"Dan dia tidur sekamar dengan ku? Ya tuhan, aku masih utuh, kan?" Grina raba-raba tubuhnya dan dilanjut menatap pantulannya di cermin dari atas sampai bawah. Jujur, Grina jijik jika memikirkan hal-hal yang negatif itu.
Tidak ini bukan bercanda atau...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai, bolehkah aku minta untuk tekankan tanda bintang di pojok kiri bawah dan komentar kalian? Aku butuh apresiasi dan semangat untuk terus menulis☺️
Terima kasih 💋
SORRY FOR TYPO 🤍 •••
Gadis pemilik nama Grina itu sibuk mencari posisi nyaman untuk terlelap di atas kasurnya.
Terhitung mungkin setengah jam lebih dia hanya berganti-ganti posisi tidur, mengatur suhu AC, memindahkan posisi bantal dan guling, dan menyibak lalu, memakai kembali selimutnya.
Berulang-ulang dia lakukan, tapi matanya masih setia terbuka lebar. Tak ada tanda-tanda kantuk yang menyerang.
Dia bangkit dari posisi berbaring lalu duduk, helaan napas berat keluar dari mulut Grina. Tangannya menyisir rambutnya yang sudah mulai acak-acakan.
Terhembus lagi helaan napasnya, dilanjutkan dengan gerutuannya, "Haaaaahh! Kenapa saat aku kerja menjadi asisten Darka terasa lebih lelah daripada mengurus sebuah perusahaan? Padahal hanya bekerja saat ada hal penting yang membuat bos busuk itu harus turun tangan."
Itulah Grina, manusia yang hobi disiksa oleh pekerjaan. Kini dia sudah dikaruniai pekerjaan yang lebih santai. Tapi, dia malah merasa stres. Agaknya posisi otaknya saja yang terbalik.
Diraihnya telpon genggam yang berada pada nakas di samping ranjangnya. "Apalagi yang bisa ku lakukan selain meladeni keinginan untuk begadang ini?" monolognya, dia kembali membaringkan tubuhnya kembali dengan posisi terlentang.
kedua ibu jarimya asik bermain di layar telpon genggamnya, sibuk membuka laman Instagram, TikTok, X, dan tak lupa dengan WhatsApp. Berbagai aplikasi yang akan dia jamah ketika butuh saja. Grina menghentikan gerak ibu jarinya kala melihat satu pesan dari nomor asing masuk dan muncul di bilah notifikasi.
✉️: Grina, bisakah kau keluar menuju balkon kamar mu?
Setelah membaca pesan dari orang yang tak dikenal, Grina gesit turun dari ranjangnya, berjalan ke jendela dan mengintip ada apa di luar.
Terlihat jelas betapa bodohnya dia. Ada balkon yang cukup luas, jadi tak mungkin bisa membuatnya melihat apa yang berada di bawah sana.
Dengan ragu-ragu, kakinya berjalan keluar dari pintu balkonnya. Dia berhenti melangkah manakala tubuhnya sampai di mana pembatas berada, dia tumpukan tangannya di pembatas tersebut dan bola matanya bergulir menelisik apa yang ada di sekitarnya.
Hembusan angin malam yang cukup kencang membuat rambutnya yang digerai terhembus angin.
Suara dentingan notifikasi kembali terdengar, Grina langsung mengecek apakah ada lagi pesan yang masuk.
✉️: Cantik, sangat cantik. Rambutmu cantik jika digerai.
Membaca itu Grina langsung saja memelototkan matanya, seakan bola matanya hendak keluar dari tempatnya berada. Menengok kesana kemari, tergesa-gesa gadis itu membawa dirinya untuk kembali masuk ke kamar.