke Kak Divo termasuk perasaan gue kek Kak Raffa. Awalnya dia kaget, tapi lama-lama dia paham kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE A RAINBOW
Teen FictionAwalnya aku nggak percaya sama yang namanya "Love at first sight" sampai akhirnya aku melihatnya untuk yang pertama kali. Aku suka dan tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata betapa tampannya dia. Tapi, hatiku sakit melihat orang yang aku suka sudah...