03. Gagak Hitam & Riette

1.7K 228 27
                                    

"T-tuan Duke..?"

Tubuh Claudine membeku bagai patung. Melihat jelas sosok bermata biru tajam di hadapannya ini, Matthias von Herhardt.
Entah sudah berapa kali Claudine berkata bahwa gadis itu benar-benar membenci Matthias.

Mata Claudine menatap tajam Matthias yang menodongkan pistol berburunya pada Claudine, alis gadis itu mengkerut tak suka.
Dia berdiri dengan tegap dengan tangan terkepal kuat menahan amarah.

Matthias malah terkekeh melihat reaksi gadis itu.

"Apa yang anda lakukan di sini, lady?" Katanya dengan nada mengetes.
Matthias mulai menurunkan pistolnya dan menatap Claudine dengan pandangan datar.

"Saya hanya mencari udara." Jawab Claudine. Nadanya jelas tak bersahabat. Gadis itu masih mempertahankan tatapan tajamnya.

Pria bermata biru itu menyeringai, dalam hati puas melihat Claudine yang mungkin emosi.
Matthias mulai berjalan mendekatinya, suara sepatu bootnya mengisi keheningan Arvis dan pandangannya mengarah pada kedua tangan Claudine yang terkepal, nampaknya melukai telapak tangan gadis itu.

Berdiri tepat di hadapan Claudine, Matthias sedikit menunduk untuk melihat jelas wajah gadis itu. Sedangkan Claudine, dia mendongak seakan mengatakan bahwa dia tak takut.

Penyangkal yang handal, bukan?

Padahal jelas sekali ada sedikit kilatan rasa takut di mata gadis itu.
Dan sialnya, Matthias bisa membacanya dengan mudah.

"Anda benar-benar penuh kejutan, lady." Kata Matthias sambil terkekeh pelan. Tangannya bergerak menarik jepit rambut Claudine, membuat rambut si gadis sedikit berantakan.

"Kembalikan, tuan Duke." Nada datar terdengar dari Claudine. Tangannya berusaha menggapai jepit yang berada di tangan Matthias. "Anda mau apa, sih?" Tanya Claudine.

Matthias memang penuh misteri. Selama ini, bahkan sejak di kehidupan sebelumnya, gadis itu sama sekali tak bisa menebak langkah apa yang akan diambil Matthias.
Mahakarya Arvis yang berbahaya, dan Claudine jelas tahu akan hal itu.

"Tangan anda terluka," Kata Matthias.

Pria itu menarik tangan kanan Claudine lalu membuka kepalannya, melihat luka yang dibuat Claudine sendiri karna terlalu kuat mengepal dan membuat luka dari kukunya.

"Saya bilang kembalikan jepit saya, tuan Duke." Claudine masih berkata tanpa menggubris ucapan Matthias yang tersirat nada khawatir.

Matthias malah terdiam; menolak untuk melepaskan tangan gadis itu ataupun memberikan jepit nya.

"Hari sudah mulai gelap. Kembali lah ke mansion, lalu obati tangan anda." Matthias berkata sambil melepas pegangan nya pada tangan Claudine.

Pria itu berbalik dan mengambil pistolnya yang di taruh di atas batu, membuat Claudine semakin bingung dan kesal atas perilakunya.
Kenapa jepit miliknya tak juga dikembalikan?

Bahkan Matthias malah memasukkan jepit itu ke dalam saku jas nya, kemudian menaiki kuda cokelatnya dan menatap Claudine sekilas sebelum senyum tipis terukir di wajah tampannya.

"Jangan terlalu emosi saat menghadapi saya, lady."

Ucapan Matthias malah semakin membuat Claudine kesal.
Gadis itu tetap diam di tempatnya, menolak untuk mengucapkan salam perpisahan setidaknya.

Mata biru Claudine melihat Matthias dan kudanya yang mulai menjauh.

"Aku harap kamu mati," Gumam Claudine pelan.

-·-

"Bagaimana dengan hutan Arvis? Apa kamu menikmati keindahannya, Claudine?"

Tight-RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang