Chapter 16| Lamaran dan Kabar Kematian 💋

55 7 4
                                    

SORRY FOR TYPO 🤍•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SORRY FOR TYPO 🤍
•••

Naik turun dada Grina saat napasnya memburu, amarah tertahan di balik wajah datarnya. Pola pikirnya seperti ini, wanita berkelas itu wanita yang bisa menjaga sikap dan ekspresi walaupun sedang ingin marah dia harus ramah, ingin menangis dia harus tersenyum, ingin terbahak dia harus terkekeh saja.

Semua itu dilakukan untuk apa? Untuk menjaga keanggunan serta keprofesionalannya. Kenyataannya memang terlihat sedikit memaksa.

Berhadapan dua insan itu. Ditatap lamat-lamat mata gadis di hadapannya, gadis yang dia cintai setengah mati semenjak dia remaja hingga sedewasa sekarang.

Gadis yang dia tahu adalah gadis manis, gadis manja, dan gadis penyuka segala sesuatu berwarna merah muda. Sialnya, sekarang dia benar-benar berubah menjadi wanita keras kepala dan selalu menjunjung logika paling depan melampaui perasaan.

"Ulurkan tanganmu." Suruh Darka.

Kini dirinya sudah berlutut. Tangannya memegang satu kotak kecil berbentuk hati dengan warna merah marun, saat dibuka terlihat jelas bahwa isinya adalah sebuah cincin dengan ring yang terlihat polos mengkilap dan ukiran intan menghiasinya, satu berlian kecil berukir bunga mawar menambah kesan mewah benda tersebut.

"Tidak, lamar aku di hadapan publik," tolak Grina dengan datar wajahnya, tak kaget sama sekali dirinya melihat seorang Darka berlutut di hadapan seorang perempuan.

"Terima dulu saat kita masih berbicara empat mata. Secinta apapun aku padamu, tak kan ku biarkan harga diriku jatuh jika kau menolak ku di depan banyak orang," ujar pria yang masih berlutut itu. Dia memang sedang jatuh cinta, tapi logikanya masih berjalan, tak akan pernah berhenti hanya karena dihadang oleh perasaan.

Pelan Grina terkekeh remeh, mendongakkan dagunya dan memandang rendah pria dihadapannya. "Kalau begitu lamar aku di depan ayahku saja," finalnya.

Darka bangkit dari posisinya, kembali menggenggam erat kotak kecil yang sudah ditutup kembali. Dia sedikit merunduk menyetarakan tingginya dengan gadis di hadapannya, walaupun sudah memakai heels Grina tetap pendek jika bersamanya.

"Ayahmu sudah meninggal dunia. Mungkin sekitar lima atau enam jam lalu, Wrima Lok Gehka telah menyatu dengan tanah," bisiknya tepat di dekat telinga Grina. Napasnya yang hangat bisa dirasakan oleh kulit Grina.

Terdiam. Mulut Grina yang sedikit terbuka cepat ditutup oleh kedua telapak tangannya. Tidak pernah menyangka bahwa pria itu dengan entengnya mengatakan bahwa cinta pertamanya telah meninggalkan dunia, saat mendengar hal tersebut kehidupan nyatanya seolah menjadi sebuah fiksi saja.

Baru tadi pagi Grina berpamitan untuk kembali ke mansion nya sendiri, baru tadi pagi ayahnya melontarkan kata-kata manis untuknya.

Dan sekarang? Sekarang semuanya hilang, tak percaya akan berita buruk nan kelam yang disampaikan oleh Darka, Grina pun mendorong pria yang hanya diam saja sambil menatapnya dengan tatapan lembut.

Grina, I'm Obsessed With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang