Chapter 08| Mengintip 💋

96 19 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SORRY FOR TYPO 🤍
•••

Lan yang sudah terlanjur hafal dengan tabiat Darka, langsung berjongkok menghindari peluru yang kini menancap di pintu rak piring, di belakangnya.

"Sudah ku bilang beberapa kali. Jika bekerja di sini, jangan mencari mati." Darka mengingatkan sekali lagi. Pada dasarnya ini sudah dia peringatkan sejak mereka hendak bekerja di sini.

"Katakan pada Cani. Jaga Grina jika tak mau semua koleksi peluru ku bersarang pada tubuhnya," perintahnya, Darka menurunkan pistolnya, menaruhnya ke meja. Lantas dia raup wajahnya kasar, sungguh frustasi bercampur lelah menyelimutinya.

Lan yang sedang menyesap kopi dengan santai langsung tersedak kopi saat mendengar ancaman dari tuannya dan malah menyemburkan kopi di dalam mulutnya ke kemeja putih Darka yang sedang berjalan di depannya.

Dia meringis hingga memunculkan giginya, karena Lan tau sekarang dirinya berada di ambang kematian untuk kesekian kalinya.

Jika saja, Grina bicara kalau sebenarnya dia tidak mau di obati karena dia lebih takut obat merah dan antiseptik dari pada luka atau darah. Pasti Lan dan Cani tak akan diamuk begini.

"Sekarang kau yang cari mati!" nentak Darka dengan tiba-tiba setelah diam beberapa detik, dia mengeluarkan belati lipat dan menodongnya di depan hidung tukang kebun itu.

Nah, kan, benar terbukti dan terjadi apa perkiraan ku, batin Lan.

Leher Lan terasa dicekik oleh keadaan hingga membuatnya kesusahan bernapas. "Tuan, kasihan Grina dia pasti tidur sambil menahan sakit."

Mendengar apa yang dikatakan Lan, membuat Darka ingat akan perempuan itu, lalu pria berusia 26 tahun itu kembali berlari ke lantai atas dengan panik.

Akhirnya Lan bisa bernapas dengan tenang. Dia menatap punggung Darka yang menjauh, dia berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya, heran.

"Meredakan kegarangnya tak sebanding dengan kemudahan untuk merubah suasana hatinya. Hanya dengan nama ‘Grina’ aku sudah selamat, dan hanya dengan nama ‘Grina’ juga aku sudah hampir mati."

°°°

"Kenapa Tuhan memberimu pahatan indah pada dirimu? Kau memiliki tampang yang rupawan, tapi kelakuan seperti tai hewan," racau Grina dengan suara mendayu-dayu nan serak. Matanya memejam tapi mulutnya meracau.

Lemparan bantal sofa yang berasal dari depan ranjang langsung mengenai Grina yang tetap terpejam dan melingkarkan lengannya untuk memeluk guling, perempuan ini malah tetap memejamkan mata dan senyum-senyum tak jelas sembari mencari posisi yang nyaman untuk kembali terlelap.

Sang pelaku hanya bisa geleng-geleng kepala, tak habis pikir.

Pagi ini Darka terkejut mengetahui dirinya yang tertidur di sofa kamar Grina. Yang membuatnya marah adalah Grina telah membuatnya tak konsisten atau lalai dalam kebiasaan baiknya setiap pulang berkerja.

Grina, I'm Obsessed With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang