Hai, bolehkah aku minta untuk tekankan tanda bintang di pojok kiri bawah? Terima kasih 💋.
SORRY FOR TYPO 🤍
•••Terdengar suara hentakan heels dari wanita yang masuk, lalu mendaratkan bokongnya untuk duduk di sofa ruangan dengan santai.
"Sedang bertengkar? Silakan lanjutkan, aku ingin menontonnya." Suara Grina menggema di ruangan, terdengar lembut pun pelan, tapi itulah yang dibenci Alme.
Sudah disangka oleh Neano, gadis yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan dibentuk mental juga fisiknya menjadi sekuat baja ini tak akan lenyap hanya karena kecelakaan mobil ringan saja.
Mengatur kembali deru napasnya yang sempat tak beraturan. Pria tersebut maju menghampiri gadis yang memasang raut wajah tegas. Namun, bisa dipastikan matanya menahan air mata yang hendak menetes deras.
Grina perhatikan juga gerak-gerik Neano, lelaki ini sedikit dia hindari. Karena perintah Darka.
Ya, pikirannya mulai menerima keberadaan Darka yang mulanya sangat dia tolak mentah-mentah datang kedalam hidupnya.
Kematian sang ayah benar adanya. Dia tanyakan hampir seluruh pekerja di rumah ini. Jawabannya sama, yaitu "Benar Nona, Tuan Wrima telah tiada, maafkan kami tak bisa menjaganya."
Persetan untuk kata maaf. Tidak sebanding jika nyawa di balas maaf, tak berguna antek-antek itu dibayar mahal-mahal hanya untuk menjaga tuannya saja mereka tak becus.
Sakit, sungguh ini benar-benar sakit. Amarah, kecewa, dan rasa kehilangan yang membabi buta ini seakan menghujam diri Grina secara bersamaan. Dia ingin menangis, gadis 21 tahun itu ingin menjerit keras. Sekuat dan setangguh apapun dia sebagai seorang gadis. Dia tetap saja kaum perempuan yang lemah perasaannya.
Namun, terlepas dari semua perasaan itu, Grina tetap terlihat baik-baik saja. Anggun, tenang, dan tegas. Keprofesionalan tetap dia berlakukan, apalagi di depan mereka yang bisa saja menjadi musuhnya.
Teman saja kadang bahagia ketika melihat kita sengsara. Apalagi musuh? Mereka akan berpesta dengan runtuhnya kebahagiaan yang kita miliki, mereka dapat mengetahui titik kelemahan kita, dengan itu semua bisa mempermudah musuh untuk menjatuhkan kita.
"Grina, kau masih baik-baik saja?" Pertanyaan itu terdengar, suara yang seperti familiar membuat Grina mengulirkan bola matanya untuk melihat siapa pemilik suara itu.
"Kau? Kau yang menyebutku pelayan waktu itu, kan?" tanya Grina, berkerut juga dahi gadis itu saat mengamati pria yang berada sekitar sepuluh langkah di depannya.
Pria yang tadinya berada di samping kanan Alme, sekarang melangkahkan kakinya untuk berjalan dua langkah mendekati Grina. Neano mengangguk. "Jangan berlarut di dalam kesedihan," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grina, I'm Obsessed With You
Romance"Dan dia tidur sekamar dengan ku? Ya tuhan, aku masih utuh, kan?" Grina raba-raba tubuhnya dan dilanjut menatap pantulannya di cermin dari atas sampai bawah. Jujur, Grina jijik jika memikirkan hal-hal yang negatif itu. Tidak ini bukan bercanda atau...